/0/6826/coverbig.jpg?v=4ce79a0298017204174ec02704e3f198)
Indira Aubrey harus banyak-banyak bersabar ketika dirinya dipaksa menikah, lalu harus tinggal bersama Om Mesum; Liam Ogawa. Pria keturunan Jepang - Indonesia itu tidak pantang menyerah mengusik kehidupannya. Seharusnya, ia bisa menerima ketika orang-orang disekitarnya mengatakan perempuan itu beruntung dipilih untuk menjadi bagian Keluarga Ogawa. Nyatanya, ia pusing tujuh keliling, harus tinggal satu atap dan beradaptasi diusia mudanya untuk menikah dan menjadikan Liam sebagai suaminya. Ia tidak akan pernah mengakui pria itu di hadapan temannya dan akan selalu membencinya. Tapi, bukankah terkadang cinta datang di saat yang tidak tepat? Lalu, bagaimana ketika Liam menyerah, tidak peduli lagi dengan kehadiran Indira di hidupnya? Bagaimana juga ketika Indira menyesali semuanya?
"Berengsek! Berani-beraninya lo sentuh gue!"
Satu tamparan dilayangkan Indira pada Gio. Playboy di sekolah Indira yang sudah mengambil kesempatan untuk meremas salah satu bagian tubuhnya yang menggoda di bawah pinggul.
Dirinya terlalu larut dalam hentakan musik di klub. Bahkan, ingar bingar tadi yang sempat mememakakan telinga, kini berhenti dan dirinya bersama pria berengsek itu mulai menjadi objek pandangan mereka semua.
Tidak sedikit dari para pria di sekitar mereka mulai mengolok Gio yang masih memegang pipi kanannya setelah mendapatkan tamparan keras dari perempuan bertubuh semampai dengan rambut sedikit ikalnya. Bola mata dengan manik hitam itu terlalu menggoda pria lain untuk menatapnya lebih lama dan berfantasi liar saat pandangan mereka semakin turun menuju bibir ranum seksi itu.
Usianya masih terbilang muda, tapi sudah mampu menarik perhatian pria sepertinya. Tubuh indah dengan tinggi 168 senti. Cukup ideal bagi perempuan Asia.
"Aduh, bro ... sakit, ya?" ejek salah satu suara yang sudah membuat Indira dan Gio berada dalam satu lingkaran. Menjadi tontonan gratis untuk mereka.
Gio mengetatkan rahangnya saat semakin banyak para pria mengejek dirinya dan merangkum dalam satu suara jika dirinya terlalu mudah dipermalukan oleh seorang perempuan.
"Dia udah apain lo, Ra?!" panik Naomi, perempuan mungil itu mendekati sahabatnya yang masih menatap tajam Gio yang memandangnya lekat, masih memegang pipi.
Indira menunjuk dengan tatapan tajam pada Gio, mengarah pada wajah pria playboy itu dan mengatakan, "Dia sudah berani sentuh tubuh gue. Mengambil kesempatan dalam kesempitan saat kita terlalu asik mengikuti suara musik dari dj," ungkapnya.
Kemudian, tanpa diduga, Indira melayangkan tamparan di pipi lainnya yang langsung membuat mereka semua terperangah.
"Itu karena lo menganggap mudah perempuan lain bisa terangsang sama lo! Tapi nggak akan pernah berlaku buat gue, berengsek!"
Penutupnya, Indira sudah menginjak kaki Gio membuat pria itu semakin merintih sakit dan tidak bisa berbuat apa pun. Ia mengepalkan tangannya melihat Indira berlalu, izin pada sahabatnya ke arah toilet.
'Lo pikir diri lo siapa sampai bisa mempermalukan gue, ha? Mari kita lihat apa yang bisa lo lakukan saat nggak ada satupun orang yang bisa menonton aksi gue untuk bersikap tidak senonoh pada lo, Indira Aubrey.'
Senyum licik terpatri di wajah Gio Daniel. Pria bertubuh tinggi, pemain basket dan menjabat sebagai Kapten tapi memiliki sikap bad boy dan sangat sering berganti kekasih. Sayangnya, Indira belum bisa ia taklukan. Perempuan itu sepertinya tidak pernah menargetkan dirinya untuk menjadi kekasihnya. Karena Indira pun terkenal sebagai playgirl.
Ia suka bergonta ganti kekasih.
Perempuan itu membasuh dengan perasaan kesal wajahnya. Menatap lamat-lamat cermin wastafel di toilet perempuan dan mengetatkan rahang saat bayangan dan sentuhan tangan nakal Gio bermain di sana.
Untung ia segera sadar. Dirinya memang sangat sensitif dengan sentuhan pria. Ia masih harus melindungi diri meskipun Indira sadar ia sering melanggar perintah orangtuanya yang terlalu memaksa dirinya untuk tinggal di rumah tanpa menjadi seorang perempuan pembangkang.
Ia meringis pelan. Menyesali dalam hati saat inilah perlakuan yang harus dirinya terima. Terutama pergi dari rumah tanpa sepengetahuan orangtuanya.
"Sebaiknya gue pulang lebih cepat atau orangtua gue bakal sadar anak gadisnya nggak ada di rumah," cetusnya sudah bergidik ngeri jika Mama tersayangkan akan 'meledak-ledak'.
"Dicubit aja sakit, apalagi dimaki," lanjutnya tidak sanggup mendapatkan rentetan nasehat sepanjang jalan tol.
Namun, saat ia sudah berjalan keluar toilet, ia menjerit dan tubuhnya di dorong kasar ke dinding. Ia meringis sakit dan nyaris merasa remuk. Tapi, saat matanya terbuka, ia membeliak, mendapati Gio sudah mengungkung tubuhnya.
"Halo, Cantik ..."
"Sudah puas mempermalukan gue yang terlihat nggak berkutik tadi? Puas menginjak harga diri gue?" seringainya pun semakin puas mendapati Indira berontak, melepaskan diri tapi ia sudah menekan tubuh bagian depan, menahan Indira agar tidak kabur.
Ia menahan kedua tangan Indira di sisi tubuh perempuan itu.
"Lepaskan tangan gue, berengsek! Seharusnya sudah cukup gue mempermalukan lo! Nggak usah diulang lagi atau lo bakal malu!" sungutnya menatap tajam Gio yang kini tersenyum penuh arti padanya.
"Lupa jika ingar bingar itu terlalu berisik di area depan? Sedangkan kita berada di koridor toilet yang sepi." Ia semakin suka melihat wajah pucat Indira.
"Gue mau membalaskan semua perlakuan lo pada gue, Sayang ... gue mau menuntut hak gue karena lo udah menampar kedua pipi gue hanya untuk hal sepele," jelasnya dan Indira menjerit saat wajah Gio sudah membenam di perpotongan leher jenjangnya.
"Menyingkir dari tubuh gue, bodoh! Gue nggak sudi disentuh sama lo!" pekik Indira meronta.
Ia berusaha menggerakkan tubuhnya agar bibir itu tidak terus menerus mengendus dan sialnya sudah mencium leher jenjang Indira. Ia ketakutan. Tangannya gemetar saat tidak bisa berkutik saat ada pria melakukan hal gila yang seperti Gio perbuat padanya.
Terutama kedua lututnya ditahan. Ia tidak bisa melakukan perlawanan.
"Akh!"
Tubuh Indira segera dibalik cepat dan kedua tangannya di piting, jadi satu di belakang punggung Indira.
Indira menangis. Kedua bawah pinggulnya kembali diremas, lebih kuat dan salah satu dadanya ikut menjadi pelampiasan pria itu dari belakang.
"Tolong ... siapa pun tolongin gue ..." tangisnya pecah.
Ia dilecehkan dan ini sudah sangat keterlaluan. Tubuhnya bergetar hebat mendengar tawa sumbang Gio. Ini sia-sia saja, sampai Indira tidak henti berteriak-mencoba menyamai suara dengan ingar bingar-yang nyatanya tidak berhasil.
"Cukup dengan kegilaanmu, Anak muda," cetus suara dan sebelum Gio terkesiap, begitupun dengan Indira yang masih menangis.
Indera pendengaran perempuan itu sudah diisi dengan suara pukulan bertubi-tubi. Gio mengerang kesakitan dan Indira berbalik ketakutan, mendapati Gio tersungkur, tidak bisa melawan tubuh yang lebih tinggi darinya, mencoba menjadi penyelamat bagi Indira Aubrey.
Pria berkulit putih dengan persentase tiga puluh persen menuruni keturunan Jepang itu menegakkan tubuhnya. Ia membersihkan kedua tangan dan menatap dengan senyum remeh pada anak muda yang tidak bisa menyamai kekutannya.
"Jika kamu berani, hadapi pria seusiamu atau pria yang memiliki kekuatan sama, bukan untuk menyakiti perempuan lemah," ungkapnya sambil melepaskan jas hitamnya.
Indira terkesiap. Pria bertubuh tinggi dengan postur tubuh proporsional, tidak berotot besar, tapi sangat tampan itu sudah menyampirkan jas miliknya di gaun pendek Indira.
Gaun yang menampilkan bahu putihnya dengan lengan panjang. Malam ini perempuan itu tampil cantik dengan gaun berwarna maroon.
"Ayo. Aku akan mengantar kamu sampai depan lobi," ucapnya tersenyum lembut, menuntun dengan meraih kedua bahu Indira.
Seperti terhipnotis dengan senyum dan bagaimana perlakuan lembut pria berambut hitam dengan tatanan rapi itu, Indira hanya diam dan menurut untuk pergi keluar klub lewat pintu belakang.
Embusan angin malam memainkan rambut panjangnya yang sedikit ikal. Ia mengeratkan hangatnya jas yang dipakai Indira dan aroma maskulin itu semakin membuatnya nyaman.
"Ingin singgah ke apartemenku? Mungkin lebih menarik bersama pria dewasa sepertiku dibandingkan bersama pria muda di dalam sana," ungkap pria itu membuat tubuh Indira membeku.
Manik hitamnya membeliak, mendengar pernyataan yang terkesan santai. Bahkan, pria itu seperti mengejeknya lewat senyum manisnya.
"BERENGSEK! LO PIKIR GUE PEREMPUAN MURAHAN YANG NGGAK BISA MEMENTINGKAN LOGIKA DIBANDINGKAN RISIKO NANTINYA DI MASA DEPAN, HA?!"
Pria dewasa itu terkesiap. Ia mendapatkan tamparan keras dari Indira.
"DASAR PRIA TUA! SEENAK JIDAT LO NGOMONG SANTAI KAYAK TADI! NGGAK SUDI GUE BILANG TERIMA KASIH SAMA LO!" teriaknya sekaligus mengumpati pria bertubuh tinggi yang masih terpaku di hadapannya.
Dengan kesal, Indira melempar jas tersebut ke aspal di bawah dan menginjaknya. "Nih! Sebagai ucapan terima kasih gue sama Om mesum kayak lo!"
**
Rencana hidup baru yang dibangun Agnes hancur setelah delapan tahun ia terpuruk. Kehadiran cinta pertama Agnes telah memporandakan titik kehidupannya. Tidak ada cinta, selain menyakiti Agnes dan menginginkan perempuan itu kehilangan jabatannya. Di sisi lain, Gerald Ogawa tidak akan pernah melupakan pengkhianatan Agnes, termasuk saat dirinya melihat bayi mungil dalam gendongan Agnes. Ia membalaskan rasa sakit hati dengan mempermainkan jabatan Agnes. Bisakah Agnes bertahan dengan sifat buruk Gerald yang sekarang? Sedangkan ada anak yang harus ia besarkan dengan status single parent. Lalu, bagaimana jika akhirnya satu per satu titik kehidupan tersingkap layaknya bumerang yang menghancurkan hati mereka? “Dua hati yang pernah jatuh bersama.” Instagram @jasmineeal
Cerita rumah tangga dan segala konflik yang terjadi yang akhirnya membuat kerumitan hubungan antara suami dan istri
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Novel ini berisi kumpulan beberapa kisah dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan panas dari beberapa tokoh dan karakter yang memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan rumah, tempat kerja, profesi yang berbeda-beda serta berbagai kejadian yang diaalami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dan bergaul dengan cara yang unik dan berbeda satu sama lainnya. Suka dan duka dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita ini baik yang protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerita dewasa yang ada pada novel kumpulan kisah dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.