/0/7507/coverbig.jpg?v=28a159aa22e6bde8fb61b07f4ac871ba)
Romeo laki-laki yang dingin dan angkuh, tiba-tiba menjadi penuh perhatian pada seorang gadis. Dia adalah Juliet karyawan baru yang ada di kantornya. Juliet baru bekerja seminggu namun dia sudah mendapatkan perlakuan khusus dari bosnya. Apakah Juliet bakal tertarik pada bosnya yang bernama Romeo sementara dia sendiri telah memiliki kekasih? Siapa sangka kekasihnya justru selingkuh dan Romeo yang membuka perselingkuhan tersebut. Romeo terus memberikan perhatian khusus pad Juliet berharap jika gadis itu menerima cintanya, sedangkan kedua orang tuanya Romeo justru mempersiapkan jodoh khusus untuknya karena mereka menginginkan menantu yang sederajat dengan status sosial yang mereka miliki. Bagaimana Romeo memperjuangkan cintanya sementara kedua orang tuanya tidak setuju tentang hubungannya dengan Juliet.
"Siapa wanita itu Juan? Kenapa aku baru melihatnya?" seru Romeo yang baru saja masuk ke ruangannya. Juan pun bingung dengan apa yang sedang ditanyakan oleh bosnya itu.
"Yang mana, banyak wanita di sini Romeo," seru Juan mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Ruangan tersebut memang transparan dari dalam siapapun bisa melihat ke luar namun tidak dari luar tak ada seorangpun yang tahu keadaan di dalam ruangan tersebut.
"Itu, wanita dengan blouse berwarna biru dan rok hitam selutut," ucap Romeo menunjuk pada wanita yang sedang dia tanyakan pada Juan.
"Aku tak tahu, sepertinya dia karyawan baru karena aku belum pernah melihatnya sebelum ini, baiklah nanti akan aku tanyakan pada bagian kepegawaian," ujar Juan.
"Tidak sebaiknya kau menanyakan sekarang karena aku ingin tahu sekarang Juan!" seru Romeo membuat Juan mau tak mau merogoh sakunya mengambil ponselnya.
"Hallo George, aku ingin kau membawakan data karyawan baru ke ruangan Mr. Romeo sekarang!"
"Baiklah, tunggu sebentar saya akan datang kesana."
Klik.
"Kita tunggu George datang dari sana kita bisa mengetahui siapa wanita itu apakah dia berstatus single, merried or widow?" ucap Juan terkekeh karena baru kali ini dia melihat sahabatnya Romeo sangat antusias terhadap wanita.
Biasanya Romeo akan cuek dan terlihat dingin dengan semua wanita yang mendekatinya.
Tok...tok...tok...
Juan pun segera membukakan pintunya, "Masuklah!" seru Juan.
"Duduklah George!" seru Romeo.
George pun duduk dan menyerahkan data karyawan baru yang diminta oleh Romeo. Romeo menelitinya dengan sangat cermat ada sekitar tiga puluh orang dan Juliet berada di nomor dua puluh lima.
Romeo langsung tertuju pada wanita yang terlihat formal namun tetap terlihat cantik, dialah yang sedang dia cari.
"Juliet Therano," gumam Romeo.
George yang mendengar pun langsung mengangkat wajahnya dia khawatir jika keputusannya menerima gadis itu akan menjadi boomerang untuknya karena dia lulus seleksi secara murni karena memang dia memiliki kemampuan yang sedang dibutuhkan oleh bagian tersebut.
"Apakah ada yang salah Tuan dengan dirinya?" ucap George memberanikan diri bertanya pada Romeo.
Romeo hanya menggelengkan kepalanya singkat. "Apa itu orangnya?" Romeo menunjuk pada seorang gadis yang sedang tersenyum kepada sesama rekannya.
"Oh benar Tuan dia yang namanya Juliet, dia yatim piatu ibunya baru meninggal sebulan yang lalu," ucap George membuat Romeo menaikkan sebelah alisnya.
"Kau begitu detail mengetahui semuanya, apakah kau mengintrogasi dirinya?" seru Romeo nampak tidak suka dengan cara George yang tidak profesional menurutnya.
"Saya memang menanyakan hal-hal tersebut padanya, karena saya ingin melihat motivasi apa yang membuatnya ingin bekerja di sini Tuan. Maaf jika Tuan merasa kurang berkenan dengan semua ini," ujar George pasrah jika Romeo akan marah padanya nanti.
"Baiklah, tolong kau perlakukan dia dengan baik," ucap Romeo membuat George pun tidak mengerti akan maksud dari perkataan Romeo.
"Kau tidak faham maksudnya George tolong kau perlakukan dia dengan baik, jadi biarkan dia bekerja sendiri dan jangan menyulitkan dirinya. Faham?" ucap Juan dan George yang baru faham maksudnya pun langsung mengangguk.
"Saya yakin dia bisa bekerja dengan baik karena riwayatnya bekerja pada perusahaan sebelumnya cukup bagus dan dia juga mahasiswa terbaik lulusan Harvard university jadi saya sangat yakin ketika memutuskan untuk menerimanya saat itu," ungkap George.
"Baiklah kau boleh kembali bekerja terima kasih untuk informasinya," seru Romeo meminta George kembali mengurus pekerjaannya.
"Juan kau awasi terus dia," seru Romeo.
"Eh, apa kau bilang?" ucap Juan dia tak percaya jika sahabatnya memintanya untuk mengawasi seorang gadis biasa yang cantik seperti Juliet.
"Tolong kau awasi dia untukku," ulang Romeo.
"Kau tidak takut jika dia jatuh cinta padaku? Wajahku cukup tampan jika hanya menariknya ke tempat tidur," seru Juan terkekeh membuat Romeo melotot mendengar perkataan Juan.
"Apa kau ingin aku tembak di tempat, jika kau ketahuan menggodanya maka jangan tanyakan uang gaji bulan depan oke!"
Romeo kembali memandang Juliet yang masih berkutat di depan komputer miliknya.
***
"Juliet apakah kau tidak capek dengan pekerjaanmu?" seru Christina teman satu kantornya.
"Tentu saja capek memangnya kau memiliki solusi dengan ini semua?" seru Juliet.
"Tentu saja, bagaimana kalau setelah pulang kantor kita makan malam bersama anggap saja itu sebagai obat stress kita?" ucap Christina menggerakkan kepalanya ke kiri. "Bagaimana kau setuju?" ulang Christina karena tak kunjung menerima jawaban dari Juliet.
"Tentu saja aku mau," ucap Juliet seketika.
"Baiklah nanti kita makan malam bersama, kau tidak ada janji dengan kekasihmu kan?" seru Christina.
"Tentu saja tidak," sahut Juliet.
"Oke kita pastikan nanti malam kita makan yang enak," lanjut Christina.
Percakapan keduanya tentu saja di dengar oleh Romeo karena dia baru saja menyadap CCTV yang ada di ruangan tersebut. Romeo tersenyum menyerigai mendengar rencana makan malam kedua gadis itu.
Jam pulang kantor pun datang, semua karyawan mulai pulang satu per satu. Juliet dan Christina sengaja pulang belakangan agar suasana jalanan tak ramai dan juga bisa dengan mudah mencari restoran jika waktunya sudah mendekati makan malam.
Begitu keluar dari kantor, Juliet dikejutkan dengan suara dentuman keras membuatnya mundur ke belakang namun hak sepatunya tergelincir mengakibatkan dirinya terpeleset dan di saat bersamaan, Romeo ada di belakangnya dan segera meraih tubuh Juliet.
"Awh!" pekik Juliet.
"Astaga kau tak apa-apa Nona?" seru Romeo nampak khawatir dengan keadaan Juliet.
"Eoh, maafkan saya," sahut Juliet segera membenarkan posisinya begitu melihat siapa yang ada di dekatnya itu.
"Tak masalah," ucap Romeo dalam dirinya detak jantungnya sudah berdetak dua kali lipat lebih kencang dari sebelumnya.
"Lain kali hati-hati," ucap Romeo segera pergi meninggalkan Juliet karena tak tahan dengan detak jantungnya yang lebih keras dan dia malu jika Juliet sampai tahu akan hal itu.
Setelah Romeo pergi dengan mobil yang menjemputnya di depan kantornya barulah Christina berani bicara.
"Kau tahu siapa tadi yang menolong dirimu?" seru Christina,
"Aku tidak tahu bahkan aku baru pertama kali melihatnya, memangnya siapa dia?" seru Juliet.
"Astaga kau yakin tidak mengenalinya?" ucap Christina meyakinkan Juliet yang hanya menggelengkan kepalanya singkat. "Dia adalah bos kita yang super dingin dan sangat menyebalkan sekali," seru Christina.
"Astaga benarkah? Mimpi apa aku kemarin malam,apakah aku akan dipecat olehnya karena telah mengganggu jalannya tadi?" ucap Juliet merasa bersalah dan juga takut jika besok bertemu kembali apakah dia akan dipecat dari perusahaan ini.
"Kenapa bukan kau saja yang menolongku, jika sudah begini aku harus bagaimana Christ, aku tak mau kehilangan pekerjaanku," ujar Juliet hatinya mulai gelisah memikirkan hari esok.
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
“Aduh!!!” Ririn memekik merasakan beban yang amat berat menimpa tubuhnya. Kami berdua ambruk dia dengan posisi terlentang, aku menindihnya dan dada kami saling menempel erat. Sejenak mata kami bertemu, dadanya terasa kenyal mengganjal dadaku, wajahnya memerah nafasnya memburu, aku merasakan adikku mengeras di balik celana panjang ku, tiba-tiba dia mendesah. “Ahhh, Randy masukin aja!” pekik Ririn.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Disuruh menikah dengan mayat? Ihh ... ngeri tapi itulah yang terjadi pada Angel. Dia harus menikah dengan mayat seorang CEO muda yang tampan karena hutang budi keluarga dan imbalan 2 milyar! Demi keluarganya, pada akhirnya Angel terpaksa menerima pernikahan itu! Tapi, ternyata mayat pengantin pria itu masih hidup! Apa yang akan terjadi selanjutnya? Baca sampai tamat yah, karena novel ini akan sangat menarik untuk menemani waktu santaimu. Salam kenal para pembaca, saya Yanti Runa. Semoga suka ya.