/0/6791/coverbig.jpg?v=c28049822235ac884b7c6fb0843daca0)
Sebuah takdir kelam yang dimiliki oleh setiap orang yang memakai dogtag atau liontin nama. Mereka dianggap sebagai senjata yang bisa digunakan kapanpun. Seorang anak menjadi korban keganasan seseorang yang haus akan kekuasaan. Dia dijadikan sebagai budak senjata. Tanpa rasa belas kasihan, dia dipaksa mengkonsumsi obat-obatan agar dia tetap hidup. Suatu hari, Sena, nama anak laki-laki itu, bertemu dengan seorang gadis yang berasal dari keluarga terpandang. Karena gadis itu menjadi incaran banyak orang, Sena ditugaskan untuk melindunginya. Seiring berjalannya waktu, cinta tumbuh diantara keduanya. Namun, takdir tak membiarkan keduanya bersatu dengan mudah. Apa yang terjadi selanjutnya? Mampukah keduanya bersama hingga akhir?
Sebuah kisah tentang kehidupan sekelompok orang yang memakai dog tag atau liontin nama. Takdir kehidupan yang tak pernah mereka inginkan, tapi harus mereka jalani. Suka atau tidak, mau tidak mau, mereka harus menerima takdirnya.
Banyak yang harus mereka lalui demi bisa bertahan hidup. Begitu pula dengan seorang anak laki-laki, dia berharap bisa menjalani hidupnya yang terasa sulit dan tanpa tujuan.
Di malam yang gelap, di tengah hutan kota, seorang anak laki-laki berusia sekitar 11 tahun dengan membawa katana di pinggangnya dan memakai dog tag dengan tulisan, Sena Izumi. Dia berjalan seorang diri tanpa rasa takut.
Saat melihat sebuah pohon yang besar, dia berhenti lalu mendongak melihat ke atas pohon tersebut.
Sena melihat dahan pohon yang besar, lalu dia pun melompat ke atas dahan pohon yang paling tinggi. Matanya menatap kebawah, terlihat suasana kota yang begitu ramai. Terlihat indah dari atas. Hembusan angin menerbangkan rambutnya yang cukup panjang.
Di sebuah gedung yang mewah, sedang diadakan pesta dari kalangan elit. Suara tawa para undangan terdengar sangat riuh.
Di depan pintu masuk, sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti tepat di depan gedung. Dari mobil tersebut, keluarlah sepasang suami istri bersama putri mereka yang berusia sekitar 10 tahun.
"Dad, tempat ini ramai sekali," ujar gadis kecil itu.
Kedua orang tuanya tersenyum menanggapi ucapan putri mereka.
"Tentu saja, Chalista. Di sini sedang ada pesta," jawab ibu.
Gadis yang dipanggil Chalista itu terlihat senang. Dia sangat menyukai pesta.
"Sudah, ayo masuk!" ajak ayah.
Ibu dan ayah menggandeng Chalista masuk ke dalam. Sampai didepan pintu, mereka langsung disambut oleh pemilik pesta.
"Selamat malam, Tuan Cristiano dan Nyonya Cristiano," sapa pemilik pesta.
"Selamat malam juga, Tuan Mareno" Nyonya Cristiano membalasnya sambil tersenyum.
Mereka berbincang-bincang, tanpa menyadari ada beberapa orang yang sedang mengawasi pergerakan keluarga Cristiano.
"Bagaimana keadaan di sana?" tanya seorang pria pada rekannya lewat earphone.
"Di sini aman!" jawab rekannya.
"Ingat! Target kita adalah gadis kecil itu. Begitu ada kesempatan cepat tangkap dia!" perintah pria yang lain.
"Baik!"
Chalista merasa bosan dengan suasana pesta. Dia pun memutuskan untuk pergi jalan-jalan ke luar dari gedung. Chalista pergi tanpa memberitahu kedua orang tua nya.
Chalista sangat menikmati Pemandangan di luar gedung yang sangat indah. Hingga tanpa dia sadari, dia sudah sampai di bukit hutan kota. Chalista tak tahu jika di atas pohon ada seseorang yang sedang berbaring.
"Lihat bintang di sini lebih menyenangkan," ujar Chalista.
Sena terkejut mendengar suara seseorang di bawahnya. Dia bangun dan duduk, pandangannya beralih ke arah Chalista yang sedang berdiri menatap langit.
Sena terus memperhatikan Chalista dari atas pohon. Sedikit rasa penasaran muncul di dalam hati Sena, tentang gadis kecil itu.
Chalista menutup matanya, menikmati hembusan angin malam yang menerpa wajah cantiknya. Tak berapa jauh dari Chalista, beberapa pria perlahan mendekati gadis kecil itu.
Awalnya, Sena sama sekali tidak peduli. Namun, melihat pria itu hendak mengayunkan pedangnya kepada Chalista, Sena langsung turun dari atas pohon dan menggendong Chalista menjauh.
"Kyaa!" Chalista terkejut karena tiba-tiba ada yang menggendongnya.
Pria itu terkejut karena dalam sekejap mata, ada sekelebatan bayangan yang membawa targetnya itu pergi. Pria itu melirik ke samping dengan pandangan tajam seperti binatang buas.
Pria itu menatap tajam Sena yang menggendong Chalista. Tanpa banyak bicara, pria itu kembali menyerang Sena dan Chalista. Bagi Sena, menghindari serangan pria itu sangatlah mudah.
Sena terus menghindari ayunan pedang pria itu dengan lincahnya, sambil menggendong Chalista.
"Hei, bocah! Jangan ikut campur urusanku! Cepat serahkan anak itu pada kami! Jika tidak, kau akan mati!" teriak pria itu memberi peringatan.
Chalista yang ketakutan, memeluk erat leher anak laki-laki itu sambil memejamkan matanya. Tubuhnya gemetar ketakutan.
"Pegangan yang erat!" bisik Sena
Chalista hanya bisa menurut saja. Sena terus menghindari gerakan pedang pria itu. Dia melompat ke sana kemari dengan mudahnya, dia pun melompat ke atas dahan pohon.
Baru saja Sena melompat ke atas dahan pohon, seorang pria lainnya muncul dari belakang Sena dengan membawa pedang. Dia terkejut, segera menghindar dengan melompat turun kembali ke bawah.
"Hei! Hei! Apa-apaan kau ini? Sudah aku bilang, cukup aku saja yang membunuhnya! Untuk apa kau ikut campur!" pria itu berteriak-teriak pada temannya yang baru datang.
"Aku sudah bosan menonton mu aksimu itu! Sejak tadi, kau bahkan tidak bisa menyentuhnya. Bagaimana bisa kau membunuh gadis itu!" jawab teman pria itu dengan nada meremehkan.
"Cih, aku hanya ingin bermain sebentar. Aku belum serius." Pria itu membalasnya dengan asal.
'Ini tidak baik,' gumam Sena dalam hati.
"Sudahlah, Yun! Kita serang dia bersama-sama!" ajak teman pria yang dipanggil Yun itu.
"Baiklah. Tidak ada pilihan lain," balas Yun dengan seringai di wajahnya.
Situasi Sena saat ini semakin terpojok. Dia harus menghadapi dua orang pria dewasa dengan membawa pedang. Ditambah lagi, sekarang dia tak sendiri. Sena saat ini membawa seorang gadis di pelukannya.
Pergerakkannya terbatas karena ada Chalista. Sena menatap kedua pria itu secara bergantian. Tatapan yang tajam tanpa rasa takut, Sena perlihatkan pada kedua pria itu.
"Hehehe ... Kau sudah seperti tikus yang terpojok," ujar pria satunya.
Sena terdiam. Dia semakin mempererat pelukannya pada Chalista. Kedua pria itu berjalan mendekati Sena dan Chalista.
Keduanya bersiap untuk menyerang kembali Sena dan Chalista.
"Hehehe ... Bocah, sebaiknya kau menyerah dan serahkan gadis kecil itu pada kami. Dengan begitu kau bisa kabur dengan mudah," ujar Yun.
Chalista menatap kedua pria didepannya yang semakin dekat itu dengan pandangan takut. Tubuhnya semakin gemetar ketakutan, dia pun semakin erat memeluk Sena.
Sena mengalihkan pandangannya kearah Chalista. Lalu kembali menatap kedua pria yang semakin dekat, mereka kembali mengangkat pedangnya dan bersiap mengayunkan senjatanya.
*
Sementara di dalam gedung. Keluarga Cristiano tak menyadari jika putri mereka tak bersamanya. Hingga sebuah pertanyaan menyadarkan Tuan dan Nyonya Cristiano.
"Tuan dan Nyonya Cristiano, saya dengar Anda datang bersama putri Anda. Kalau boleh tau, dimana putri Anda, Tuan, Nyonya?"
"Putri kami ada bersama kami ..." ucapan tuan Cristiano terpotong.
Dia baru menyadari jika putrinya tak lagi bersama dengannya di pesta. Nyonya Cristiano terlihat panik.
"Dimana Chalista?" tanya nyonya Cristiano.
Tuan Cristiano mengedarkan pandangannya keseluruhan ruangan mencari keberadaan putrinya. Namun, dia tak menemukan keberadaan Chalista.
"Chalista! Chalista! Di mana kamu, sayang?" panggil nyonya Cristiano.
"Chalista!" panggil tuan Cristiano.
Kedua orang tua Chalista terlihat panik saat mengetahui putrinya menghilang. Tuan Cristiano segera menghubungi beberapa anak buahnya yang sedang berjaga di pesta itu.
"Cepat cari Chalista! Temukan dia, di mana pun dia berada!" perintah tegas Tuan Cristiano.
"Baik, Tuan!" jawab para pengawal.
Para pengawal langsung berpencar mencari anak majikan mereka, Chalista.
Yuliang, seorang gadis yang baru berusia 17 tahun. Namun, keahliannya dalam belajar diri tak diragukan lagi. Dia terpaksa menjadi anak buah bos mafia yang kejam bernama Alex. Demi bisa menyelamatkan Ibu dan adiknya yang disandra oleh Alex. Sampai suatu hari, Yuliang bertemu dengan seorang pemuda bisu yang siap membantunya menyelamatkan Ibu dan Adiknya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Warning!!!!! 21++ Aku datang ke rumah mereka dengan niat yang tersembunyi. Dengan identitas yang kupalsukan, aku menjadi seorang pembantu, hanyalah bayang-bayang di antara kemewahan keluarga Hartanta. Mereka tidak pernah tahu siapa aku sebenarnya, dan itulah kekuatanku. Aku tak peduli dengan hinaan, tak peduli dengan tatapan merendahkan. Yang aku inginkan hanya satu: merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milikku. Devan, suami Talitha, melihatku dengan mata penuh hasrat, tak menyadari bahwa aku adalah ancaman bagi dunianya. Talitha, istri yang begitu anggun, justru menyimpan ketertarikan yang tak pernah kubayangkan. Dan Gavin, adik Devan yang kembali dari luar negeri, menyeretku lebih jauh ke dalam pusaran ini dengan cinta dan gairah yang akhirnya membuatku mengandung anaknya. Tapi semua ini bukan karena cinta, bukan karena nafsu. Ini tentang kekuasaan. Tentang balas dendam. Aku relakan tubuhku untuk mendapatkan kembali apa yang telah diambil dariku. Mereka mengira aku lemah, mengira aku hanya bagian dari permainan mereka, tapi mereka salah. Akulah yang mengendalikan permainan ini. Namun, semakin aku terjebak dalam tipu daya ini, satu pertanyaan terus menghantui: Setelah semua ini-setelah aku mencapai tahta-apakah aku masih memiliki diriku sendiri? Atau semuanya akan hancur bersama rahasia yang kubawa?