/0/6518/coverbig.jpg?v=68962195d7e9d8ef613bbd5c3e17529b)
Jangan tanya siapa yang paling bersalah di sini! Diandra tak pernah menyangka bahwa semua akan menjadi seperti ini pada akhirnya, terlebih saat orang yang dia benci setengah mati justru kembali ke rumahnya dan mengacaukan segalanya. Rumah yang selama ini menjadi tempat tinggalnya mendadak suram ketika putra kandung suaminya datang. Kevin Jonas, pria itu punya catatan hitam di masa lalunya. Kevin adalah mantan kekasihnya di masa lalu. Namun, kini justru menjadi anak tiri bagi Diandra. Mampukah dia melewati jebakan Kevin?
Cinta adalah cinta.
Itu semua terasa sangat misterius dan bagi sebagian orang mungkin terdengar aneh, konyol serta tidak masuk akal tetapi Diandra secara sadar telah memilih pria itu sebagai pendamping hidupnya. Malam itu mengenakan sebuah gaun panjang berwarna merah terang, rambutnya dibiarkan terurai dengan jepit rambut berbentuk bunga mawar putih yang menghiasinya. Ini merupakan malam istimewa sudah tentu dia ingin memberikan kebahagiaan yang luar biasa untuk suaminya. Yah, sebuah pilihan untuk mendapatkan kesenangan, kebahagiaan dan keindahan-keindahan lainnya yang mungkin bisa dia dapatkan di dunia ini. Meskipun di luar sana mungkin banyak orang menganggapnya gila karena menikah dengan Bram –pria yang jelas-jelas dua puluh lima tahun lebih tua darinya. Tapi, apa salahnya?
Diandra mencintai Bram, dan sebaliknya. Bukan pernikahan paksa, bukan pernikahan yang dilandasi uang sebagaimana yang biasanya terjadi luaran sana. Sama sekali lain. Dia mencintai suaminya, meskipun awalnya agak ragu juga tapi sepuluh tahun bersama membuatnya jatuh cinta pada akhirnya. Bram pria yang baik, terampil dan penuh kasih sayang. Terbukti pada malam ini, suaminya tersebut secara suka rela mengurus anak-anak mereka, mendandani mereka sembari menunggu Diandra mempersiapkan diri.
"Sayang!"
Panggilan dari suaminya membuat Diandra berhenti mengoleskan gincu merah terang tersebut ke bibirnya. Dia menjauhkan benda itu dari wajahnya, kemudian berjalan mendekati pintu untuk menengok situasi di lantai dasar. Benar saja, Bram tengah bergelut dengan Isac dan Jonas, kedua putra mereka. Anak-anak mengenakan jas biru terang, senada dengan ayah mereka. Tampan.
"Ada apa, Sayang?" jawab Diandra lembut seperti biasanya. "Kamu urus anak-anak dulu ya. Sabar. Sebentar lagi aku turun." Dia tahu kalau suaminya akan tetap melakukan hal tersebut meskipun tidak dia minta tetapi Diandra memang suka mengerjai Bram. Dia suka melihat suaminya 'tersiksa' dengan anak-anak. "Tunggu!"
"Ya ampun, Sayang!" keluh Bram. "Kamu tidak usah dandan juga tetap cantik kok. Anak-anak sudah tidak sabar untuk berangkat lho. Memangnya kamu mau membuat para tamu menunggu berapa lama?"
"Sayang!" Diandra keluar dari kamar dengan gincu terbuka di tangannya, dia mengarahkan benda tersebut kepada suaminya. "Dengar ya! Aku memang cantik di mata kamu tapi di mata orang lain? Bisa-bisa mereka akan menghinamu kalau tahu istrimu tidak tampil sempurna di hari ulang tahun seorang Bram Halim."
"Memangnya siapa yang peduli?" jawab Bram sembari menaikkan sebelah alisnya. "Tidak perlu mendengarkan ucapan orang lain. Mereka hanya terlalu iri pada kehidupan kita. Kau sempurna, Sayang. Sangat sempurna. Bukankah begitu, Anak-Anak?"
Isac dan Jonas kompak mengangguk. "Mama cantik."
"Mama sangat cantik."
"Dengar kan!" ujar Bram sembari mengembangkan senyuman di wajahnya.
Mendengar hal tersebut, Diandra tersenyum tapi kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kalian itu ya! Bapak sama anak saja saja! Paling bisa kalau bikin mamanya salah tingkah."
.
.
.
Lihatlah! Kehidupan sempurna bagaimana lagi yang bisa Diandra harapkan terjadi pada dirinya? Ini merupakan keajaiban dan dia telah mempertaruhkan begitu banyak cerita di dalamnya. Sekalipun dia kehilangan banyak hal di masa lalu, tapi tak banyak orang yang bisa meraih kebangkitan sebesar ini. Bram bukan hanya sosok ayah bagi anak-anak mereka tetapi juga bagi Diandra sendiri. Terlebih kenyataan bahwa dia dilahirkan oleh seorang ibu pecandu alkohol, pekerja seks komersial dan tumbuh di lingkungan yang kurang beruntung selama bertahun-tahun lamanya. Tidak tahu siapa ayah kandungnya, dikucilkan oleh kebanyakan masyarakat. Namun, Bram berbeda. Dia pria paling sempurna di dalam kehidupan wanita muda ini.
Usia Bram sudah kepala lima, sementara Diandra belum genap kepala tiga. Namun dari segi manapun mereka tampak serasi. Bram punya badan yang bagus, terawat dan berhasil membuatnya terlihat awet muda, sementara Diandra mempersona. Perempuan dua puluh sembilan tahun tersebut punya rahang tegas, rambut panjang bergelombang nun menawan, kulit sawo matang yang sehat serta ideal. Orang yang tak mengenalnya mungkin bisa mengira kalau dia adalah model atau pemain drama. Yah, sebenarnya beberapa kali suaminya menawarkan padanya untuk ikut casting film dan berperan di drama yang Bram garap, tapi tampaknya kehidupan sebagai aktris bukanlah sesuatu yang bisa Diandra terima dalam kehidupannya. Terlalu muluk-muluk dan bukan dia banget.
"Sayang, kamu jadi mengundang Jena kan?" Bram yang menyetir malam itu bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan kota. Suasana sangat ramai, tentu saja. Orang-orang menyukai tahun baru dan begitu pula dengan keluarga mereka, terlebih ini juga malam ulang tahun Bram.
Diandra mengangguk. "Sudah. Aku sudah mengundangnya dari sebulan lalu, tapi katanya soal bisa datang atau tidak ..., dia sendiri kurang tahu. Tidak bisa memastikan. Maklum saja, Yang, sekarang kan dia sudah ada pacar baru."
"Maudia?"
Diandra mengangguk lagi. "Cewek itu, katanya mau diajak liburan ke Singapura dan mereka akan merayakan tahun baruan di sana. Tapi, entahlah. Belum ada kabar terbaru darinya. Yah, kamu tahu lah bagaimana kalau remaja dimabuk cinta."
"Idih!" Bram mengerutkan kening. "Remaja? Sejak kapan dia masuk kategori remaja? Sudah hampir kepala tiga masih dibilang remaja. Tapi, benar sih remaja ..., setidaknya belum setua aku."
"Lima puluh lima tahun tua?" Diandra tampaknya tidak suka dengan ucapan suaminya. "Siapa yang bilang usia kamu tua, Bram? Sini, biar aku makan hidup-hidup."
"Seram sekali mama kalian, Kids!" seru Bram membuat anak-anaknya yang sejak tadi diam dan menikmati video game di ponsel masing-masing itu terbahak-bahak. Mereka menikmati perjalanan, membuat satu persatu kehangatan melebur pada diri masing-masing sebelum akhirnya sebuah panggilan masuk ke ponsel Bram.
"Siapa, Sayang?"
Bram menggeleng. "Kurang tahu. Coba kamu angkatkan dulu!"
Diandra merogoh saku jas suaminya, melihat tampilan nomor pada layar ponsel pintar tersebut. Tanpa nama. Nomor asing. Dan, spontan dia menunjukkan nomor tersebut kepada sang suami. "Ini nomor siapa?"
Bram mengerutkan kening, mencoba mencerna sebelum akhirnya menggeleng juga. "Aku nggak tahu, Sayang. Nomor asing?"
"Apakah orang iseng?" tebak Diandra.
"Mungkin," jawab Bram singkat. "Sudahlah, kalau memang orang asing lebih baik abaikan saja. Tidak usah ditanggapi atau dia akan semakin menjadi."
"Baiklah!" jawab Diandra sembari memasukkan kembali benda tersebut ke dalam saku jas milik Bram. "Belakangan ini banyak kasus penipuan ya, Sayang. Suaminya Bu Farida, tetangga kita, minggu lalu tertipu penjualan mobil bekas lima belas juta lho."
"Serius?"
Diandra mengangguk pasti, dia menyandarkan bahunya di sandaran kursi sebelum akhirnya melirik ke arah suaminya. Jelas kalau dia sedikit cemburu, meskipun mungkin itu benar nomor penipu. Yah, Bram mana mungkin selingkuh sih? Dia terlalu pria baik-baik untuk mengkhianati pernikahan mereka. Namun, tetap saja firasatnya sebagai istri tak bisa bohong. Seolah ada dorongan untuk merasa tak baik-baik saja. Kenapa?
"Terus bagaimana, Sayang?"
"Bagaimana apanya?"
"Penipunya. Sudah dilaporkan ke polisi?"
"Belum."
"Kenapa nggak langsung lapor?"
"Kurang bukti."
Lenny adalah orang terkaya di ibu kota. Ia memiliki seorang istri, tetapi pernikahan mereka tanpa cinta. Suatu malam, ia secara tidak sengaja melakukan cinta satu malam dengan seorang wanita asing, jadi ia memutuskan untuk menceraikan istrinya dan mencari wanita yang ditidurinya. Dia bersumpah untuk menikahinya. Berbulan-bulan setelah perceraian, dia menemukan bahwa mantan istrinya sedang hamil tujuh bulan. Apakah mantan istrinya pernah berselingkuh sebelumnya?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Wanita bertubuh ideal tidak terlalu tinggi, badan padat terisi agak menonjol ke depan istilah kata postur Shopie itu bungkuk udang. Menjadi ciri khas bahwa memiliki gelora asmara menggebu-gebu jika saat memadu kasih dengan pasangannya. Membalikkan badan hendak melangkah ke arah pintu, perlahan berjalan sampai ke bibir pintu. Lalu tiba-tiba ada tangan meraih pundak agak kasar. Tangan itu mendorong tubuh Sophia hingga bagian depan tubuh hangat menempel di dinding samping pintu kamar. "Aahh!" Mulutnya langsung di sumpal...
Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.