/0/8851/coverbig.jpg?v=e357642bc6a144554101eb6777afe568)
"Michelle, apa kau tak bosan menjadi wanita nakal seperti itu? Kapan kau akan berhenti melakukan hal-hal bodoh?" "Bukan urusanmu." "Dasar wanita jalang!" "Diam!" wanita itu berteriak, "Jika kau tak tahu apa-apa, maka lebih baik tutup mulutmu dan jangan ikut campur urusan orang lain!"
Keadaan rumah itu begitu mencekam.
Seorang wanita datang dengan penuh ketakutan. Wajahnya memerah dan badannya penuh luka lebam. Dia meringis kesakitan sekaligus bersyukur karena kaki lemahnya masih bisa lari dari kejadian itu.
Tatkala masuk ke dalam rumah, wanita itu terkejut karena kondisi rumah begitu berantakan. Figura foto berjatuhan, puluhan gelas pecah dan barang-barang sudah tak berada dalam posisinya.
Dia mengunci pintu rapat-rapat. Seberusaha mungkin jendela dia tutup meski kondisi rumahnya sudah hancur.
Dengan merangkak, wanita itu perlahan memanggil-manggil nama seseorang yang berada di dalam rumah itu. Kamar demi kamar dia singgahi, berharap seseorang itu ada dan baik-baik saja.
Matanya tak bisa menahan tangis saat melihat kondisi rumahnya begitu hancur dan tak menyisakan satu barang yang masih bagus. Hatinya begitu takut dan selalu berharap bahwa seseorang di dalam sini masih bisa menyaut panggilannya.
Tangannya gemetar. Beberapa saat dia baru sadar bahwa kakinya berdarah karena terkena gesekan pecahan kaca. Wanita itu sudah tak mampu berdiri tegak. Lututnya begitu lemas dan sakit sekali karena pukulan dari orang-orang jahat tadi.
Meski seperti itu, dia masih tetap bersyukur karena bisa keluar dan kabur dari tempat yang sangat keji itu. Ada sedikit harapan untuk hidup dan kembali bersama dengan orang yang dia cintai.
Sementara itu, rumahnya sangat gelap. Hanya cahaya remang-remang dari lampu luar yang mampu menyinari sedikit isi rumah itu. Beberapa kali wanita itu meraba-raba barang yang ada di depannya dan berusaha mengingat benda apa yang dia pegang. Semua sudah tak berbentuk dan hancur tak karuan.
Dia tak tahu bagaimana cara para penjahat itu menghancurkan seluruh isi rumahnya.
"Matt?" wanita itu masih memanggil dengan sisa-sisa kekuatan yang dia miliki. Rumah berlantai dua itu, cukup membuat dia kesulitan mencari suaminya.
Tapi dengan segala rasa cinta dan khawatir yang begitu besar, dia berusaha mencari sang suami dengan apa pun itu caranya.
Lantai dua sedang ia tapaki. Rasa perih karena luka di sekujur tubuhnya tak membuat wanita itu menyerah. Pintu yang sudah terbuka semuanya ia masuki satu persatu, berharap orang yang dia cari ada di salah satu ruangan itu.
"Chelle...." suara lirih yang ia dengar di ujung ruangan mampu membuat wanita itu tersentak kaget. Seperti ada energi baru yang tiba-tiba muncul, dia berusaha merangkak dengan cepat sambil terus memanggil-manggil namanya.
"Aku di sini...." suara itu begitu pelan dan lemah.
Dengan cepat dia membuka pintu.
"Matt!" wanita itu berteriak saat melihat pria yang ada di hadapannya begitu kesakitan. Tangan dan kakinya diikat. Hidungnya mengeluarkan darah dari luka lebam berada di sekujur tubuh. Pria itu hanya mengenakan celana pendek. Badannya penuh dengan luka gores dan luka lebam yang entah bagaimana para penjahat itu lakukan kepadanya.
Wanita itu memeluk suaminya dengan erat sambil menangis. Dia tak menyangka ternyata orang-orang jahat itu selalu berusaha menghancurkan keluarganya dan menyakiti suaminya sendiri. Rasanya ingin mengakhiri semua itu dengan segera namun wanita itu tahu, bahwa kejahatan ini tak mudah untuk dihentikan.
Banyak sekali kejadian demi kejadian yang tak bisa diceritakan dengan gamblang. Dimulai dari penculikan, teror setiap malam, fitnah di mana-mana dan berbagai hal yang mampu membuat rumah tangga mereka goyah.
Selama kurun waktu empat tahun itu, cobaan selalu datang bertubi-tubi di kehidupan mereka hanya karena ketidaksukaan seseorang terhadap kedua manusia itu.
Keteguhan hati wanita itu cukup membuat para penjahat merasa marah dan ingin menghancurkan kehidupannya. Tak banyak yang tahu bahwa keadaan sepasang suami istri itu begitu hancur, namun harus saling menguatkan satu sama lain.
"Apa yang mereka lakukan kepadamu? Mengapa kau menjadi seperti ini?" wanita itu menangis sambil berusaha mengusap darah segar yang keluar dari hidung suaminya. Tentu, ada rasa sakit yang begitu luar biasa saat melihat sosok yang dia cintai begitu rapuh seperti itu. Ingin berusaha melawan para penjahat, namun apa daya bahwa dirinya sendiri pun rapuh.
Tatapan pria itu penuh cinta. Ada rasa bersalah karena tak bisa melindungi istrinya sendiri dari kejahatan para penjahat itu. Dengan sisa kekuatan yang dimiliki, pria itu berusaha menggapai pipi istrinya dan mengelus kepalanya dengan lembut. Air mata jatuh tak terbendung. Sorot matanya begitu menyiratkan bahwa dia benar-benar mencintai wanita yang ada di depannya saat ini.
"Kakimu...." lirih pria itu pelan. Dia mengusap kaki sang istri yang terluka cukup parah.
"Aku baik-baik saja, Matt. Kau tak usah khawatirkan aku. Aku hanya takut kau tak bisa bertahan. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu."
Tangis wanita itu pecah. Dia tak tahu kapan cobaan itu akan berakhir, dan dia juga tidak tahu kapan para penjahat itu bosan dengan perlakuannya. Lelah sekali rasanya ketika harus menghadapi sebuah kehidupan yang begitu pahit, namun lagi-lagi dia tak mau menyerah karena dia menganggap bahwa semua ujian itu adalah cara Tuhan dalam menguji apakah mereka berdua kuat atau tidak dalam menjalani sebuah hubungan.
"Apa yang telah mereka lakukan kepadamu?" tanya wanita itu lagi. Mulut Matt seperti kaku untuk menjelaskan semuanya. Dia merasakan sakit di sekujur tubuh hingga untuk berbicara pun rasanya sakit. "Aku sungguh heran mengapa mereka begitu jahat kepada kau. Aku tak habis pikir kapan semua ini akan selesai. Matt, tolonglah bertahan untukku. Aku ingin kau baik-baik saja dan kita akan melanjutkan rumah tangga ini."
Matt tersenyum. Ada rasa takut ketika dirinya yang rapuh ini, malah membuat sang istri semakin menderita karena kepergiannya. Dia tak mau meninggalkan wanita yang ada di hadapannya ini sendirian.
Setelah semua hal terjadi, entah suka ataupun duka, Matt merasa bahwa istrinya adalah satu-satunya orang yang bisa memahami dia dan bahkan rela berkorban apa pun untuk kebersamaan itu.
Namun dirinya juga tak bisa berbohong bahwa saat ini dia benar-benar kesakitan. Tubuhnya begitu lemah dan terasa sakit jika digerakkan. Sesekali dia meringis saat tulang-tulang di tubuhnya terasa linu. Luka lebam sudah tak dia hiraukan. Dia hanya takut jika saat ini adalah saat-saat kepergiannya.
"Aku mencintaimu...." lirih Matt di pelukan istrinya. Wanita itu menangis dan berusaha menguatkan sang suami. Suasana gelap benar-benar tak lagi dia pedulikan. Dia hanya berharap dan berdoa agar suaminya bisa bertahan dan kembali sehat seperti biasa.
"Kau tak boleh pergi, Matt. Kau membiarkan aku mati di dunia ini jika kau pergi meninggalkanku."
Matt menangis, "Sakit sekali. Aku tak kuat."
Wanita itu menggelengkan kepalanya. Dia berusaha tegar walau hatinya benar-benar hancur. Baru kali ini dia mendengar suaminya pasrah atas apa yang menimpanya saat ini. Entah apa yang dilakukan oleh para penjahat itu hingga membuat pria itu benar-benar tak berdaya.
"Kau harus kuat demi aku. Kau harus bertahan." tak peduli dengan kondisi tubuhnya, wanita itu berusaha bangkit dan mengangkat tubuh suaminya untuk dibawa ke rumah sakit. Rasa sakit telah dia rasakan semuanya, dan dia tak tahu harus mengawalinya dari mana lagi.
...
Luthfi Arya Al-Farabi adalah seorang santri di salah satu pesantren terkenal yang kini, tengah menjalani masa pengabdiannya selama bertahun-tahun di sebuah pelosok desa. Selain pengabdiannya itu, dia juga memiliki satu niat kepada seorang wanita untuk mempersuntingnya setelah ia pulang ke kampung halamannya nanti. Semua berjalan lancar dan baik-baik saja. Hingga ketika di perjalanan pulang, tiba-tiba dia dihampiri seorang pria misterius sambil membawakan sepucuk kartu berwarna hitam. Kartu itu tanpa nama pengirim. Yang ada, dirinya hanya mendapati sebuah alamat tak dikenal disertai nama dirinya yang terpampang jelas. Akankah Luthfi mencari titik alamat itu berada? Atau dia lebih memilih pulang menemui keluarga dan cintanya?
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
Ika adalah seorang ibu rumah tangga yang harus berjuang mencari nafkah sendiri karena suaminya yang sakit. Tiba-tiba bagai petir di siang bolong, Bapak Mertuanya memberikan penawaran untuk menggantikan posisi anaknya, menafkahi lahir dan batin.
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
Ketika mereka masih kecil, Deddy menyelamatkan nyawa Nayla. Bertahun-tahun kemudian, setelah Deddy berakhir dalam keadaan koma akibat kecelakaan mobil, Nayla menikah dengannya tanpa berpikir dua kali dan bahkan menggunakan pengetahuan medisnya untuk menyembuhkannya. Selama dua tahun, Nayla setia, mencari kasih sayangnya dan ingin melunasi utang budinya yang menyelamatkan nyawanya. Akan tetapi ketika cinta pertama Deddy kembali, Nayla, yang dihadapkan dengan perceraian, tidak ragu untuk menandatangani surat perceraian. Meskipun dicap sebagai barang bekas, hanya sedikit yang tahu bakatnya yang sebenarnya. Dia adalah seorang pengemudi mobil balap, seorang desainer terkenal, seorang peretas jenius, dan seorang dokter ahli. Menyesali keputusannya, Deddy memohon pengampunannya. Pada saat ini, seorang CEO yang menawan turun tangan, memeluk Nayla dan menyatakan, "Enyah! Dia adalah istriku!" Terkejut, Nayla berseru, "Apa katamu?"
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.