"Tu –tuan?" Mata bulat Attaya melebar. Ia tampak terkejut melihat pria tampan itu ada di kamarnya.
Namanya Leon, pria yang terpaksa dinikahi karena Bapaknya sakit.
"Masuklah!" perintah Leon sambil menelan saliva melihat kedatangan Gadis ayu itu.
Attaya adalah gadis itu paling tertutup di rumah ini, tapi mampu membuat Leon tak berdaya menginginkannya.
Bukannya lekas masuk menuruti perintah, Attaya malah membeku. Tak ingin kehilangan kesempatan yang mungkin saja tak Leon dapatkan lagi nanti, lekas diraih tangannya dan menariknya masuk. Menutup pintu kemudian dan menguncinya.
"Tuan, tolong jangan lakukan ini." Suara Attaya menghiba.
"Aku akan mengambil hakku sebagai seorang suami sekarang!" tekan Leon sembari mendorong tubuh Athiyah dengan kasar ke ranjang.
Pria itu tampak benar-benar kesal dan tak bisa menyembunyikan kecemburuan saat Riu -adiknya menyentuhnya. Sampai-sampai sangat ingin merenggut semua milik Athiyah hari ini. Dengan begitu, Athiyah tak akan lagi berani sekadar memandang apalagi jatuh cinta pada pria lain.
Wanita itu pun terjatuh keras, hingga tubuhnya sempat memantul di ranjang. Cepat ia mengangkat kepala, menatap nyalang ke arah Leon.
"Hentikan, Tuan!" teriaknya. "Apa Tuan lupa perjanjian kita sebelum menikah? Tuan tak akan pernah menyentuhku sampai Anda berani mengatakan pada semua orang kalau kita sudah menikah?!"
Leon mengembus kasar. Dalam sekejap apa yang terjadi sebelum akad pernikahan berlangsung berputar dalam benak. Bagaimana Leon menyeringai pada gadis yang bercucuran air mata di samping ranjang pasien di rumah sakit.
"Kita hanya perlu menikah. Dan kita menyembunyikan dari semua orang," ucap Leon hari itu.
Sambil menangis gadis itu menyetujui keinginan Leon. "Sampai saat itu tiba, Tuan juga tak boleh menyentuh saya."
"Apa maksudmu? Tak boleh menyentuhmu? Aku sudah membayarmu. Aku sudah membelimu. Kamu milikku. Kenapa aku tak boleh menyentuhmu?" protes Leon hari itu
"Lalu ... saya adalah istri Tuan, kenapa saya harus menyembunyikannya. Bukankah setelah menikah, keluarga Tuan adalah keluarga saya, Nyonya dan Tuan Bimantara adalah mertua dan orang tua saya?" Gadis itu malah balik protes dan membuatnya tak bisa berkata apa-apa.
Mana siap Leon mengatakan pada keluarganya dalam waktu dekat mengenai pernikahan kami?
"Jika Tuan ingin memiliki saya sepenuhnya, umumkan pernikahan kita. Itu perjanjiannya." Attaya menambahkan keinginan dalam kontrak pernikahan mereka dan pengobatan Bapaknya.
Leon dengan cepat menggeleng. Menepis semua itu. Meski hari itu ia mengiyakan. Tapi ia tak bisa menerimanya.
"Tidak! Aku tak mau melakukan itu Attaya. Ini juga bukan sepenuhnya salahku," ucapnya menggeleng, seiring tangan melepas kancing kemeja.
"Apa salah saya Tuan?" Perempuan itu bangkit dan beringsut sampai ke ujung ranjang hingga tubuhnya terantuk dinding.
"Kamu tak tahu salahmu?" tanya Leon sambil melempar pakaian asal, hingga hanya menyisakan celana melekat di tubuh. Leon tak mengerti apa yang membuat Attaya menolakku
Apa selama ini dia tak memiliki ketertarikan pada pria dengan penampilan sempurna seperti Leon? Tampan, bersih dan kaya raya. Leon bisa memberikan apa pun untuknya, selain keinginannya mengumumkan pernikahan mereka. Karena ini adalah pernikahan haram bagi keluarga Bimantara.
Sambil memegangi pakaian di bagian depan, seolah tak ingin orang lain menyentuh, Attaya menggeleng. "Tidak, Tuan!"
"Jangan melihat pria lain selain aku, Attaya!" tekan Leon sembari mendekat dan memaksanya melakukan malam pertama mereka.
Bersambung