/0/7360/coverbig.jpg?v=e55e5dffe953793d1a6a6ff8de1f969c)
WARNING 18+ Bella Adelian harus segera mencari calon suami dalam kurung waktu 3 hari setelah Kakeknya meninggal. Karena wasiat yang ditinggalkan Sang Kakek menyatakan jika dirinya harus memiliki pendamping hidup, barulah perusahaan mendiang Ayahnya tak jatuh ke tangan Ibu tirinya. Karena terdesak, Bella mengambil keputusan besar dengan menikahi orang asing yang tak dia kenal. Menikahi pria yang ia kira sebagai pria bayaran. "Perjanjian tetap perjanjian. Kita akan cerai saat waktunya tiba," ucap Bella menatap lekat sosok yang hanya diam memandangnya lama. Pria itu tersenyum miring, "sayangnya sejak awal aku tidak pernah menganggap perjanjian itu, Istriku. Jadi kita tidak akan bercerai. Bersiaplah untuk malam pertama, Ibu menginginkan cucu mungil untuk di gendong." "Pria sinting!" Teriak Bella frustasi.
"Apa-apaan itu!"
Suara teriakan disertai gebrakan meja terdengar menggema di ruang tamu sebuah kediaman.
Karina menatap nyalang sosok pria yang merupakan pengacara dari mendiang Ayah mertuanya.
"Katakan jika hal itu bercanda. Bagaimana mungkin tidak ada satu persen pun kekayaan yang diberikan kepada kami?!" Karina menoleh menatap putrinya yang duduk dengan raut wajah terkejut.
Pria berkacamata itu merapikan letak kacamatanya. Raut wajah datarnya tak berubah sejak tadi. Baru berlalu beberapa jam sejak pemakaman Tuan Farhan, tapi sosok menantunya itu sudah bertingkah seperti ini. Seolah telah lama menunggu, tapi sayangnya tak sesuai rencana.
Deron menggeleng pelan. Sungguh sangat disayangkan jika kekuasaan keluarga itu jatuh ke tangan wanita paruh baya tersebut.
"Tapi memang seperti itulah isi wasiatnya, Nyonya. Jika Anda lupa, mendiang Tuan Besar telah memberikan vila untuk Nona Raya." Ucap Deron, membuat Karina mengepalkan kedua tangannya.
"Namun, ada syarat agar perusahaan itu benar-benar menjadi milik Nona Bella."
Sosok wanita yang sejak tadi diam sambil melipat dada di sofa tunggal, kini menenggakkan tubuhnya mendengar hal itu.
"Apa syaratnya?" tanya Bella dengan wajah datar.
Deron kembali membuka dokumen di tangannya, membaca bagian akhir dari dokumen itu.
"Anda harus menikah."
Bagai petir di siang bolong, Bella tersentak di tempat duduknya.
Apa-apaan syarat itu?! Apa kakeknya sungguh berniat memberikan kuasa itu padanya atau tidak?!
Sedang Karina diam-diam tersenyum miring. Ia tertawa dalam hati.
"Menikah? Apa hanya itu?" Karina bertanya dengan sedikit rasa penasaran. Ia berharap ada celah agar kekuasaan itu jatuh ke tangannya.
Deron diam sejenak. "Dalam kurung waktu 3 hari, Nona Bella harus segera mendaftarkan pernikahannya di kantor catatan sipil. Jika dalam kurung waktu yang sudah ditentukan, Nona Bella tak menemukan calon suaminya. Maka Nyonya Karina akan mendapatkan hak memegang perusahaan."
Karina melompat senang dalam hatinya. Ia tertawa puas, ia yakin jika Putri tirinya itu tidak akan bisa memenuhi syarat tersebut.
Sedang Bella mencengkeram kuat lengannya. Rahangnya mengetat menahan amarah. Jika perusahaan itu jatuh ke tangan Ibu tirinya, maka segala upaya dan jerih payah yang sudah ia lakukan untuk menaikkan nama perusahaan itu akan sia-sia.
'Syarat macam apa ini, Kakek?!' batin Bella. Sungguh ia tidak mengerti jalan pikiran kakeknya saat membuat surat wasiat itu.
"Kalau begitu, Saya pamit undur diri. Saya harap dapat mendengar kabar baik segera, Nona Bella." Pamit Deron sedikit membungkuk ke arah Bella sebelum melenggang keluar ruang tamu.
Sepeninggal Deron, kini hanya Bella, Karina serta Raya di ruang tamu. Tiga wanita itu masih mengenakan pakaian berkabung, tak sempat mengganti lantaran harus mendengar surat wasiat.
Suara tawa pelan terdengar memasuki indra pendengaran Bella, membuat wanita itu mengalihkan pandangan ke arah Karina yang tengah tersenyum mengejek.
'Tahan. Jangan marah, tahan.' Batin Bella mengepalkan tangannya kuat.
"Aku harap kau bisa menemukan pria yang sesuai. Ah, atau jika kau ingin aku bisa mencarikannya untukmu." Ucap Karina dengan senyum remeh di bibirnya.
Bella menghela napas pelan, "tidak, terima kasih. Aku masih. Bisa mencari calon suamiku sendiri."
Bella berdiri dari duduknya. Menatap Karina dengan wajah datar.
"Sungguh kamu tidak ingin menerima bantuanku? Oh, baiklah. Aku tidak akan memaksa," ucap Karina tersenyum mengejek bersama putrinya.
"Iya, sekali lagi terima kasih karena menawarkan bantuan."
"Saya tidak ingin Anda memberikan suami orang, jadi saya bisa sendiri mencari calon suami yang berstatus lajang." Sindirnya.
Seketika tawa Karina lenyap. Sontak Karina menoleh dengan tatapan marah menatap Bella yang kini balik tersenyum tipis ke arahnya.
"Kau!" Karina berteriak tertahan. Tubuhnya gemetar menahan amarah mendengar sindiran putri tirinya itu.
"Kalau begitu, saya pamit masuk ke dalam kamar." Bella melenggang pergi mendekati tangga untuk naik ke lantai dua. Meninggalkan sepasang Ibu dan Anak yang menatap benci padanya.
Prang!
Suara pecahan kaca terdengar di ruang tamu. Raya menatap Ibunya yang baru saja melemparkan vas bunga ke lantai hingga pecah berkeping-keping.
"Mami," panggil Raya lirih.
Karina mengabaikan panggilan itu. Ia mengepalkan tangannya kesal dengan deru napas tak beraturan. Sungguh dia sudah tidak tahan lagi ingin segera mengusir Putri tirinya itu dari rumah tersebut.
Tiba-tiba, Karina tersenyum penuh arti di bibirnya.
"Mami," panggil Raya lagi.
"Tidak apa-apa, Sayang. Sebentar lagi kita akan mengusir wanita itu dari rumah ini." Ucap Karina, menoleh menatap putrinya yang ikut tersenyum penuh arti.
"Iya, Mami. Aku yakin tidak akan ada pria yang ingin menikah dengan wanita seperti dia. Siapa yang ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan wanita kaku," Raya terkikik geli dengan raut wajah polos.
Karina mengulurkan tangannya mengusap surai Raya penuh kasih sayang, membuat wanita berusia 20 tahun itu memejamkan mata menikmati usapan lembut Ibunya.
'Sebentar lagi aku akan menendang tubuhmu keluar dari sini. Nikmati saja sisa-sisa waktumu di rumah ini, Bella.' Batin Karina dengan senyum liciknya.
Ia hanya perlu menunggu tiga hari. Tak ada hal penting yang harus ia lakukan, karena Karina yakin putri tirinya itu tak akan mendapatkan calon suami dalam waktu 3 hari ke depan.
Di dalam kamar Bella, lantai dua.
"Aku ingin kamu mencari pria dengan kriteria yang aku sebutkan itu. Pokoknya aku ingin semua informasi mereka kamu kirimkan segera ke email malam ini, agar aku dapat memeriksanya."
Bella memutuskan panggilan setelah mendapat jawaban dari Sekretarisnya. Wanita itu menghela napas kasar seraya mendudukkan diri di tepi tempat tidur king size miliknya.
Tiba-tiba, Bella teringat akan ucapan mendiang kakeknya saat terbaring lemah di atas brankar rumah sakit.
"Kakek ingin kamu menikah, Bella. Kakek ingin melihat kamu bahagia bersama keluarga kecilmu, sebelum kakek kembali ke sisi Yang Kuasa."
"Sampai kapan aku harus mengatakannya, Kakek. Aku tidak akan menikah."
Pria paruh baya itu menatap sendu ke arah Bella, "sampai kapan? Apa kamu ingin sendiri terus menerus hingga tua?"
"Lebih baik seperti itu. Daripada harus menikah, bisa saya aku menemukan pria seperti Ayah."
Ucapan itu menutup percakapan di antara keduanya, hingga tanpa diduga esoknya Sang Kakek telah menghembuskan napas terakhirnya.
Bella kembali menghela napas kasar. Apa karena hal tersebut sang Kakek menulis wasiat seperti itu?
"Tidak! Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Tidak akan aku biarkan Mak lampir itu menguasai semuanya." Ucap Bella penuh tekad.
Dia akan menemukan calon suami dalam waktu tiga hari. Tidak! Dia akan menemukannya dalam waktu satu hari.
Ya, satu hari.
Dua hari kemudian.
"Nona?"
"Argh! Sial! Bagaimana mungkin bisa seperti ini!" teriak Bella frustrasi, hingga mengejutkan Sekretarisnya.
Bagaimana bisa dua hari berlalu begitu saja. Bahkan dia belum menemukan pria yang sesuai.
"Aaa! Aku bisa gila. Tinggal sehari lagi dan belum ada pria yang cocok," Bella memukul kepalanya kesal. Ia sungguh akan putus asa.
Tersisa satu hari lagi dan dia tak juga menemukan pria yang sesuai dengan kriterianya.
'Bukan tak ada yang sesuai. Hanya saja kriteria Anda terlalu tinggi, Nona.' Batin Yustaf, sekretaris Bella.
Pria itu senantiasa berdiri di samping Bosnya, menghela napas kasar mengingat pria yang telah ditolak oleh Bosnya beberapa menit sebelumnya.
"Aku lelah mencari. Siapa pun yang masuk melalui pintu kafe itu, aku akan menikahinya." Teriaknya kesal.
"Ya, tentunya yang berjenis kelamin laki-laki."
Bertepatan dengan ucapan itu, sosok pria terlihat masuk ke dalam kafe membuat Yustaf dan Bella terdiam.
"Em, Nona..." panggil Yustaf melirik ke arah Bosnya.
"Bawa dia ke sini, Yustaf." Ucap Bella dengan wajah serius.
Louisa Loura Alexander seorang CEO sekaligus Arsitek ternama dan putri dari Louis Alexander. Tak pernah menyangka dirinya akan jatuh ke dalam jebakan rekan bisnisnya. Di tengah-tengah usahanya melarikan diri, Louisa dipertemukan dengan sosok yang sangat ia benci, Devian Salvatore-sepupunya. "Tolong... Tolong aku, Brengsek." ucapnya mengiba. "Hih! Wanita gila, jika meminta tolong harusnya tidak perlu mengeluarkan umpatanmu padaku." Kesal Devian dan tersentak saat bibir Louisa kini menempel dan melumat bibirnya. *** "Bisa-bisanya kalian berdua!! Daddy tidak mau tahu, kalian harus menikah!!" teriak Louis menggema di dalam rumah setelah tanpa sengaja melihat putrinya dan putra iparnya terbaring di atas ranjang hotel tanpa busana. 'Shit! Apa yang harus aku katakan pada Daddy dan Mommy. Demian mungkin saja akan membunuhku setelah ini.' batin Devian gusar, membayangkan tatapan membunuh saudara kembarnya.
WARNING 21+!! Athena Gimberly tak ingin menjalin hubungan serius dengan pria manapun karena suatu alasan, tapi dirinya ingin memiliki anak yang nantinya akan menemaninya di saat tua. Dari situlah pemikiran gila untuk mencari seseorang yang bisa memberikannya bibit tanpa harus melangsungkan pernikahan. Mempertemukannya dengan sosok Arthur Harley, seorang pria dengan harga diri tinggi. *** "Kamu ...." "Mari melakukan hal itu lagi. Yang sebelumnya tidak membuahkan hasil, jadi bisakah kita melakukannya lagi?" tanya Athena membuat pria itu terdiam.
21+ harap bijak dalam memilih bacaan. Seorang gadis duduk bersimpuh di lantai dengan tatapan memohon pada sosok pria yang berdiri di hadapannya, berharap agar sosok itu melepaskan. "Jangan menatapku seperti itu. Jika yang kau harapkan adalah kabur dari tempat ini. Maka hal itu tidak akan pernah terjadi!" ucap Kaisar dingin pada gadis yang duduk bersimpuh dengan luka di beberapa bagian tubuhnya. Kecelakaan yang menimpa Sang adik mengubahnya menjadi pria dingin yang tidak bisa disentuh. Mencari dengan segala cara untuk menemukan sang pelaku, hingga bertemu dengan Adelia. Follow ig:@author_kan
Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Warning! Banyak adegan dewasa 21+++ Khusus untuk orang dewasa, bocil dilarang buka!
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?