Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Pembalasan Dendam Sang Pewaris
Pembalasan Dendam Sang Pewaris

Pembalasan Dendam Sang Pewaris

5.0
10 Bab
736 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Ketika cinta dibalas dengan sebuah pengkhianatan, maka pembalasan dendam harus segera dituntaskan. Alex, terpaksa harus tinggal bersama dengan Paman dan Bibinya setelah kecelakaan maut membuat kedua orang tuanya meninggal enam tahun yang lalu. Hidup dibawah bayang-bayang kematian orang tuanya, membuat Alex tidak bisa melupakan kenangan buruk tersebut. Sampai pada suatu hari, sebuah selentingan kabar menyebutkan jika kedua orang tua Alex sengaja dilenyapkan oleh Paman dan Bibinya. Hal itu membuat Alex akhirnya berusaha mencari sebuah kebenaran. Semua bukti pun berhasil Alex temukan, bahwa sebenarnya kedua orang tuanya tidak benar-benar meninggal, mereka hanya tengah diasingkan di suatu tempat. Setelah berhasil merebut Mayra dari Luis, adik sepupunya. Alex dan Mayra pun akhirnya berusaha membalaskan semua dendam dan rasa sakit hati mereka kepada keluarga Luis. Lalu, mampukah Alex membalas dendam dan menemukan kedua orang tuanya kembali?

Bab 1 1. Malam Yang Melelahkan

"May...," bisik seorang pria yang kini sedang berada di atas ranjang bersama dengan gadis itu. Ia mengusap pelan pundak putih milik Mayra, saat sang pemilik masih memejamkan kedua matanya. Gadis itu menggeliat pelan karena wajahnya tersorot sinar matahari yang masuk ke dalam kamar

Mayra masih merasa jika kepalanya sangat pusing. Ia pun belum sepenuhnya sadar dengan kondisinya saat ini. Perlahan, gadis itu mengerjapkan kedua matanya pelan untuk menyelaraskan cahaya yang masuk ke dalam retinanya.

Setelah beberapa detik ia mencoba menyadari sesuatu. Gadis itu sangat terkejut saat mengetahui jika dirinya sedang bersama seorang pria di dalam sebuah kamar hotel. Ruangan berukuran sekitar tujuh kali delapan meter itu tampak sangat berantakan, pakaian berserakan di mana-mana.

"Alex," pekik Mayra yang menyadari tatapan mata pria itu kini berbeda padanya. Ada sorot mata yang memancarkan gairah dan juga ketertarikan dari pria tersebut. Mayra berusaha menelan salivanya kuat-kuat, darahnya kian mendidih ketika merasakan sesuatu di balik selimut yang ia kenakan.

Tubuhnya merasa sangat sakit, seperti habis melakukan pertarungan gulat dengan seorang petinju profesinal. Gadis itu meraba di sekitar tempatnya berada. Tubuhnya polos, tidak ada sedikit pun benang yang menempel di badannya selain sebuah selimut berwarna hitam.

"Apa yang sudah terjadi?" tanya Mayra bingung. Ingin rasanya gadis itu mengumpat atas semua yang telah terjadi kepadanya dengan Alex malam itu. Ia sama sekali tidak mengira jika dirinya akan berakhir di tempat tidur bersama dengan pria yang seharusnya menjadi saudara sepupunya.

"Menurutmu, apa?" tanya balik Alex sembari tersenyum puas. Pria itu pun mengambil celana yang jatuh tepat di bawah tempat tidurnya. Lalu ia memakainya di dalam selimut yang masih membalut tubuhnya dan Mayra secara bersama. Setelah itu, Alex beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Bunyi shower yang mengucurkan air deras tidak mampu meredam tangis Mayra. Gadis itu terisak, ia menyesali nasibnya sendiri, bisa-bisanya ia menghabiskan malam bersama dengan Alvin, sepupu dari calon suaminya sendiri. Apa yang akan terjadi saat Luis tahu jika calon istrinya sudah bermain gila di belakangnya bersama dengan sepupunya sendiri. Itu sangat menjijikkan.

Mayra meremas rambutnya dengan kedua tangan. Mencoba menghilangkan memori yang membuatnya sangat gila. Ingatan tentang gairah semalam yang ia lakukan bersama Alex karena pengaruh sebuah minuman beralkohol.

Ia sempat menyadari jika semalam telah melakukan hubungan tidak senonoh itu bersama dengan Alex. Sebab, ia tidak benar-benar mabuk sepenuhnya. Dia hanya tidak bisa mengontrol dirinya sendiri setelah meminum bir bersama dengan Luis, Alex, dan yang lainnya juga. Gadis itu merasa kepanasan, dan begitu terangsang setelah minum minuman beralkohol yang diberikan oleh Alex.

"Apa yang sudah kau campurkan pada minuman itu, Lex?" tanya Mayra saat pria tampan itu keluar dari dalam kamar mandi. Tubuhnya hanya dibalut dengan handuk tebal, sementara dadanya ia biarkan telanjang agar bisa cepat mengering. Alex berjalan santai menuju meja rias yang memiliki kaca berukuran besar di atasnya.

"Apa? Aku tidak memberikan apa-apa? Hanya sebutir obat perangsang saja," Alex terkekeh puas.

"Brengsek, kau Alex. Kau sudah berani menyentuhku!" teriak Mayra kesal. Ia mengumpat berulang kali pada pria yang masih santai mengeringkan rambutnya dengan sebuah handuk kecil. Ia sama sekali tidak peduli dengan ocehan Mayra yang begitu marah atas perbuatannya semalam.

"Kau juga sangat menikmatinya semalam. Ayolah, jangan berpura-pura tidak ingat. Kau bahkan sangat lihai memainkan tubuhmu di atas ranjang. Aku sampai kewalahan," goda Alex tertawa lebar.

"Biadab kau," Mayra melempar bantal ke arah pria itu. Namun, sang pria tidak menggubrisnya sama sekali.

Gadis itu mengintip ke bagian dalam selimut yang membungkus dirinya. Bercak merah itu bahkan mulai mengering di atas ranjang. Bukti kegagahan Alax padanya benar-benar sudah dibuktikan. Bagian bawah gadis itu terasa nyilu, ia hampir tidak bisa bergerak karena menahan rasa perih di sekitar area sensitifnya.

"Apa? Apa yang harus aku katakan kepada Luis? Aku tidak akan sanggup mengakui semuanya di depan pria itu," gumam Mayra pelan dengan genangan air mata yang memenuhi pelupuk matanya. Ia bingung, tenggorokannya seolah tercekat saat mengingat kembali sikap manis Luis kepadanya.

Pria itu sangat baik, ia bahkan rela menentang perjodohan orang tuanya dengan gadis lain karena ingin mempertahankan Mayra. Jika sekarang pria itu tahu bahwa Mayra tidak suci lagi, apakah Luis masih mau menerimanya sebagai seorang istri? Itu mustahil.

"Sudahlah Mayra, tidak ada gunanya kau menyesal. Lusi sama sekali tidak pantas untukmu. Dia hanya akan membuatmu menderita jika kalian sampai menikah. Jadi, lebih baik kau bersamaku saja," sahut Alex santai. Kemudian, pria itu menyisir rambutnya dengan rapi di depan kaca rias berukuran besar.

"Tidak!" teriak Mayra emosi. Jari jemarinya mencengkeram selimut yang membalutnya dengan begitu erat. Sesekali, ia tampak kembali meringis kesakitan.

"Lalu kau mau apa? Kau akan mengakui semuanya di depan Luis. Apa kau mau jika Luis sampai mati terkena serangan jantung jika kau mengatakan semuanya?" rentetan pertanyaan dilontarkan oleh Alex. Pertanyaan yang membuat Mayra semakin terhimpit dengan masalah yang sedang ia hadapi sekarang. Mayra ingin bebas dan kembali bersama Luis, akan tetapi ia juga tidak bisa mengakui perbuatannya di depan calon suaminya tersebut karena akan sangat membahayakan kondisi pria malang itu.

"Luis adalah pria yang lemah. Dia hanya akan membuatmu menderita, sadarlah," bujuk Alex. Kini, pria itu mulai mendekat kembali pada Mayra, lalu duduk di tepian ranjang. Sejenak, Mayra terlihat beringsut ke belakang saat Alex mencoba untuk mendekatinya.

"Setidaknya ia tidak lebih buruk darimu!" teriak Mayra sekali lagi.

Alex semakin tertawa lebar melihat wajah frustasi Mayra. Ia bahkan sudah berhasil membuat pertahanan gadis itu goyah akan keputusannya untuk melanjutkan hubungannya dengan Luis.

"Apa kau yakin dengan hal itu?" tanya Alex yang sedikit membuat Mayra berpikir ulang dengan kata-katanya.

"Tentu saja. Luis sangat mencintaiku. Dia tidak akan pernah meninggalkanku," jawab Mayra yakin. Sorot mata gadis itu menantang, ia sama sekali tidak gentar menghadapi cecaran ancaman dari Alex.

"Itu benar," seringai Alex mengejek. Kemudian, pria itu naik ke atas ranjang. Meraih dagu tirus Mayra untuk dia cengkeram. "Tapi, apa kau bisa menjamin jika kedua orang tua Luis akan setuju menikahkan putranya dengan wanita kotor sepertimu?" Teriak Alex dan menghempaskan wajah gadis itu ke samping.

Mayra menangis tergugu setelah Alex mengatakan hal itu kepadanya. Gadis itu sangat tahu jika kedua orang tua Luis sangat tidak menginginkan pernikahannya dan Luis terjadi. Mayra bukanlah gadis yang berasal dari keluarga yang terpandang seperti Luis, ia hanya seorang karyawan biasa di perusahaan yang dimiliki oleh keluarga calon suaminya. Itu sebabnya mereka menentang keras hubungan Luis dan Mayra karena merasa jika status sosial keduanya tidak sederajat.

Namun itu dulu, Mayra kini sudah dipecat dari pekerjaannya karena diketahui menjalin hubungan dengan Luis. Namun, seiring berjalannya waktu, kedua orang tua Luis pun dapat melunak, mereka mau menerima hubungan Mayra dan Alex demi untuk mengabulkan permintaan putranya yang sedang sekarat tersebut.

Ya, Luis diketahui mengidap penyakit kanker hati stadium dua. Kondisi pria itu semakin hari semakin melemah. Kedua orang tua Luis menginginkan putranya untuk segera menikah agar bisa memiliki semangat hidup lebih kuat. Namun, Luis selalu menolak perjodohan yang mereka minta karena ingin mempertahankan Mayra.

"Mayra, aku harap apapun yang kau putuskan nanti, kau tidak akan pernah menyesalinya," ucapan Alex sedikit melunak. Tangan pria itu menyentuh puncak kepala Mayra yang masih sangat ketakutan.

"Lepaskan aku," pekik Mayra menolak. Ia menjauhkan sentuhan tangan Alex dari kepalanya. Alex pun mengangkat kedua tangannya seolah seperti seorang tawanan yang sedang diringkus oleh pihak kepolisian.

"Oke, aku tidak akan mengganggumu lagi. Sekarang mandilah, dan pakai bajumu, setelah ini kau harus ikut denganku." Alex beranjak. Ia mengenakan kembali kemeja hitam yang semalam ia kenakan saat sedang bersenang-senang dengan Luis, Mayra, dan juga teman-temannya yang lain.

"Tidak!" Jawab Mayra tegas. Ia tidak ingin menjadi budak yang bisa disuruh-suruh oleh manusia seperti Alex.

"Jika kau tidak mau, kau akan lihat potret telanjangmu beberapa saat lagi di sosial media," ancam Alex santai.

Pria di hadapannya sungguh sangat kejam. Mayra sama sekali tidak menyangka jika ternyata Alex adalah seorang psikopat. Pria itu terlihat sedang memakai dasi panjang berwarna merah marun dengan sangat rapi. Sorot matanya masih tidak berhenti menatap ke arah Mayra dari pantulan kaca rias yang ada di depannya.

Tidak ada pilihan lain, Mayra hanya bisa menuruti permintaan Alex jika tidak ingin harga dirinya semakin jatuh di depan semua orang. Gadis itu akhirnya melepas selimut yang selama ini menutupi dirinya, beranjak masuk ke dalam kamar mandi hanya dengan ditutupi oleh kain baju yang ia lilitkan di atas tubuhnya. Sedang langkahnya masih terlihat begitu sangat kesakitan.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY