/0/6815/coverbig.jpg?v=80927f08d3d39580abee1e34e6390efe)
Perubahan di hidupku setelah melahirkan. Dingin pada suami sendiri. Namun, luka di hatiku tidak bisa mengering secepat itu. Semuanya akan aku balas padamu, Mas! ***
Perubahan di hidupku setelah melahirkan. Dingin pada suami sendiri. Namun, luka di hatiku tidak bisa mengering secepat itu. Semuanya akan aku balas padamu, Mas! ***
BAB 1
"Aduh, perutku sakit banget, Mas. Kayaknya mau melahirkan."
"Halah, tahan dulu sakitnya. Besok aja kalau mau melahirkan. Hari ini aku sibuk," katanya sambil mengibaskan tangan.
"Tapi, Mas-" Aku kembali meringis, terduduk di lantai. Dia masih saja tidak peduli, dia kira aku ini sedang bersandiwara.
"Kamu itu susah banget dibilangin. Tunda aja acara melahirkan itu."
Aku memegangi perut buncit, menatap miris ke Mas Reno yang pergi dari rumah. Dengan tertatih, aku keluar rumah. Mobil suamiku sudah tidak ada lagi di parkiran.
"Tolong!" teriakku lirih. Menatap sekitar, kembali berteriak.
Beberapa menit aku melakukan itu, tidak ada yang datang. Mas Reno memang benar-benar. Dia tidak mau tahu urusanku. Aku mengusap dahi yang berkeringat. Sepi, tidak ada siapa pun. Tidak mungkin aku berharap lebih, ini sepi sekali.
Dengan susah payah, aku mengambil dompet dan ponsel di dalam. Kemudian mengunci pintu rumah. Payah sekali keadaanku sekarang, tidak tau mau melakukan apa. Bahkan napasku tidak stabil sekali.
Baru berjalan beberapa langkah di jalan besar, aku berpapasan dengan tetangga depan rumah. Tetanggaku tampak kaget, langsung menghampiri dengan wajah panik.
"Loh, Bu Nina kenapa jalan sendirian? Aduh, mukanya kok pucat gitu?" Tetanggaku langsung membantu memegang aku yang berdiri saja sulit. Sakit sekali rasanya.
Alhamdulillah. Ada tetangga yang lewat. Aku memegangi tangannya. Napasku sejak tadi tidak beraturan, keringat terus mengalir dari kening.
"Tolong saya, Bu. Saya mau melahirkan." Aku berkata patah-patah, meminta bantuan padanya.
"Ya ampun, sebentar saya keluarin mobil dulu, Bu."
Kami menuju ke rumah sakit. Tetanggaku memang baik sekali, kebetulan saja dia belum pulang tadi. Untung tidak terlambat. Kalay terlambat, entah apa jadinya bayi yang sedang aku kandung ini. Aku mengusap wajah, menatap keluar kaca mobil.
"Kamu memang tidak punya perasaan, Mas."
***
"Selamat, Bu. Anaknya laki-laki. Tampan."
Aku menggendong bayi laki-laki yang diberikan dokter itu. Tampak tenang, membuatku tersenyum. Dia begitu tampan.
"Saya perlu hubungi Pak Reno, Bu?" tanya tetanggaku tadi. Dia tampak khawatir sekali dengan keadaanku.
"Tidak perlu. Terima kasih udah nganterin ke rumah sakit, sekaligus nemenin, Bu. Sekali lagi terima kasih." Aku benar-benar bersyukur bisa bertemu dengannya. Kalau tidak, tidak tau bagaimana nasib anakku sekarang.
"Saya malah senang, Bu. Ibu bantu saya banyak. Masa saya gak pernah bantu Ibu. Saya permisi dulu, Bu. Masih ada kerjaan di rumah."
"Iya. Jangan kasih tau suami saya kalau saya sudah melahirkan, ya, Bu."
Meskipun tetanggaku tampak kebingungan, tapi dia tetap mengangguk, tersenyum padaku. Kemudian keluar dari ruang rawatku.
"Selamat datang di dunia, Nak." Aku mengecup keningnya. Dia masih terlihat tenang.
"Sayangnya, Papa kamu tidak peduli," lanjutku. Mas Reno benar-benar tidak punya hati.
Aku mengusap pipi bayi yang masih merah itu. Papa yang tadi mengazani bayiku. Sekarang, sedang di kantin, bersama Mama. Aku memang sempat menghubungi kedua orangtuaku untuk bisa menemani lahiran sekaligus membantuku merawat bayi ini.
Ah, anak pertama kami. Ternyata, Mas Reno sama sekali tidak peduli. Bahkan saat aku hamil, mana pernah dia menanyakan aku mau makan apa, lebih ke bodo amat.
Ponselku berdering. Dia baru saja menelepon. Untuk apa dia menelepon? Aku mendengkus pelan, enggan mengangkat telepon tapi akhirnya menggeser tombol berwarna hijau di layar.
"Kamu di mana? Kok gak ada di rumah? Terus berantakan kayak gitu. Kamu itu gak beres jadi istri. Kerjaan cuma di rumah doang." Baru juga diangkat teleponnya, dia sudah marah-marah saja.
Salah satu sudut bibirku terangkat. Memangnya aku peduli?
Apakah aku peduli? Aku tidak akan peduli sama seperti kamu tidak mempedulikanku tadi, Mas!
"Terserah." Aku menjawab singkat.
"Loh, kok jawabannya terserah? Halo, Nina?"
Tanpa mengatakan apa pun lagi, aku mematikan telepon, meletakkan ponsel kembali ke atas meja, menyalakan mode hening. Kemudian mengembuskan napas pelan.
Dari dulu sampai sekarang, Mas Reno memang begitu, tapi aku tidak menyangka dia tidak peduli dengan kehamilanku. Padahal ini adalah anak pertama kami.
Denting pelan terdengar dari ponselku. Ada pesan masuk dari sahabat lama. Dia kutugaskan untuk mencari tau sesuatu tadi.
Mataku mengerjap pelan. Foto Mas Reno, mertua, juga iparku yang sedang jalan-jalan ke rekreasi mahal. Juga restoran mewah.
"Oh, jadi ini yang kamu bilang sibuk?" bisikku sambil tertawa pelan.
Sibuk menghabiskan uang? Wow.
Parahnya lagi, itu semua uangku. Selama kami menikah, mana pernah Mas Reno memberikan nafkah. Kehidupan kami bergantung ke usahaku.
Sayangnya, semua tabungan sudah aku belikan aset dan semuanya atau nama Mas Reno. Entah kenapa aku bisa melakukan hal itu.
Itu hal yang paling tidak masuk akal yang pernah aku lakukan.
"Ini bukan sekali atau dua kali."
Aku mengepalkan tangan. Pandanganku tertuju ke bayi yang masih terlihat tenang di gendonganku.
"Papamu sudah merasa kaya, Nak," kataku dengan senyum miris.
Kejadian tadi, membuatku berpikir ulang tentang cinta Mas Reno padaku. Sudah berapa lama aku terjebak dalam kebodohan ini?
"Aku akan membuatmu miskin kembali, Mas."
***
Elyana Louis, gadis berusia dua puluh tiga tahun ini kabur dari rumah karena menolak perjodohan. Agar tidak ditemukan oleh orang suruhan kakeknya, ia menyamar menjadi gadis culun dan bekerja di sebuah rumah orang kaya sebagai pembantu. Niat hati ingin menghindari perjodohan, Elyana malah harus menggantikan anak sang majikan untuk menikah. Karena tepat di hari pernikahannya, sang mempelai wanita kabur bersama dengan kekasihnya. "Eli, aku memohon! Bantu kami untuk menyelamatkan nama baik keluarga Danu. Jika sampai perjodohan ini dibatalkan, keluarga Danu akan diusir dari kota ini. Anggap saja ini sebagai pekerjaan untukmu. Aku akan memberimu uang satu juta dolar sebagai imbalan. Bagaimana?" ucap sang majikan dengan penuh permohonan. "Hanya satu tahun saja. Setelah itu, kau boleh mengajukkan gugatan perceraian," tambahnya lagi, meyakinkan Elyana. Ketika Elyana sudah menyetujui tawaran dari sang majikan untuk menikah, alangkah terkejutnya ia ketika melihat pria yang akan menjadi suaminya. Pria itu adalah pria yang bersamanya satu bulan yang lalu. Dan pria itu ... tidak melepaskan Elyana seumur hidupnya. "Aku ingin bercerai!" ucap Elyana. "Hah, bercerai? Itu tidak akan terjadi, kecuali aku mati!" balas pria itu. Simak cerita selengkapnya, hanya di "Terjebak Pernikahan dengan CEO". Selamat membaca. Semoga terhibur ^_^ Baca juga cerita othor yang lain dengan judul "Sandiwara Pernikahan" Follow IG @rymatusya (nanti difollow balik) o(〃^▽^〃)o
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"
Seri Terjebak - Episode I: Terjebak dengan sang CEO. Dibius pada suatu malam oleh mantan pacarnya, seorang pria misterius memanfaatkan tubuhnya dalam malam yang menyenangkan. Untuk membalas dendam, dia menikahi pria itu, dan memanfaatkannya. "Selama aku masih hidup, aku adalah istri sahnya, sedangkan kalian semua cuma wanita simpanan." Dia tetap bersikeras bahkan ketika pria itu terlibat dalam skandal dengan wanita lain. Akhirnya dia pergi setelah mengetahui bahwa pria itu telah mengkhianatinya lagi. Tetapi nasib membawanya kembali kepada pria itu beberapa tahun kemudian, yang membuatnya menjadi heran. Pria itu sudah mendapatkan apa yang diinginkan darinya, tetapi dia tidak mengerti mengapa pria itu masih ingin menyiksa dan menghantuinya.
Jatuh dari keningratan, Zen Luo menjadi budak yang rendahan yang digunakan sebagai karung tinju untuk para mantan sepupunya. Secara tidak sengaja, dia menemukan cara untuk mengasah dirinya menjadi senjata dan sebuah legenda dimulai karena itu. Dengan keyakinan yang kuat untuk tidak pernah menyerah, dia berusaha untuk membalas dendam dan mengejar impian yang besar. Pendekar dari berbagai klan bersaing untuk kekuasaan dan dunia menjadi kacau. Mengandalkan tubuh yang sebanding dengan senjata ampuh, Zen mengalahkan banyak musuh dalam perjalanannya menuju keabadian. Akankah dia berhasil pada akhirnya?
Tunangan Lena adalah pria yang menyerupai iblis. Dia tidak hanya berbohong padanya tetapi juga tidur dengan ibu tirinya, bersekongkol untuk mengambil kekayaan keluarganya, dan kemudian menjebaknya untuk berhubungan seks dengan orang asing. Untuk mencegah rencana jahat pria itu, Lena memutuskan untuk mencari seorang pria untuk mengganggu pesta pertunangannya dan mempermalukan bajingan yang selingkuh itu. Tidak pernah dia membayangkan bahwa dia akan bertemu dengan orang asing yang sangat tampan yang sangat dia butuhkan. Di pesta pertunangan, pria itu dengan berani menyatakan bahwa dia adalah wanitanya. Lena mengira dia hanya pria miskin yang menginginkan uangnya. Akan tetapi, begitu mereka memulai hubungan palsu mereka, dia menyadari bahwa keberuntungan terus menghampirinya. Dia pikir mereka akan berpisah setelah pesta pertunangan, tetapi pria ini tetap di sisinya. "Kita harus tetap bersama, Lena. Ingat, aku sekarang tunanganmu." "Delon, kamu bersamaku karena uangku, bukan?" Lena bertanya, menyipitkan matanya padanya. Delon terkejut dengan tuduhan itu. Bagaimana mungkin dia, pewaris Keluarga Winata dan CEO Grup Vit, bersamanya demi uang? Dia mengendalikan lebih dari setengah ekonomi kota. Uang bukanlah masalah baginya! Keduanya semakin dekat dan dekat. Suatu hari, Lena akhirnya menyadari bahwa Delon sebenarnya adalah orang asing yang pernah tidur dengannya berbulan-bulan yang lalu. Apakah kesadaran ini akan mengubah hal-hal di antara mereka? Untuk lebih baik atau lebih buruk?
© 2018-now Bakisah
TOP