Namun Dave yang memiliki skill sebagai Pembalap International, punya konsentrasi yang baik saat memacu motornya dengan kecepatan tinggi, meski dalam keadaan setengah mabuk dan kesal karena sesuatu. Kebetulan juga saat ini jalan raya Ibukota mulai sepi, jadi tanpa kesulitan Dave melajukan motornya di jalanan tersebut.
Di lain tempat Katon menghentikan mobilnya tepat di tepi jalan, lalu melihat ke Viora yang duduk disebelahnya. Viora melihat ke Katon, tersenyum.
"Emm Aku segera menghubungin Mitha sahabatku yang murid terbaik Almarhum Papaku." Katon membuka pembicaraan, sebab sedari mereka meninggalkan rumah Alyara istri kedua Wahab Sahid yang Ibunda Katon bersaudara, mereka hanya diam. "Jadi Kamu bisa segera menemuinya untuk melanjutkan belajar menulis Skenario Sinetron dan Film sama dia." tuturnya. Padahal bukan itu yang ingin Dia katakan.
Dia merasa bersalah tadi hanya bilang akan ngedrop Viora di jalan, padahal hari sudah mendekati pukul dua belas malam. Namun karena Katon tahu orangtua Viora masih dalam keadaan serba kekurangan akibat Ayah Viora mengalami kebangkrutan bisnis di Bidang Konstruksi Bangunan, Dia menepis rasa bersalahnya.
Dia tidak mau membuka peluang ke Viora untuk lebih dari anak orangtua Viora yang sahabat karib Alyara. Dia merasa Viora bukan levelnya yang anak dari Alyara Artis kondang dan Wahab Sahid Sang Sutradara sekaligus Budayawan ternama.
"Iya makasih atas usaha Uda." Viora tersenyum lagi, "Kalo gitu Vio pulang ya. Vio tunggu kabar baik dari Uda."
"Oke. Hati-hati di jalan."
Viora manggut, lalu segera turun dari mobil Katon.
Sementara di jalan yang menuju tempat Viora saat ini, mulai tampak David yang masih memacu cepat motornya.
Kembali ke Viora, setelah Katon melajukan mobil meninggalkannya, Viora mengalihkan pandangan ke jalan di depannya. Dia kemudian memutar pandangannya ke kiri dan ke kanan, melihat apakah ada kendaraan melintas. Ternyata tidak ada, maka Dia tergesa menyeberang agar menuju Halte Bus.
Saat bersamaan, motor yang dikemudikan David cepat datang.
Viora melihat sorot lampu motor, terkejut mendapatin motor itu segera menabraknya. Sedangkan David melihat Viora berada di tengah jalan, seketika kesadarannya pulih total, dan dengan ketrampilannya sebagai pembalap, cepat mengarahkan laju motor menghindar dari Viora.
BRAK.
"Akhhhh!!!" terdengar suara jeritan Viora sebab ternyata motor David menabrak bahu jalan, membuat David mental dari atas motor, dan landing di rumput Taman Kota.
+++
Race's Club
Jakarta
Rangga tergesa masuk ke dalam Race's Club, sebuah Night Club dari Komunitas Pembalap Motor dan Mobil kalangan Elite di Jakarta ini. Saat Rangga berada di dalam Race's Club, terdengar suara hingar bingar lagu-lagu disko yang diputar Ardian DJ terkemuka yang juga seorang Pembalap Motor D*c*t*. Lampu di ruangan ini remang-remang dipadu kerlap-kerlip lampu Night Club.
Aroma minuman beral*k*h*l tersebar hampir di seluruh ruangan ini. Lalu tampak para pengunjung menikmatin suasana Club dengan bermacam cara. Dari bermesraan dengan LC, mabuk-mabukan, sampai berjoget erotis mengikuti dentuman musik dari Sang DJ.
Rangga meluaskan pandangannya, mencari sosok David sahabatnya dari kecil. Rangga tergesa kemari mau membawa David kembali ke Room 1705 tempat Team Mutiara Timur bekerja. Team tersebut salah satu dari dua team Screenplay andalan GlowArt Sinema sebuah Production House nomor satu di Jakarta saat ini.
Rangga harus berhasil membawa David ke sana, sebab Mitha Head Writer Team Mutiara Timur gregetan karena proyek Sinetron berjudul Rindu Dewi Merpati gagal dilaunching, sebab sudah launching dengan judul Perawan Pilihan di produksi Leaf Movies. Bagaimana bisa itu terjadi, siapa yang berani menjiplak base cerita Rindu Dewi Merpati, dan mengklaim itu original produksi Leaf Movies.
David sebagai Assisten Head Writer dibutuhkan untuk membantu Mitha menemukan pelaku yang menjiplak base cerita Rindu Dewi Merpati, atau merombak total base cerita Rindu Dewi Merpati dengan cerita lain, lalu segera di launching. Namun saat terjadi kejadian tersebut, David berada di Sentul untuk latihan balapan motor. Rangga tadi sudah menyusul ke Sentul, namun yang ditemukan hanya Firman Assisten David. Firman bilang David dijambangin Siska, dibawa ke Race's Club.
"Hayah!" desau Rangga, "Mana ini anak?" keluhnya tidak menemukan David di antara para pengunjung Night Club ini, "Apa sudah ke room di atas ya? Kalo iya kacau ini!" Dia bergegas keluar dari ruangan ini, menuju lift.
Sementara di lantai tujuh, David yang setengah mabuk keluar dari lift dengan beradu bibir sama Siska yang sudah mabuk berat. Keduanya terus beradu bibir, hingga sampai ke kamar yang dibuking Siska sebelum mereka ke Race's Club. Siska menghentikan beradu bibir mereka, segera mengeluarkan kunci kamar dari Cluthnya.
"David!" desaunya sebab David menyosorin leher mulusnya, "Aku buka pintu dulu!" rengeknya manja sambil menjauhkan bibir David, dan mau memasang kunci ke pintu kamar, namun karena mabuk, kunci malah terjatuh ke lantai.
David tersenyum geli melihat ini, segera diambil kunci itu, cepat dibuka pintu dengan kunci tersebut, lalu menggendong Siska, bergegas membawa mereka masuk ke dalam kamar. David kemudian membaringkan Siska di tempat tidur, lalu bergegas merapatkan dan mengunci Pintu, baru kembali ke Siska yang setengah bersandar ke dinding dengan posisi kedua kaki mulusnya setengah dilebarkan.
David segera melepas kaos dari badannya, kemudian menomplok badan Siska, dan diraupin ganas bibir Siska. Tak pelak mereka kini beradu bibir dengan liar dan penuh g*****h. Kedua tangan David menarik ke atas dress mini Siska, kemudian dengan cepat merobek G-String yang dikenakan Siska.
Setelah itu Dia menghentikan beradu bibir mereka, mulai turun kan wajah ke bawah sambil dilebarkan kedua p*h* Siska, baru bibirnya menjelajahi permukaan mulus di sekitar sumur neraka kekasihnya ini. Siska sebelum menjadi teman mesra Dave, petualang bermesraan dengan beberapa pria, dimana tiga kali melakukan aborsi.
David selama ini tidak pernah mau berlama foreplay, hanya sekedar merangsang Siska untuk memanas, dan dicumbu hingga hasrat lelakinya tersalurkan. David juga dari awal mereka berhubungan, menyuruh Siska memasang alat kontrasepsi, agar mereka aman bermain. David tidak mau Siska mengandung benihnya. Dia memacari Siska pun terpaksa, untuk membebaskan Siska dari ketergantungan Narkoba.
Sedangkan Siska berharap David memberikan lebih dari bermesraan. Dia terus mengupayakan mendapatkan itu dari David selama tiga tahun. Tapi hasilnya David hanya memberinya bermesraan sampai hasrat David tuntas. Selesai tuntas, David kembali menyibukan diri sebagai Assisten Head Writer dan Pembalap.
"Akhh!!" terdengar lenguhan bermesraani Siska, sebab bibir David mulai menghisap Cltorisnya. Siska menggeliat kesenangan, sampai kedua tangannya menarik kasar Sprei. "David, enak banget ini!" desaunya merasa diberi kenikmatan sama David.
Padahal sudah sering David melakukan ini selama tiga tahun memacarinya. Dan bagi David itu hanya merangsang Siska untuk siap dihajar memuaskan hasrat lelakinya. David sangat tahu bagian itu yang bisa membuat Siska bergelora, melepas cairan, dan langsung digaulin David. David pun tidak perlu terlalu menggenjot atau mengocok sumur neraka Siska, sebab dirinya sudah panas juga, dan cepat melepas kepuasan lahiriahnya. Meski kadang Siska belum melepas.
"Akhhh!!!" terdengar lenguhan panjang Siska, sebab Cltorisnya melepas cairan alaminya. Napasnya tersenggal.
David mengusap bibirnya yang terbasahin cairan tersebut, lalu memandangin Siska yang terkapar di tempat tidur. Entah mengapa Dia menjauhin Siska. Siska tersadar David tidak melanjutkan kemesraan Mereka. Bergegas bangun, dan memeluk David dari belakang, di mana pria ini sedang memungut kaos dari lantai.
David menahan napas, lalu melepas tangan Siska dari pinggangnya, segera dipakainya kaos. Siska terheran melihat ini, segera kehadapan David, dirayunya David dengan meraup bibir David. Namun David cepat melepas bibir ini. Siska tidak menyerah, tangannya cepat menuju bagian rudal David yang terbungkus Boxer dan Jeans, mau dilepas satu persatu pembungkus tersebut, tapi cepat David menghentikan.
"Enough Siska!" David sedikit menghardik Siska, "Malam ini Aku tidak mau melanjutkan." ujarnya tegas.
"Kenapa?"
"Kamu kan tahu, Aku baru latihan balap di Sentul."
"Biasanya juga habis latihan balap, kita bermesraan panas."
"Kali ini tidak. Aku letih, mau pulang."
"Aku ikut."
"Tidak bisa. Aku pulang ke Mutiara Timur."
"Kenapa ke sana?"
"Masih banyak tugas yang kutinggalkan karena Aku latihan di Sentul."
"Kan bisa besok mengerjakan semua itu."
"Tidak bisa. Mutiara Timur sedang high pressure dari Pak Reynald."
"Selalu lebih penting itu dari Aku kekasihmu."
David hanya tersenyum sinis mendengar Siska untuk kesekian kali selama tiga tahun ini mengatakan sebagai kekasih David. Padahal bagi David hanya teman pemuas hasrat saja.
"Aku tidak ingin berdebat lagi." David menjawil sekilas hidung Siska, "Kamu pulang sendiri ya." lalu bergegas pergi dari kamar ini.
Siska mengambil salah satu Highellsnya dari lantai, dilempar ke pintu, diteriakin David.
BRAK.
"Dasar menyebalkan! Egois Kamu!"
David tidak mendengar itu, tepatnya tidak mau mendengar. Dia sudah berada diluar kamar ini, bergegas melangkah menuju tempat lift berada.
"Thanks God!" terdengar suara Rangga dari arah lift.
David berhenti melangkah, melihat ke arah suara Rangga. Keningnya berkerut melihat Rangga bergegas mendekatinya.
"Ada apa, Ga?" ditanya langsung sahabatnya ini yang satu team di Team Mutiara Timur. "Ada masalah di Mutiara Timur?" dia feeling terjadi sesuatu di Team Mutiara Timur.
"Nanti gue jelasin di mobil." Rangga meraih lengan David, digeretnya David berjalan cepat ke lift. Untungnya saat tiba di depan lift, pintu lift terbuka dan keluar sepasang kekasih beradu bibir. Rangga cepat menekan tombol hold, agar pintu lift tidak segera tertutup setelah pasangan tadi keluar, lalu cepat dia dorong David masuk ke lift bersamanya.
Tidak lama lift membawa mereka ke Basement, tempat di mana mobil Rangga di parkir. Begitu sampai, David teringat ke Race's Club dengan motor D*c*t*.
"Ga, tunggu!" David menghentikan langkah mereka, "Loe duluan aja."
"Jangan bilang Loe mau kembali ke Siska."
"Kok tahu gue ama Siska di sini?"
"Gue tadi nyusul elo ke Sentul. Tapi Firman bilang elo dibawa Siska pergi. Gue feeling pasti loe kemari."
"I see." David paham, "Ga, gue kemari pake motor gue. Jadi elo duluan aja ke Mutiara Timur pake mobil elo."
"Ngga David, ngga. Loe saat ini setengah mabuk. Bisa celaka mengemudikan motor."
"Tenang aja, Gue masih sanggup mengemudi dengan baik." David menepuk pundak Rangga, lalu bergegas kembali ke lift, cepat masuk ke dalam lift.
"Ini anak!" desau Rangga gregetan, "Kalo otaknya sudah kena minuman, langsung korslet."
Sementara David sudah keluar dari lift ke Basement terbawah, tempat khusus semua motor diparkir. Dia bergegas menuju motornya, memakai semua atribut keamanan berkendaraan, lalu mulai menyalakan mesin motor, baru meluncur perlahan meninggalkan Basement.
+ TO BE CONTINUE +