Neva Zetrix terpaksa harus merendahkan dirinya setiap hari di hadapan Brian Anderson untuk mempertahankan bayinya yang tidak berdosa.
Neva Zetrix terpaksa harus merendahkan dirinya setiap hari di hadapan Brian Anderson untuk mempertahankan bayinya yang tidak berdosa.
Suasana pagi buta yang damai kini tiba-tiba terasa mencekam saat suara gaduh di mansion itu tak hentinya terdengar. Suara tembakan sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Benda-benda jatuh dari tempatnya. Keributan seperti sangat bangga menguasai kedamaian di mansion itu.
Di sebuah kamar mewah, seorang gadis sedang meringkuk di sudut kamarnya karena ketakutan dengan suara mengerikan itu.
Suara pecahan kaca juga semakin sering terdengar.
Pintu kamarnya dibuka dari luar dengan kasar dan sebuah lengan menariknya tergesa. "Nona, ayo berdiri."
Gadis itu mendongak saat mengenali suara itu. "Fira, apa yang terjadi?" tanyanya panik saat melihat pelayan pribadinya tampak ketakutan.
Fira menutup pintu dan menguncinya. Fira menarik gadis cantik itu menuju kamar mandi dan tak lupa juga menguncinya.
"A-apa yang terjadi? Suara apa itu?" Tubuh gadis itu gemetar.
"Nona, buka baju Anda. Kita harus bertukar pakaian." Fira dengan cepat membuka seragam pelayannya.
"Maksudmu? Apa yang kau lakukan?" tanya gadis itu bingung dan semakin panik.
"Nona Neva, kita tak punya waktu lagi." Fira membuka paksa kancing piyama milik gadis yang ia panggil dengan Neva tadi lalu meloloskan pakaian majikannya dengan cepat.
Neva semakin bingung dan hanya menurut saat Fira membantunya memakai seragam pelayan di mansionnya.
Sedangkan Fira segera mengenakan pakaian Neva.
Setelah selesai, Fira yang satu tahun lebih tua dari Neva itu memeluk Neva dengan erat. "Ada penyerangan di mansion, Nona. Bodyguard kita banyak yang tumbang. Kita tidak tahu apa yang mereka incar. Tapi kami semua sudah disumpah oleh Tuan Albert untuk selalu setia. Kami memilih mati daripada berkhianat," jelas Fira secepat mungkin.
Fira tidak tahu berapa lama lagi mereka bisa bertahan di sana. Kekacauan di dalam mansion menyurutkan keyakinan Fira jika mereka bisa selamat.
"Fira, apa maksudmu?"
"Mulai sekarang nama Anda adalah Fira. Dan saya Neva. Jangan pernah membongkar identitas Anda pada siapa pun." Fira menggenggam erat tangan Neva.
Suara tembakan yang disusul suara pintu didobrak pun tak memberi Neva waktu untuk mencerna ucapan Fira. Apalagi bertanya lebih jauh.
Fira memeluk Neva dengan lebih erat. Mendekap kepala gadis itu di bahunya. "Semua akan baik-baik saja, Fira," bisik Fira penuh penekanan agar Neva tak menyebutkan namanya nanti.
Brakk!
Pintu kamar mandi didobrak dari luar dan tubuh mereka diseret paksa untuk keluar.
Kejadian itu berlangsung sangat cepat hingga Neva tak bisa mengerti sama sekali dengan situasi saat ini.
Ia dimasukkan ke dalam mobil bersama pelayan lain dan tak lama mobil itu melaju meninggalkan mansion.
Fira tetap menggenggam jemari Neva, menyuruh gadis itu tetap diam apa pun yang terjadi.
Para pelayan juga tampak ketakutan karena mereka tak tahu bagaimana nasib mereka selanjutnya.
***
Genggaman di jemarinya membungkam Neva sampai seperti orang bisu.
Di depan matanya, Albert-ayahnya- disiksa dengan kedua tangan terikat di belakang kursi dan lebam di wajahnya benar-benar memperihatinkan.
Neva ingin berteriak pada pria-pria menyeramkan yang sedang menyiksa ayahnya untuk menghentikan perbuatan keji mereka.
Namun, para pelayan terus menatapnya dengan memohon agar Neva tak melakukannya. Terlebih lagi Fira, ia begitu melarang Neva melakukan apa pun yang pasti akan membahayakan dirinya sendiri.
Pelayan-pelayan dalam jeruji besi yang sama dengannya itu sudah bersumpah akan setia pada Albert dan akan mengabdikan hidup mereka untuk keluarga Albert. Mereka akan melakukan apa pun untuk melindungi satu-satunya harta Albert yang tersisa, putrinya. Neva Zetrix.
Neva hampir menjerit saat seorang pria melayangkan pukulan ke rahang Albert hingga pria paruh baya itu memuntahkan darah segar dari mulutnya.
Neva tak tahan, ia menggeleng pelan pada Fira tapi Fira semakin menggenggam jemarinya dengan erat. Mengatakan jangan.
Pintu ruangan bawah tanah itu terbuka dan memunculkan tiga orang pria lain di sana.
Semua pria di dalam ruangan itu memungkuk hormat padanya, tentu saja kecuali Albert.
Neva menatap benci orang-orang itu dan meneriakkan satu nama dalam hati, 'Doren keparat!'
Kekehan puas keluar dari mulut pria yang dihormati itu saat melihat keadaan Albert yang sudah sekarat.
"Brian Anderson," ucap Albert dengan geraman samar menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Albert juga menatap tajam seorang pria muda yang berdiri di belakang Brian.
Pria yang ia panggil Brian Anderson itu tertawa kencang melihat nyali Albert yang tak surut sedikit pun walau dia hampir mati. Apalagi saat tatapan Albert langsung berpindah pada Doren di belakangnya.
"Kau masih berani menyebut namaku. Well, ini adalah mahakarya paling luar biasa yang pernah anak buahku persembahkan untukku." Brian tertawa lagi dan menangkap tatapan Albert yang masih tertuju pada orang di belakangnya. "Ah, aku hampir lupa." Brian merangkul pemuda yang tadi ada di belakangnya kini berpindah ke sampingnya karena rangkulan Brian.
"Doren Maldive. Orang kepercayaanmu Tuan Albert Zetrixo." Brian tersenyum miring. "Dia sungguh bisa menjadi orang kepercayaan. Dia yang membuka pintu selebar-lebarnya untukku masuk ke kerajaanmu dengan mudahnya."
Lalu Brian mendorong punggung Doren hingga pemuda itu tersungkur di hadapan Albert.
Doren tentu saja terkejut dan menatap Brian bingung.
"Penghianat tetaplah penghianat." Brian mengambil pistolnya dari saku di balik jasnya kemudian menodongkannya pada Doren. Tepat di kepalanya.
"Tu-Tuan ... apa salahku?" tanya Doren panik. "Aku sudah mengabdikan hidupku padamu, Tuan. Kumohon belas kasihmu. Aku bersumpah akan setia padamu, Tuan," ujar Doren takut.
Brian tersenyum sinis. "Kesetiaan adalah harga mati. Kau bekerja enam tahun dengan tua bangka ini dan menghianatinya untuk uang yang lebih besar meskipun kau sudah disumpah, Doren. Oh, maafkan aku yang tak akan sebodoh pria keparat ini dan memberimu celah berkhianat padaku juga."
Dorr!!
Tubuh Doren seketika ambruk saat Brian melepaskan satu pelurunya di kepala Doren.
Tak puas, Brian menambah satu peluru lagi di bagian lain kepala Doren. Ia benar-benar kejam dan tak kenal ampun.
Neva membeku. Doren, pria yang dulu selalu mengantarnya ke sekolah kini mati dengan cara yang keji setelah berhianat pada ayahnya. Parahnya lagi ia mati ditangan pria yang dibantunya untuk menyerang Albert. Orang yang dengan suka rela memungutnya dari jalanan dan menjadikannya orang kepercayaan.
Buruk sekali nasibmu, Doren. Kau bodoh bisa berhianat pada Albert yang jelas-jelas tulus menolongmu.
Albert shock melihat mayat Doren yang hampir menyentuh kakinya.
Ia sudah tak kasihan sedikit pun pada pemuda itu lantaran telah menghianatinya dan membuat gadis tercintanya harus melihat penyiksaan keji ayahnya.
Sedari tadi, Albert terus mencoba tidak menatap Neva. Namun, sesekali matanya memang bergerak refleks menatap putri semata wayangnya itu. Harta peninggalan istrinya yang paling berharga. Ingin sekali Albert menyuruh Neva menutup mata dan telinganya saja daripada melihat ayahnya yang sudah sekarat ini.
Hari ini adalah ulang tahun pernikahanku yang kelima. Ini juga hari di mana suamiku, Bram, memintaku bercerai untuk ke-38 kalinya. Dia melakukan ini demi Clara, teman masa kecilnya. Wanita yang menabrakkan mobilnya di hari pernikahan kami, membuatnya tidak akan pernah bisa punya anak. Sejak saat itu, Bram terus membayar utang rasa bersalah, dan akulah harga yang harus dibayarnya. Selama lima tahun, aku menahan siklus perceraian dan rujuk yang tak berkesudahan. Tapi kali ini berbeda. Clara mendorongku dari atas tangga. Bram menemukanku bersimbah darah dan berjanji akan menuntut keadilan. Dia bersumpah akan membuat Clara membayar perbuatannya. Tapi beberapa hari kemudian, polisi menelepon. Rekaman CCTV insiden itu telah terhapus secara misterius. Tidak ada bukti, tidak ada kasus. Malam itu, Clara menyuruh orang menculikku. Saat anak buahnya merobek pakaianku di belakang sebuah van, aku berhasil menelepon Bram. Dia menolak panggilanku. Aku melompat dari van yang sedang melaju. Dan saat aku berlari menyelamatkan diri, berdarah-darah di aspal yang dingin, aku bersumpah. Kali ini, tidak akan ada rujuk yang ke-39. Kali ini, aku akan menghilang.
21+ KHUSUS UNTUK DEWASA! novel ini berisi berbagai kisah panas, dari berbagai kalangan. Cocok untuk menambah fantasi, hiburan dan bacaan untuk malam hari. Penasaran akan sepanas apa cerita-cerita dari berbagai tokoh-tokohnya. Yuk di baca setiap chapternya. Selamat membaca dan selamat menikmati yaaa
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Kami berdua beberapa saat terdiam sejanak , lalu kulihat arman membuka lilitan handuk di tubuhnya, dan handuk itu terjatuh kelantai, sehingga kini Arman telanjang bulat di depanku. ''bu sebenarnya arman telah bosan hanya olah raga jari saja, sebelum arman berangkat ke Jakarta meninggalkan ibu, arman ingin mencicipi tubuh ibu'' ucap anakku sambil mendorong tubuhku sehingga aku terjatuh di atas tempat tidur. ''bruuugs'' aku tejatuh di atas tempat tidur. lalu arman langsung menerkam tubuhku , laksana harimau menerkam mangsanya , dan mencium bibirku. aku pun berontak , sekuat tenaga aku berusaha melepaskan pelukan arman. ''arman jangan nak.....ini ibumu sayang'' ucapku tapi arman terus mencium bibirku. jangan di lakukan ini ibu nak...'' ucapku lagi . Aku memekik ketika tangan arman meremas kedua buah payudaraku, aku pun masih Aku merasakan jemarinya menekan selangkanganku, sementara itu tongkatnya arman sudah benar-benar tegak berdiri. ''Kayanya ibu sudah terangsang yaa''? dia menggodaku, berbisik di telinga. Aku menggeleng lemah, ''tidaaak....,Aahkk...., lepaskan ibu nak..., aaahk.....ooughs....., cukup sayang lepaskan ibu ini dosa nak...'' aku memohon tapi tak sungguh-sungguh berusaha menghentikan perbuatan yang di lakukan anakku terhadapku. ''Jangan nak... ibu mohon.... Tapi tak lama kemudian tiba-tiba arman memangut bibirku,meredam suaraku dengan memangut bibir merahku, menghisap dengan perlahan membuatku kaget sekaligus terbawa syahwatku semakin meningkat. Oh Tuhan... dia mencium bibirku, menghisap mulutku begitu lembut, aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya, Suamiku tak pernah melakukannya seenak ini, tapi dia... Aahkk... dia hanya anakku, tapi dia bisa membuatku merasa nyaman seperti ini, dan lagi............ Oohkk...oooohhkkk..... Tubuhku menggeliat! Kenapa dengan diriku ini, ciuman arman terasa begitu menyentuh, penuh perasaan dan sangat bergairah. "Aahkk... aaahhk,," Tangan itu, kumohooon jangan naik lagi, aku sudah tidak tahan lagi, Aahkk... hentikan, cairanku sudah keluar. Lidah arman anakku menari-nari, melakukan gerakan naik turun dan terkadang melingkar. Kemudian kurasakan lidahnya menyeruak masuk kedalam vaginaku, dan menari-nari di sana membuatku semakin tidak tahan. "Aaahkk... Nak....!"
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"
© 2018-now Bakisah
TOP
GOOGLE PLAY