Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Muara Hati My Teacher
Muara Hati My Teacher

Muara Hati My Teacher

5.0
9 Bab
82 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Cinta tidak memandang usia. Seorang pelajar dicintai oleh gurunya sendiri. Hingga menumbuhkan cinta pada pelajar tersebut. Seorang pelajar yatim piatu, yang harus menghidupi adiknya. Ia sekolah sambil kerja. Ia cerdas juga ramah. Hingga membuat guru baru di sekolahnya jatuh cinta pada pandangan yang pertama. Namun, perbedaan usia menjadi kendala bagi mereka. Yudha dijodohkan mamanya dengan gadis yang tidak ia sukai. Akhirnya ia mempunyai cara untuk mendekati Ayra, muridnya yang membuat jantungnya selalu berdegup dengan kencang menggemakan cinta. Awalnya Ayra kaget mendengar pernyataan gurunya yang tiba-tiba menyatakan cinta. Karena Ayra masih sekolah ia tidak terlalu memedulikan perasaan gurunya tersebut. Hingga ia juga mengagumi sosok Yudha. Ia tidak bisa menahan perasaannya. Namun, sebisa mungkin ia tidak memperlihatkan bahwa ia juga mencintai gurunya. Yudha terus berjuang mendapatkan hati Ayra, segala cara ia lakukan agar hati gadis kecil itu luluh dan menerimanya. Bagaimana kisah cinta mereka yang terpaut usia lumayan jauh? Yuk simak baik-baik.

Bab 1 Roda Kehidupan Terus Berputar

Chayra Ainin Qulaibah. Seorang gadis penyuka hujan. Karena hujan mampu menutupi kesedihannya, air matanya yang terjatuh tidak akan terlihat, karena ada kesamaan antara rintikan hujan dan air matanya yang terjatuh. Orang lain tidak akan bisa melihat kesedihannya, betapa menderitanya dirinya, hidup tanpa kasih sayang kedua orang tuanya. Berjuang seorang diri menghidupi dan mengurus kedua adiknya.

"Hujan turun pertanda bahwa ada yang diam-diam mengingatmu dan merindukanmu."

Gadis itu selalu merindukan kedua orang tuanya yang telah tiada, semenjak ia berusia 12 tahun karena sebuah kecelakaan yang membuat kedua orang tuanya tidak bisa diselamatkan.

"Aku berharap hujan ini segera reda, agar rindu ini tak terlalu dalam mengorek luka," lirihnya saat melihat hujan dari balik jendela kamarnya.

"Ayra merindukan kalian," lirihnya sembari terisak.

Setiap kali melihat hujan, ia selalu teringat akan kenangan indah bersama kedua orang tuanya. Bermain bola sembari bermain air hujan dengan riang gembira ditemani oleh ayahnya, saat-saat seperti itulah yang selalu Ayra rindukan. Kini hanya tersisa kenangan terindah, yang kerap kali menumbuhkan kerinduan yang membuncah. Namun, terasa begitu sesak di dada.

Semenjak ayah dan ibunya tiada, Ayra harus bekerja untuk memenuhi biaya hidup juga biaya pendidikan dirinya dan juga kedua adiknya.

Dulu, keluarga Ayra adalah orang yang cukup ternama di daerahnya. Kekayaan yang dimiliki tak dapat diragukan lagi. Namun, setelah ayahnya Ayra meninggal karena kecelakaan, kehidupan Ayra berbalik arah. Semula Ayra tercukupi dengan materi. Namun, setelah ayahnya tiada dan semua harta kekayaan keluarganya telah dikuasai oleh adik kandung ayahnya, kehidupannya seketika berubah. Bahkan tantenya tak segan mengusir Ayra dari rumah, hingga saat ini Ayra tinggal di rumah kontrakan yang sempit. Beban hidupnya semakin terasa pelik.

"Kak," panggil Naura.

Naura Hafsin adalah adik Ayra yang usianya beda 3 tahun dengan dirinya. Ia bersekolah di SMPN 7 Bekasi, kelas 3 SMP. Sebentar lagi akan lulus, sedangkan Ayra, ia bersekolah di SMAN 8 Bekasi, yang sebentar lagi juga akan lulus. Ia butuh banyak biaya untuk kelulusan dirinya juga adiknya, belum lagi biaya sekolah adiknya yang paling kecil. Naufal Rahardi yang saat ini menginjak usia 10 tahun dan bersekolah di SDN Bekasi Jaya 1. Kelas 4 SD.

"Kak, kok bengong sih?"

"Eh, iya, Dik. Ada apa?"

"Kak, seminggu lagi aku UTS. Kakak ada uang kan buat bayar kekurangan buku dan lain-lain? Soalnya, sebelum UTS harus segera dilunasi, Kak. Kalau gak gitu, aku gak akan bisa ikut ujian," ujar Naura dengan wajah memelas.

"Insyaallah ada, doakan saja Kakak nanti dapat rezeki ya," sahut Ayra sembari membelai rambut adiknya.

"Iya, Kak. Maafin aku ya yang selalu menyusahkan, Kak Ayra."

"Jangan bilang gitu, kamu dan Naufal sudah menjadi tanggung jawab Kakak, alhamdulillah selalu ada rezeki untuk kita," ucap Ayra sembari memeluk adiknya erat.

"Aku janji, Kak. Setelah aku lulus sekolah nanti, aku akan bantu Kak Ayra kerja, aku bisa sekolah SMA sambil kerja juga seperti Kakak."

"Eh, jangan! Kamu harus fokus sekolah, biar pintar, jangan kayak Kak Ayra, tidak pintar dalam pelajaran apa pun karena sibuk kerja. Biar Kak Ayra saja yang kerja, kamu sama Naufal fokus saja belajar!" ujar Ayra yang tidak ingin adiknya ikut merasakan lelahnya belajar sambil bekerja.

"Iya udah deh, Kak. Makasih ya, Naura sayang banget sama Kakak."

"Kak Ayra juga sayang sama Naura, belajarnya yang rajin ya! Kakak akan usahakan adik Kakak bisa menempuh pendidikan tinggi," ujar Ayra.

"Iya, Kak. Nanti setelah lulus SMA aku boleh kan, bantuin Kak Ayra cari uang?"

"Iya boleh, tapi kamu harus tetap lanjutkan pendidikan ya, kamu harus jadi sarjana! Ingat kan kata ayah dulu, anak-anak ayah harus jadi sarjana!"

"Berarti Kak Ayra juga harus jadi sarjana!"

"Insyaallah, inginnya juga seperti itu, doakan saja kita bisa mendapatkan rezeki yang banyak ya."

"Aamiin, setiap selesai sholat aku berdoa kok, Kak."

"Iya, pintar."

"Ya udah aku mau lanjut belajar dulu ya, Kak."

"Iya, belajar yang rajin!"

Naura beranjak masuk ke kamarnya untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Sedangkan Ayra masih asyik melihat gemerciknya air hujan.

"Cukup Kakak saja yang merasakan lelahnya belajar sambil bekerja, adik-adikku jangan sampai ikut merasakannya, di sini cukup aku saja yang berjuang," lirihnya sembari menghapus air matanya yang terjatuh tanpa diminta.

Hujan yang tadinya rintik-rintik, kini semakin deras. Ayra tidak bisa berangkat melatih silat anak SMP. Biasanya setiap hari Minggu ia selalu pergi ke SMPN 7 Bekasi untuk melatih silat. Ia jago bela diri juga jago bermain basket. Pembawaan Ayra memang agak tomboi, tetapi hanya pembawaannya saja, karena setiap keluar rumah ia selalu berhijab dan memakai pakaian longgar.

Sepulang sekolah Ayra biasanya mengajar les privat, malamnya ia juga harus bekerja di sebuah restoran yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Jam sepuluh malam ia baru selesai bekerja.

Tiada hari libur bagi Ayra, ia harus belajar juga bekerja. Semua ia jalani dengan penuh rasa syukur, selama 6 tahun ini, ia mampu membiayai sekolah adik-adiknya juga membiayai hidup mereka. Terkadang tetangganya pun ikut membantu, karena merasa kasihan.

Hidup itu ibarat roda yang berputar, ada kalanya berada di atas, dalam artian hidup berjalan sangat baik sesuai dugaan. Adakalanya pula berada di bawah, yang terasa begitu pahit. Namun, sepahit-pahitnya hidup, pasti ada rasa manisnya.

Situasi terburuk pun akan berakhir di titik tertentu, hanya dengan ikhtiar dan doa, situasi buruk itu bisa segera berakhir, terganti dengan kebahagiaan. Pelangi akan datang setelah datangnya hujan dan badai pasti akan segera berlalu.

Masa sulit adalah pembelajaran, mampu menjadikan pengalaman yang begitu berarti, membuat insan lebih kuat bertahan disetiap badai kehidupan yang menerjang. Dengan menerapkan pembelajaran itu, pada akhirnya akan bisa membalikkan keadaan menjadi lebih baik.

Masih banyak hal yang patut disyukuri dari berbagai ujian hidup, pasti selalu terselip kebahagiaan yang hanya orang yang pandai bersyukur yang bisa merasakannya. Begitulah Ayra menyikapi kehidupannya, ia tak banyak mengeluh, baginya keluhan hanya akan mematikan semangatnya. Ada tanggung jawab yang ia pikul, berat dirasa. Namun, ringan dijalani.

Begitulah yang ia rasakan dalam hidupnya. Jika dirasa begitu berat, ia akan menepi untuk istirahat sejenak, setelah itu mulai bangkit kembali karena mempunyai tanggung jawab.

Menjadi seorang Kakak harus mempunyai bahu yang kuat, hati harus sekuat baja, agar ombak kehidupan tak mudah menerjangnya, ia akan tetap berdiri tegap meski badai dan angin topan terus saja mendekat, akan tetapi semangatnya tak pernah pudar, sekali lagi karena tanggung jawab lebih penting dari segalanya.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY