Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Asmara Setelah Pernikahan Paksa
Asmara Setelah Pernikahan Paksa

Asmara Setelah Pernikahan Paksa

5.0
158 Bab
112.6K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

"Memang sulit jika menikah dengan orang yang belum selesai dengan masa lalunya. Baik, aku menyerah!" pekik seorang gadis yang dipaksa menikah dengan seorang uang usianya terbilang jauh dari dirinya. Pernikahan terpaksa ini, memang harus Fei Livi lakukan demi sebuah balas budi dan hutang ibu tirinya. Di mana dirinya harus melahirkan seorang anak dan setelah itu, pernikahan harus berakhir. Mampukan Fei Livi menjalani kehidupan yang pahit itu? Apakah Fei Livi akan mencintai suaminya sebelum dirinya pergi?

Bab 1 Setelah Lulus

Setelah kelulusan diumumkan, seluruh murid tingkat tiga sekolah menengah atas berhamburan keluar sekolah dengan menyombongkan semua hasil kerjanya. Banyak diantara mereka yang menjadwalkan diri dengan sejumlah liburan, ada juga yang sibuk dengan jenjang berikutnya.

Tring ......

Suara bel sepeda menghiasi meriahnya sorak kelulusan sekolah menengah atas di salah satu sekolah di Kota ternama. Seorang gadis muda yang mempunyai mimpi tinggi menjadi seorang desainer, tengah mengayuh sepeda mengarah jalan pulang ke rumahnya.

"Syukurlah, aku lulus dengan nilai yang hampir sempurna kata semua guru. Ibu pasti bangga sekali padaku. Dengan ini, aku bisa mengejar beasiswa untuk kuliah nanti." batin gadis itu dengan gembira.

Gadis itu bernama Fei Livi. Gadis berusia 19 tahun ini adalah seorang gadis pemimpi. Di mana dirinya memiliki banyak angan-angan yang ingin dicapainya ketika dewasa. Gadis yang tinggal di pinggiran kota ini masih mempunyai misi untuk ke kota besar supaya bisa meraih impiannya menjadi seroang desainer ternama. Tepatnya, di Kota Busan, di negara gingseng yang terkenal dengan dramanya tentang 'zombie'.

Akan tetapi, impiannya harus pudar ketika Ibunya mengatakan jika dirinya harus menikah dengan seorang pria berusia 29 tahun dan sudah menyandang status duda.

"Selamat siang. Ibu, aku, pulang!" salam Fei Livi dengan kegembiraannya.

Saat ia kembali ke rumah, Fei Livi mendapati rumahnya sedang kedatangan tamu dengan menggunakan mobil mewah. Ia pun terus bertanya-tanya, siapa gerangan yang datang ke gubuk kecilnya.

"Mobil siapa? Bagus sekali mobilnya. Um, kira-kita siapa ya, yang datang?" gumam Fei Livi. "Di gang sempit ini, bagaimana bisa mobil ini dengan percaya dirinya masuk ke gang sini?" sambungnya.

"Ibu, aku pulang," Fei Livi masuk ke rumah dengan langkah hati-hati. Memeriksa siapa gerangan yang datang.

"Oh, kau sudah pulang,"

"Oh, dia sudah pulang, nyonya. Sebentar ya__" ucap Cha Yeon Jae, Ibunya Fei Livi.

Cha Yeon Jae segera mendekati Fei Livi. Memintanya untuk duduk bersama dengan para tamu. Gadis berambut sebahu ini sangat bingung kenapa Ibunya memperlakukannya dengan baik kala itu.

Bukan rahasia umum lagi, memang Cha Yeon Jae ini adalah ibu tiri Fei Livi. Atau bisa dikatakan sebagai ibu angkat karena memang Fei Livi bukanlah putri kandungnya. Cha Yeon Jae ini selalu memperlakukan Fei Livi dengan kasar dan tidak baik. Mengingat Fei Livi bukanlah anak kandungnya, membuat Cha Yeon Jae tak pernah terlihat menyayanginya.

Sebenarnya, Fei Livi ini ketika bayi ditemukan di depan rumahnya ketika musim panas dan saat itu cuaca sedang cerah. Saat itu, Cha Yeon Jae masih berusia 17 tahun. Dia sudah tidak sekolah karena terhimpit hutang keluarganya yang mengharuskan ibu muda ini putus sekolah dan memutuskan untuk bekerja.

Cha Yeon Jae sampai saat ini belum menikah, karena ia tak ingin jika suatu saat nanti ketika dirinya memiliki suami, suaminya akan jatuh cinta kepada anak angkatnya. Ketakutannya itu memang wajar karena memang anak angkatnya memiliki paras yang cantik. Fei Livi juga seorang gadis yang santun dan memiliki pesona yang bisa membuat pria luluh.

"Nyonya Lee, nyonya besar Lee … perkenalkan, ini anak satu-satunya yang saya miliki. Namanya, Fei Livi. Dia baru saja lulus sekolah," ucap Cha Yeon Jae memperkenalkan putrinya kepada keluarga yang terlihat kaya di depannya.

"Coba sini, saya lihat hasil kerja keras kamu di sekolah," pinta nyonya besar Lee kepada Fei Livi.

"Fei, ayo berikan!" bisik Cha Yeon Jae dengan menyenggol lengannya.

Dengan sedikit gemetar, Fei Livi memberikan hasil ujian dan tes lain selama tiga tahun sekolah kepada kedua nyonya di depannya. Melihat ekspresi nyonya besar Lee yang tersenyum ramah, Cha Yeon Jae yakin jika anaknya masuk dalam kualifikasi sebagai menantu di rumahnya.

"Pernikahan akan terjadi dua minggu lagi. Siapkan dia dengan baik dan jangan kecewakan kami. Saya juga tidak menerima penolakan." Ucap nyonya Lee sinis.

Bagaimana tidak terkejut, Fei Livi yang baru saja ingin melebarkan sayapnya, kini dipatahkan oleh perjodohan pernikahan dadakan yang akan dilaksanakan dua minggu lagi tanpa sepengetahuan dirinya. Bukan sepengetahuannya saja, bahkan juga tanpa persetujuan darinya.

"Fei, sampai bertemu dua minggu lagi." Ucap nyonya Lee dengan senyum sinisnya. "Ingat, berdandan dengan sebaik mungkin, atau saya akan membuat ibumu di penjara!" ancamnya.

Sementara itu, Cha Yeon Jae mengantar nyonya Lee dan nyonya besar Lee ke luar. Fei Livi masih duduk termenung di sofa yang telah usang di makan usia. Fei Livi tak habis pikir dengan Ibunya yang mau menikahkannya di usia yang sangat muda.

"Besok kita ke dinas catatan sipil mengurus semua berkasnya. Kamu harus siap-siap lebih awal," ucap Cha Yeon Jae setelah keluar mengantar tamunya.

"Ibu kenapa tidak membicarakan hal ini dulu padaku? Kenapa Ibu mengambil keputusan sebesar ini tanpa berdiskusi dulu padaku, Bu?" tanya Fei Livi kecewa. "Harusnya, Ibu tanya dulu. Apakah ibu tahu, aku mau menikah atau tidak dengan anak nyonya itu," lanjut Fei Livi.

"Apa jika Ibu tanya kepadamu, kamu mau menikah? Tidak, 'kan? Kamu hanya ingin sekolah, sekolah dan sekolah saja!" sulut Cha Yeon Jae. "Mengertilah, Nak! Ini semua demi keluarga kita. Ibu mohon, pahamilah." ucap Cha Yeon Jae sampai menyatukan tangannya untuk putri angkatnya itu.

Sejatinya memang Cha Yeon Jae tidak sepenuhnya membenci Fei Livi, jika memang dengan pernikahan bisa melunasi hutangnya, Cha Yeon Jae juga akan lakukan itu pada dirinya sendiri. Namun, pria yang hendak di nikahkan dari keluarga kaya itu masih dibawah Cha Yeon Jae, terpaksa dirinya harus meminta putri angkatnya untuk melakukan pernikahan tersebut.

"Kenapa, Bu? Aku sudah lulus, aku akan kerja sambil menganyam ke perguruan tinggi dan akan melunasi hutang kita dengan pelan-pelan. Kenapa aku harus menikah?" lanjut Fei Livi, mengharapkan ada perubahan dari Ibunya.

"Hutang itu, mereka ingin kita membayarnya dengan keturunan. Ibu menolak jika mereka hanya ingin kamu mengandung saja. Maka dari itu, Ibu menginginkan pernikahan untukmu dari mereka. Kurang mengerti apa ibu ini, hah?" Cha Yeon Jae masih saja bicara dengan menyulut.

"Jadi ini nikah kontrak? Nikah kontrak itu ilegal, bukan? Kenapa Ibu lakukan ini?" Fei Livi masih berharap bisa negosiasi dengan Ibunya.

"Hutang kita sangat banyak. Ingat saat kamu sakit keras, saat kamu hendak masuk sekolah, dan saat kita tidak bisa makan? Ibu berhutang dengan nyonya Lee, Fei. Mereka meminta kamu melahirkan seorang anak, setelah itu … kamu bebas ingin melakukan apapun juga. Ibu juga akan membantumu untuk biaya kuliahmu nanti!" jelas Cha Yeon Jae dengan suara gemetaran. Cha Yeon Jae sendiri juga merasakan antara sedih dan emosi saat itu.

Ucapan Cha Yeon Jae membuat hati Fei Livi terluka. Ia menjadi bimbang dengan keputusannya yang ingin menjadi seorang desainer ternama. Dimana itu sudah ia cita-citakan sejak kecil.

"Jadi, aku tidak akan jauh beda dengan orang tua kandungku yang telah membuangku, Ibu. Aku akan membuang anakku nanti, apa bedanya aku dengan orang tuaku?" Fei Livi menangis tersedu-sendu.

"Dia akan besar di keluarga Ayahnya. Kenapa kamu keras kepala, Fei? Tolong, Ibu tidak ingin mendengar penolakan lagi darimu. Aku sudah korbankan masa mudaku untuk merawat dirimu. Apa kamu juga tidak ingin berkorban demi diriku?" Cha Yeon Jae pergi setelah mengatakan kata-kata keramat itu.

Kata yang tidak sepantasnya Cha Yeon Jae katakan, akhirnya terucap hari itu juga. Sejak muda ia memang sudah mengambil keputusan hendak merawat Fei Livi. Tidak seharunya pengorbanan itu dikatakan di waktu yang sedang tidak tepat.

***

Hati Fei Livi semakin kacau malam itu. Gadis berambut sebahu itu ingin rasanya memberontak. Namun, ketika Fei Livi melihat wajah wanita yang telah membesarkannya seorang diri, Fei Livi menjadi tidak tega. Bagi Fei Livi, memang itu sudah menjadi suratan takdirnya. Harus menikah dengan pria yang tidak dia cintai dan bukanlah menjadi raja dimasa depannya.

Di kamar, air mata Fei Livi tak henti-hentinya mengalir. Selama ia hidup, memang sering kali mendengar Cha Yeon Jae mengeluh. Tapi Fei Livi tidak pernah mendengar Ibunya meminta hal lebih darinya.

"Aku belum siap menikah. Tetapi, jika aku tak menikah dengan putra nyonya Lee itu, bagaimana nasib Ibuku? Ahh … aku lelah, mataku terasa berat. Aku ingin tidur dengan lelap malam ini."

***

Keesokan harinya ketika sarapan, suasana menjadi sedikit canggung. Cha Yeon Jae hanya diam saja menikmati sarapannya. Hal itu membuat hati Fei Livi semakin sakit dibandingkan dengan pupusnya cita-cita. Cha Yeon Jae mungkin belum bisa menjadi Ibu sekaligus Ayah yang baik bagi Fei Livi. Tapi, pengorbanannya memang butuh dihargai oleh Fei Livi.

Fei Livi menghela napas. "Aku mau menikah dengan anaknya nyonya Lee, Bu," ucap Fei Livi dengan terpaksa.

"Jika kamu memang tidak mau menikah dengannya, Ibu bisa cari cara lain untuk melunasi hutang kita," sahut Cha Yeon Jae masih marah.

"Bagaimana caranya, Bu? Bukankah Ibu mengatakan jika hanya ada satu cara, yakni aku menikah dengan anaknya nyonya Lee?" tanya Fei Livi bingung.

"Mungkin Ibu akan jual rumah ini. Sebaiknya kamu segera cari kontrakan atau kos saja. Nanti setelah rumah ini terjual, kita bisa segera pindah tanpa bingung lagi mau ke mana," jawab Cha Yeon Jae dengan suaranya yang lemah.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY