Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Gengsi Mengaku Cinta TUAN PRESDIR
Gengsi Mengaku Cinta TUAN PRESDIR

Gengsi Mengaku Cinta TUAN PRESDIR

5.0
4 Bab
121 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Rate: 18+ & 21+ Rachel Espanola usia 26 tahun panik saat Muria kakeknya diharuskan operasi pemasangan ring di jantung untuk kedua kalinya. Biaya operasi itu sangat mahal, sedangkan Rachel tidak punya kartu berobat subsidi Pemerintah Indonesia, sebab oleh RT di tempatnya tinggal dianggap orang berada. Rachel tinggal di rumah lumayan mewah bersama Muria. Rachel lalu menelpon Anto kekasihnya yang bekerja sebagai Bartender di sebuah Night Club. Dulu Rachel bekerja di Night Club tersebut, lalu dipindahkan Anto ke Carter Oil Company lewat tangan Robert Direktur HRD yang adalah customer Night Club. Namun Anto malah memaki-makinya, sebab hutang Rachel yang dulu untuk operasi pemasangan ring pertama di jantung Muria belum Rachel kembalikan. Anto juga memutuskan hubungan mereka, sekaligus minta Rachel segera membayar hutang itu, jika tidak Anto akan memperkarakan ke Polisi. Rachel merasa sudah jatuh tertimpa durian pula. Dia menangis di sebelah lift Direksi yang hendak dibersihkannya. Saat itu dari dalam lift keluar Keith Carter usia 30 tahun, Presiden Director Carter Oil Company. Keith melihat Rachel menangis, segera bertanya kenapa Rachel menangis. Rachel tersentak kaget, dan bergegas pamit pergi. Keith menjadi penasaran, sebab dia baru melihat Rachel di Perusahaan warisan almarhum Brylee Carter ayahandanya. Segera disuruhnya Veron mencari tahu siapa Rachel. Rachel akhirnya memberanikan diri menemui Robert, memohon meminjam uang untuk operasi Muria. Robert merasa ini kesempatan baginya mendapatkan Rachel, maka dipenuhi permohonan Rachel. Disuruhnya Rachel menemuinya di Hotel. Robert juga menekankan kalo Rachel tidak menemuinya, maka permohonan pinjam uang batal. Rachel pun memberi jawaban, lebih baik batal, daripada harus menemui Robert di Hotel, lalu meninggalkan Robert. Ternyata semua pembicaraan itu di dengar Jack yang ditugaskan Keith mengawasin Rachel. Jack segera memberitahu Keith. Keith merasa salut dengan sikap Rachel itu, minta Jack tetap mengawasi Rachel, dia feeling Robert akan berbuat sesuatu yang buruk ke Rachel yang menolak Robert. Keith mengenal Robert playboy seperti dirinya, tapi Robert selalu memaksa perempuan untuk memuaskan hasrat dengan cara-cara jahat. Yang difeelingkan Keith benar, saat jam kerja berakhir, Rachel diculik oleh beberapa orang. Keith segera bergerak menyelamatkan Rachel dengan melacak jejak Rachel lewat nomor Ponsel Rachel. Keith datang tepat waktu, diselamatkan Rachel yang nyaris diperkosa Robert setelah dicekokin paksa minuman bercampur obat perangsang. Sayangnya nasib Rachel bagai sudah lepas dari ular diterkam singa. Keith yang menolongnya, malah jadi berhasrat ke dia. Maka terjadilah gairah semalam antara Keith dan Rachel. Apa yang terjadi selanjutnya?

Bab 1 Kemalangan Beruntun

Rachel menenteng ember berisi kanebo dan sebotol cairan pembersih, berjalan pelan dengan raut wajah gelisah. Pikirannya saat ini tertuju ke Muria kakeknya yang sakit dan terpaksa ditinggalkan tadi pagi untuk bekerja di Carter Oil Company. Rachel bekerja di Perusahaan itu sebagai Office Girls.

KRING.

Terdengar suara dering Ponsel yang Rachel simpan di saku celana seragamnya ini. Rachel berhenti berjalan, ditaruh ember ke lantai, dan segera menjawab panggilan masuk di Ponselnya.

“Hallo!” sapanya pelan.

“Acha, ini Pak Sukro.” terdengar suara pria dari Ponsel Rachel, “Kakekmu saat ini kami bawa ke rumah sakit Sentosa, sebab tadi jatuh pingsan sepulang beli makanan di Warteg Pade Hayu.”

JRENG.

Rachel mendengar ini terhenyak. Terbayang olehnya Muria yang sakit, memaksakan diri pergi beli makanan di Warteg Pade Hayu yang berada di seberang kompleks tempat mereka tinggal, lalu Muria kambuh jantungnya dan pingsan.

“Hallo!” terdengar suara Pak Sukro, “Acha, hallo! Kamu masih dengar suara saya?” tanyanya sebab tidak terdengar suara Rachel.

“I..Iya, Pak Sukro.” sahut Rachel tersadar, “Lalu apa kata dokter, Pak Sukro?”

“Beliau harus segera operasi pemasangan ring kedua di jantungnya, Acha.”

JRENG.

Rachel terhenyak lagi mendengar berita yang Pak Sukro sampaikan.

‘Kakek harus operasi lagi?’ tanya hatinya, “Alam semesta, harus gimana ini?’ dia menjadi kebingungan.

“Acha!” terdengar lagi suara Pak Sukro,”Apa kamu bisa minta izin sebentar ke pimpinanmu, lalu kemari? Kakekmu ingin bertemu kamu.”

“Saya usahakan, Pak Sukro.” sahut Rachel, “Ya sudah, saya segera ke pimpinan saya wat minta izin dulu. Makasih bantuannya Pak.” Rachel mengakhiri telpon ini, raut wajahnya terlihat semakin kebingungan. “Harus gimana ini? Di kantor ini tidak bisa sembarangan minta izin keluar di jam kerja. Peraturan di sini sangat ketat.” keluhnya, “Hal lain kalo kakek harus operasi, dari mana kudapatkan biayanya? Aku tidak dikasih kartu berobat bersubsidi dari Pemerintah sebab Pak Sukro melihat aku dan kakek tinggal di rumah mewah peninggalan ibuku.” Dia mengoceh sendirian mengenai kebuntuan jalan untuk menolong Muria.

Sejak Emily ibunda Rachel meninggal dunia, di saat Rachel baru lulus SMU, Rachel menjadi tulang punggung keluarga mereka, dimana juga bertanggungjawab penuh menanggung biaya apa pun untuk pengobatan Muria yang sakit jantung.

Mana ayah Rachel? Ayah Rachel meninggalkan mereka, saat Rachel berusia tiga tahun, menikah sama perempuan lain. Untungnya ayah Rachel tidak menyuruh mereka pergi dari rumah itu, sebab memang dulu Ayah Rachel membelinya untuk Emily.

“Apa aku gadaikan Sertifikat Rumah ya?” Rachel masih memikirkan jalan mendapatkan uang untuk operasi Muria, “Tapi gimana membayar cicilannya? Gajiku sebagai Office Girl hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari dan obat rutin kakek. Kalo tidak membayar cicilannya, maka kami kehilangan rumah. Lalu dimana kami tinggal? Keluarga Ibu memusuhi kami, sejak kakek bangkrut perusahaannya. Keluarga Ayah, boro bisa ditemui, sebab pernikahan ayah dan ibu tidak direstuin mereka.”

Dulu Muria adalah pengusaha sukses di Indonesia ini. Lalu kemudian dicurangin rekan bisnisnya sehingga berhutang sangat besar ke Bank. Muria tidak mampu membayar hutang tersebut, sehingga seluruh asset perusahaan dan kekayaan pribadinya disita Bank. Muria kemudian terkena serangan jantung, dan sejak itu jantungnya terus bermasalah.

Malangnya keluarga Muria tidak mau menampung Muria dan Emily, sebab dulu Muria seorang yang arogan dan tegaan. Beruntungnya Asmat salah satu sahabat Muria memberi sedikit modal hidup ke Muria. Jadi Muria bisa menyewa rumah petakan untuk tempat bernaungnya dan Emily. Lalu Muria juga bisa buka warung sembako kecil di depan rumah tersebut.

Emily kemudian memutuskan berhenti Kuliah, bekerja di sebuah perusahaan sebagai Sekretaris CEO. Dan CEO itu yang bernama Jodi kesemsem sama Emily, dinikahinnya Emily. Sayang pernikahan seumur jagung, Jodi kepicut perempuan lain. Akhirnya Emily harus kembali kerja keras demi Muria dan Rachel. Hingga sakit-sakitan, dan meninggal dunia.

“Apa aku hubungin Anto ya?” Rachel masih dalam kebingungan, “Rasanya iya. Semoga dia mau membantuku, seperti saat kakek harus operasi pertama.” Segera dia dial nomor Anto kekasihnya yang bekerja sebagai Bartender di salah satu Night Club terkemuka Ibukota ini. Tidak lama Ponselnya terhubung sama Ponsel Anto.

“Iya Acha?” terdengar suara Anto lebih dulu. Dia saat ini masih diranjang bersama wanita seksi, dan keduanya tidak memakai sehelai benang di badan, hanya dibungkus selimut.

“Anto,” Rachel merasa lega mendengar Anto menjawab telponnya, sebab belakangan ini Anto sulit dihubungin. “Kamu di mana sekarang?”

“Di flat aku, Acha.” sahut Anto.

Sementara perempuan yang disisi Anto mendengus kesal, sebab Anto masih saja meladenin Rachel, belum memutuskan hubungan sama Rachel.

“Sudah, kamu ada apa menelponku? Dari kemarin rewel banget menelponku, sampai aku malas menjawabnya.” Anto masih bicara ke Rachel.

JLEB.

Rachel terkesiap mendengar perkataan Anto ini. Selama mereka berpacaran tiga tahun, Anto tidak pernah bicara judes seperti itu ke dia. Bahkan Anto selalu menerima telponnya, juga rajin menelponnya. Anto pun sudah dekat sama Muria.

“Acha!” Anto kini menghardik Rachel, “Kamu nelponku ada apa?” dia menjadi kesal sebab Rachel hanya diam sedari tadi. Lha gimana mau bersuara, kalo dia sendiri terus bicara?

“Anto, kakek pingsan, dan sekarang di rumah sakit Sentosa.” Rachel akhirnya bicara, “Kata Pak Sukro, kakek harus segera operasi pemasangan ring kedua di jantungnya.”

Anto mendengar ini mendengus kasar.

“Lalu kamu butuh uang wat itu?”

“Iya. Apa kamu ada uang wat itu?”

“Maaf Acha, kali ini aku tidak bisa membantu kakek.”

“Tapi?”

“Hutangmu dulu wat operasi pertama kakek belum kamu kembalikan. Masa kamu mau pinjam lagi wat operasi kedua ini? Sementara gajimu sebagai Office Girls hanya wat biaya sehari-hari. Kamu juga tidak mau menyerahkan sertikat rumahmu ke aku. Bahkan selama kita pacaran, adakah kamu membalas semua kebaikanku dengan tidur sama aku?” Anto mendamprat Rachel dengan suara keras.

JRENG.

Rachel terhenyak mendengar semua ini. Tidak menyangka Anto berubah seperti ini ke dia. Dia tahu Anto menghargai dirinya yang menjaga kesuciaan keperawanan. Tapi ternyata Anto selama ini baik ke dia, ingin dibalas dengan dia tidur sama Anto.

“Ah sudahlah.” Desau Anto masih online di ponsel Rachel. “Pokoknya aku tidak bisa meminjamkan uang wat kakekmu. Kita putus mulai saat ini, lalu, kamu segera kembalikan pinjamanmu terdahulu, atau kuperkarakan kamu ke Polisi dengan tuduhan memanfaatkanku. Aku jamin kamu akan mendekam lama di penjara, dan tidak akan pernah bertemu kakekmu untuk selamanya!”

JRENG.

Rachel merasa hancur hatinya mendengar semua ini. Apalagi Anto segera memutuskan hubungan telpon setelah memakinya, memutuskan hubungan cinta mereka, dan menekannya mengembalikan uang Anto dengan ancaman pula. Dirinya saat ini bagai sudah jatuh tertimpa durian.

Rachel menurunkan Ponsel dari telinga kanannya, digenggamnya, kedua matanya mulai menghangat. Tubuhnya perlahan merosot duduk, meringkuk bersandar ke dinding di sebelah pintu lift Direksi yang hendak dibersihkannya. Dia pun menangis tanpa suara.

Tidak lama pintu lift terbuka, lalu keluar Keith yang adalah Presiden Director Carter Oil Company ini ditemanin Veron assisten pribadinya dan Jack ajudan pribadinya. Mata Keith tidak sengaja melihat ke arah Rachel.

“Astaga!” desaunya kaget melihat Rachel meringkuk menangis, bergegas didekatinya Rachel, “Hei!” ditegurnya Rachel, “Nona!”

Rachel mendengar suara Keith, pelan mengarahkan pandangan ke Keith. Tampak sosok Keith yang sangat tampan penuh kharismatik, meski saat ini Keith hanya menggenakan kemeja polos berwarna biru muda dan celana panjang. Keith seorang Presdir yang low profil.

Di kantor ini, Keith sangat jarang memakai jas. Sosoknya pun tidak banyak yang tahu, sebab Keith kalo sudah di ruang kerja, sibuk menjalankan tugasnya mengelola semua bisnis Carter Oil Company perusahaan warisan Brylee Carter ayahandanya yang sudah lama meninggal.

“Nona.” Keith kembali menegur Rachel, “Kamu kenapa menangis?” ditanyanya Rachel dengan suara lembut dan tulus. Dia penasaran ingin tahu mengapa Rachel menangis. Entah kenapa saat ini hatinya tergerak ingin tahu, dan berniat menolong.

Rachel mendengar ini tersentak sadar, bergegas berdiri, tampak gugup sebab merasa Keith salah satu Direksi perusahaan ini.

Keith jadi menegakan dirinya, memandang Rachel dengan teliti.

“Maaf Pak, saya pamit dulu.” Rachel yang gugup dan masih tidak karuan pikirannya hanya bisa mengatakan itu, tidak menjawab pertanyaan Keith mengenai kenapa dia menangis. Lalu tergesa pergi, melupakan ember yang tertaruh di lantai.

Keith menghela nafas, lalu matanya melihat ke tempat Rachel tadi meringkuk. Terlihatlah ember milik Rachel. Diambil olehnya, lalu memandang ke Veron.

“Tuan Muda,” Veron bersuara, “Rasa saya itu milik Carter Oil Company.” Dia pikir Keith bertanya ember itu milik siapa, “Itu dipermukaan ember ada logo Carter Oil Company.” Ditunjuk pula logo Carter Oil Company yang tercetak di permukaan ember.

Keith dengan polos melihat yang ditunjuk Veron, ditemukan logo itu di permukaan ember. Dia menghela nafas, terdiam sejenak, lalu menjitak kening Veron, dipelototin Veron dengan gemas.

“Saya tidak bertanya ini ember punya siapa, Veron!”

“Tapi Tuan Muda tadi memamerkan ember ke saya, pasti mau tanya itu ember siapa kan?”

“Astaga Veron!” jerit Keith gemas, “Saya mau tanya apa kamu kenal gadis tadi?” dijelaskan maksudnya memamerkan ember ke Veron, tapi sebenarnya bukan itu, dia merasa Rachel melupakan itu ember.

“Rasa saya,” Veron menjadi kecut kena dijeritin Keith, “Dia cleaning service di perusahaan anda ini.”

“Cleaning service?” Keith terheran mendengarnya, “Gadis secantik itu jadi cleaning service di sini?”

TUING-TUING.

Veron mengerucutkan sedikit bibirnya. ‘Hadeuh, mata Tuan tau aja kalo ada perempuan cantik.’ desaunya, ‘Tuan Brylee, kapan putra anda sembuh dari penyakit playboynya ini? Padahal usianya sudah 30 tahun, dan Nyonya Vienna resah sebab putra anda belum juga beristri.’

TUK.

Satu jitakan mengenai kening Veron. Itu dari Keith.

“Memang gadis itu cantik, apa yang salah kalo saya mengatakan itu?” Keith tahu yang dipikirkan Veron. Veron menjadi assisten pribadinya saat dia masih SMU di Inggris. “Kamu sendiri sampai sekarang masih ngejomblo!”

TUING-TUING.

Veron mengerucutkan bibirnya, ‘Hadeuh, Tuan Muda tahu yang kukatakan dalam hatiku ini. Dan skak aku, bahwa sama sepertinya masih jomblo. Tapi aku bukan playboy.’

Keith lalu memberikan ember ke Veron.

“Cari tahu siapa gadis tadi selengkap-lengkapnya, termasuk kenapa dia menangis!”

+ Bersambung +

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 4 Kabar Membuat Shock   10-24 11:55
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY