/0/8336/coverbig.jpg?v=20220915204432)
Dennis dan Sherina yang telah menikah selama dua tahun mengalami duka mendalam saat kehilangan calon buah hatinya untuk yang ketiga kalinya. Janin dalam kandungan Sherina meninggal di usia tujuh bulan, hal itulah yang membuat Dennis begitu marah dan kecewa pada istrinya. Dennis mencari pelampiasan dengan mendatangi sebuah club di malam. Semula ia hanya ingin minum alkohol di sana, namun tiba-tiba Dennis dihampiri oleh seorang wanita muda nan cantik bernama Tamara. Pertemuan itu pada akhirnya membuat Dennis dan Tamara menjalin sebuah hubungan terlarang. Apa yang terjadi ketika Sherina mengetahui perselingkuhan Dennis dan Tamara? Apakah Sherina akan memilih bercerai dari suaminya atau mempertahankan perniakahan tersebut?
"Bu Sherina sudah boleh dibawa pulang," ucap Dokter pada Dennis, suami dari wanita yang sedang terbaring di salah satu ranjang rumah sakit.
"Terima kasih, Dok," balas Dennis.
Setelah menyelesaikan urusan administrasi di rumah sakit itu, Dennis pun membawa Sherina pulang. Sepanjang perjalanan, keduanya tak saling bicara. Sherina menatap nanar ke luar kaca mobil. Tatapannya kosong, sama seperti suasana hatinya kala itu. Sementara hati Dennis justru sedang dipenuhi amarah. Mereka baru saja kehilangan calon buah hati mereka yang sudah berusia tujuh bulan di kandungan Sherina.
"Ini sudah yang ke tiga kalinya, Sherina," ucap Dennis dingin saat mobil itu sudah berhenti di depan sebuah rumah bernuansa modern.
Ucapan Dennis berhasil membuat kepala Sherina berputar sembilan pulang derajat, menatap pada suaminya itu. "Kamu menyalahkan aku, Mas?" lirih Sherina.
Dennis tampak menghela napas sebelum turut menghadapkan wajah pada istrinya itu. "Lantas menurutmu siapa yang harus disalahkan? Apa harus aku?" balas Dennis, suaranya tertahan karena pada saat itu ia masih tampak berusaha menahan emosinya. "Dari awal aku sudah mengingatkan kamu, Sherin ... Berhenti dari pekerjaan itu! Jangan berkeja dulu sampai melahirkan! Tapi kamu keras kepala dan lihat hasilnya, kita kembali harus kehilangan calon bayi kita, untuk yang ke tiga kalinya." Setiap kalimat Dennis ia ucapkan dengan penuh penekanan.
Bagai ditimpuk benda yang keras, Sherina merasa terhenyak. Ucapan suaminya itu justru terasa kian mengoyak luka di hati Sherina, padahal di situasi seperti itu, ia begitu butuh dukungan suaminya. "Apa kamu pikir aku juga menginginkan hal ini, Mas?" Suara Sherina terdengar bergetar seiring sepasang matanya yang tampak mulai memancarkan mata air.
"Kamu tidak menjaganya dengan baik, itu artinya kamu memang menginginkan anak itu mati--"
Plaakkk...
Sherina tak dapat menahan diri untuk tidak malayangkan tangan di pipi suaminya itu. Baginya ucapan Dennis sudah keterlaluan. Ibu mana yang ingin membunuh anaknya sendiri?
Merasakan tamparan sang istri, wajah Dennis semakin merah, ia tampak semakin murka. Laki-laki itu juga mulai mengangkat telapak tangannya, tapi sebelum telapak tangan itu tiba di pipi Sherina, pandangan Dennis lebih dahulu beralih pada seorang wanita paruh baya yang ke luar dari rumah itu, menyambut kedatangan mereka. Dennis pun terpaksa menurunkan tangannya kembali lantas turun dari mobil itu bersama Sherina.
Bu Tari, ibunya Sherina, tersenyum tipis menyambut kedatangan anak dan menantunya itu. Bu Tari juga langsung memberikan sebuah pelukan hangat pada Sherina. "Yang sabar, Insya Allah nanti akan Allah ganti dengan yang lebih baik," bisik Bu Tari.
Mendengar ucapan sang mertua, Dennis langsung mendengus. Menurutnya ini bukanlah tentang Tuhan yang tidak mau memberinya keturunan, tapi mereka yang tak bisa menjaga pemberian Tuhan itu dengan baik. Dua tahun menikah, Dennis sudah berhasil tiga kali menghidupkan benih di rahim sang istri, hanya saja Sherina yang tak berhasil menjaga benih itu hingga benar-benar terlahir ke dunia. Dennis berlalu melewati mertuanya begitu saja.
"Apa semua ini salah aku, Bu?" lirih Sherina dengan air mata yang menggenang di pelupuknya.
"Bukan salah kamu, Sayang. Ini bukan salah siapa-siapa. Ini adalah kehendak dari Allah," balas Bu Tari. "Sekarang kamu istirahat, tenangkan diri kamu, ikhlas, jalani lagi hidup seperti biasanya, dan kembali mencoba berikhtiar."
Sherina menghela napas dalam-dalam. Ikhlas. Ya, satu kata itu terlalu mudah diucapkan, tapi begitu sulit saat dilaksanakan.
"Ibu pulang dulu. Besok Ibu akan datang lagi. Pokoknya kalau ada apa-apa, kamu kabari Ibu saja, ya," ucap Bu Tari.
Sherina menganggukkan kepalanya. Setelah sang Ibu meninggalkan kediamannya, barulah Sherina masuk ke dalam kamar.
"Mas! Kenapa dirusak, Mas?!" Sherina terkejut saat melihat Dennis merusak tempat tidur bayi yang baru mereka pasang satu minggu yang lalu.
"Ini semua ... sudah tidak ada gunanya!" ucap Dennis.
"Jangan, Mas! Baby Arsen pasti akan sedih kalau melihat Mas merusak tempat tidur ini!" Sherina menarik lengan suaminya itu.
"Baby Arsen?" Kepala Dennis memutar menghadap Sherina. "Kamu tahu apa yang paling menyedihkan bagi saya? Yaitu saat saya mencarikan sebuah nama bagus untuk anak saya sendiri dan ternyata nama itu hanya untuk di tulis di batu nisannya. Dan apa menurutmu Baby Arsen akan sedih melihat saya merusak tempat tidurnya ini? Dia akan jauh lebih sedih karena kamu tidak memberi kesempatan bagi dia untuk tidur di sini!" Suara Dennis makin tinggi, membuat dada Sherina kian terasa sesak.
Kepala Sherina tertunduk sempurna pada petak-petak ubin di bawah pijakan kakinya. "Jika aku boleh memilih, mungkin aku lebih memilih biar aku saja yang mati, Mas! Agar Baby Arsen bisa merasakan tidur di atas tempat tidur itu...," tangis Sherina.
Dennis menganggukkan kepala sendiri. "Ya. Bahkan jika saya diberi kesempatan untuk memilih, saya juga akan memilih hal yang sama. Memang lebih kamu saja yang mati!" tandas Dennis. Setelah mengatakan itu, Dennis ke luar dari kamar dengan membanting pintu. Sementara Sherina kembali terisak seorang diri di dalam kamar itu.
***
"Tambah satu botol lagi!" pinta Dennis pada Bartender sebuah club malam.
"Maaf, Tuan ... tapi Tuan sudah minum banyak sekali malam ini," ucap Bartender perempuan di hadapannya.
"Apa maksudmu? Apa kau pikir aku tidak bisa membayarnya? Seluruh tempat ini beserta isinya bahkan beserta dirimu sekalipun masih mampu untuk kubayar!" maki Dennis sambil berusaha membelalakkan matanya, supaya masih kelihatan sangar meski matanya sudah sayu.
"Baik, Tuan." Akhirnya Bartender itu mengalah dan menuruti kemauan Dennis. Dennis bukanlah pengunjung tetap di club itu, bahkan si Bartender tadi baru melihat wajah Dennis satu kali di sana. Bartender itu dapat menyimpulkan, barangkali pria di hadapannya itu sedang banyak masalah, sehingga butuh banyak alkohol untuk menjernihkan pikirannya, meski hal itu hanya ampuh beberapa waktu saja.
"Aaahh.." Dennis menenggak segelas minuman beramora pekat itu lagi. Ia berharap bisa melupakan kematian bayinya itu, tapi rasa kehilangan itu justru terasa kian menggerogotinya. Saat Dennis tengah sibuk memukuli kepalanya sendiri, seorang perempuan mengenakan pakaian hitam serba minum dengan riasan wajah mencolok datang menghampirinya.
"Boleh minta rokokmu, Tuan?" ujar wanita itu.
Dennis mendelik pada sosok itu. "Aku tak punya rokok," sahut Dennis sambil mengibaskan tangannya, meminta agar wanita itu segera menjauhinya.
"Ah, masa sih kau tidak punya rokok. Coba diperiksa dulu," ucap wanita itu lagi.
"Sudah kubilang aku tidak punya rokok. Aku juga tidak merokok. Kenapa kau ngotot sekali?" bentak Dennis.
"Tapi aku yakin kau punya rokok, Tuan." Wanita itu serta merta meletakkan jari-jarinya di antara paha Dennis. Terang saja hal itu membuat Dennis jadi terperanjat karena merasakan sentuhan di area sensitifnya. Beberapa detik berselang, Dennis langsung menepis tangan wanita itu. "Dasar, Jalang!" umpatnya.
Alih-alih marah, wanita itu justru terkekeh mendengar umpatan Dennis. "Sepertinya kau tidak suka tempat yang ramai dan berisik seperti ini, ya? Hmm, baiklah, aku punya banyak pilihan tempat yang sepi dan sunyi, Tuan. Kau tidak akan mendengar apa-apa selain suaramu sendiri." Wanita itu menarik lengan Dennis dengan lembut, membawa laki-laki itu pada sebuah kamar khusus di club tersebut.
Fabio Adam Holman merupakan Bos mafia yang sudah lama berkonflik dengan klan Jarlinson. Fabio merupakan pria yang bengis yang tidak kenal dengan perasaan simpati. Fabio tidak pernah merasakan menyesal menyiksa musuhnya entah dia perempuan ataupun anak kecil. Fabio melakukan banyak cara menjatuhkan lawannya termasuk dengan cara paling curang sekalipun. Suatu hari Fabio menculik Leonora Jarlinson, puteri bungsu Mr. Jarlinson. Seorang perempuan yang sangat disayangi dan berharga bagi keluarga Jarlinson. Fabio ingin memporak-poranda kedamaian di keluarga Jarlinson. Sayangnya, saat mata Fabio bertemu dengan netra amber milik Leonora, saat itulah dia tahu bahwa dia baru saja menciptakan masalah yang besar untuk dirinya.
"Aku masih muda. Besar kemungkinan, jika diberi umur panjang, aku pasti akan menikah lagi. Mungkin aku bisa menerima wanita baru sebagai pengganti Indri, istriku. Tapi Ayra belum tentu bisa menerima wanita itu sebagai pengganti ibunya. Jadi, menurutku tidak ada yang lebih tepat sebagai ibu pengganti untuk Ayra selain Tasya." Demikianlah pengakuan Zidan pada kelurganya. Atas alasan tersebut, ia pun menerima usulan mertuanya untuk turun ranjang dengan menikahi Tasya, adik iparnya sendiri. Semula, Tasya menolak pernikahan tersebut. Ia tidak bisa menikah dengan Zidan, selain status Zidan yang sudah menjadi duda, laki-laki itu juga sudah dianggapnya sebagai kakak kandungnya sendiri. Tasya juga masih kuliah. Ia merasa belum siap untuk menikah. Namun seluruh keluarganya terus saja membujuknya. Mereka meminta Tasya untuk berkorban demi Ayra, gadis kecil berusia satu tahun yang telah ditinggalkan ibunya itu.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Tunangan Lena adalah pria yang menyerupai iblis. Dia tidak hanya berbohong padanya tetapi juga tidur dengan ibu tirinya, bersekongkol untuk mengambil kekayaan keluarganya, dan kemudian menjebaknya untuk berhubungan seks dengan orang asing. Untuk mencegah rencana jahat pria itu, Lena memutuskan untuk mencari seorang pria untuk mengganggu pesta pertunangannya dan mempermalukan bajingan yang selingkuh itu. Tidak pernah dia membayangkan bahwa dia akan bertemu dengan orang asing yang sangat tampan yang sangat dia butuhkan. Di pesta pertunangan, pria itu dengan berani menyatakan bahwa dia adalah wanitanya. Lena mengira dia hanya pria miskin yang menginginkan uangnya. Akan tetapi, begitu mereka memulai hubungan palsu mereka, dia menyadari bahwa keberuntungan terus menghampirinya. Dia pikir mereka akan berpisah setelah pesta pertunangan, tetapi pria ini tetap di sisinya. "Kita harus tetap bersama, Lena. Ingat, aku sekarang tunanganmu." "Delon, kamu bersamaku karena uangku, bukan?" Lena bertanya, menyipitkan matanya padanya. Delon terkejut dengan tuduhan itu. Bagaimana mungkin dia, pewaris Keluarga Winata dan CEO Grup Vit, bersamanya demi uang? Dia mengendalikan lebih dari setengah ekonomi kota. Uang bukanlah masalah baginya! Keduanya semakin dekat dan dekat. Suatu hari, Lena akhirnya menyadari bahwa Delon sebenarnya adalah orang asing yang pernah tidur dengannya berbulan-bulan yang lalu. Apakah kesadaran ini akan mengubah hal-hal di antara mereka? Untuk lebih baik atau lebih buruk?
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.
Warning!!! Khusus 18+++ Di bawah 18+++ alangkah baiknya jangan dicoba-coba.