/0/9106/coverbig.jpg?v=9f5f62cc1a4942f1d2efbbb0dc644bd0)
"Di dunia ini tidak ada yang bisa kau percaya karena setiap manusia punya seribu topeng muka. Cukup percaya pada uang dan senjata karena hidup ini perihal harta dan nyawa"
"Di dunia ini tidak ada yang bisa kau percaya karena setiap manusia punya seribu topeng muka. Cukup percaya pada uang dan senjata karena hidup ini perihal harta dan nyawa"
Anak laki-laki berusia 6 tahun duduk termangu memandang kearah sang kembaran yang masih sibuk disuapi ibunya.
"Travis?"
"Ayah?"
Travis kecil sedikit melirik kearah sang ayah yang kini duduk di sampingnya "Kenapa kau terus melihat adikmu seperti itu?"
"Aku takut kehilangan adikku"
Tangan Travis saling bertautan, terlihat sangat gugup, ini hari pertama adiknya kembali ke rumah setelah mereka melalui beberapa bulan yang panjang
"Haruto tidak akan pergi, dia akan tetap bersama kita" Sang ayah meyakinkan.
"Tapi ayah-"
Tak terasa air mata mengalir begitu saja membasahi pipi gembul Travis yang sudah memerah, Travis mengusap kasar air matanya dengan punggungtangan, ia sangat benci terlihat lemah, sebagai sosok kakak sekaligus anak tengah ia harus kuat, Travis harus bisa menjadi kakak sekaligus adik yang baik bagi saudara nya.
Suaranya seakan tercekat, Travis bahkan tak sanggup untuk melanjutkan omongannya.
Apalagi kini melihat Haruto yang memiringkan kepala, sang adik terlihat bingung namun Ibu segera mengalihkan perhatian si bungsu.
"Travis dengar ayah--"
Ayah kini berjongkok menggenggam kedua tangan mungil anak tengahnya
"Di Dunia ini hanya perihal datang, pergi dan menghilang"
"Menderita, kesakitan dan sengsara itu bagian dari hidup. Kita hanya bisa menerima takdir Travis, di dunia ini tidak ada yang abadi"
Travis yang pada saat itu masih berusia 6 tahun hanya menatap bingung pada penjelasan ayahnya. Otak kecilnya berusaha memahami apa yang ayahnya bicarakan, namun Travis tetap tak mengerti.
Sedangkan ayah yang melihat kerutan di dahi anaknya hanya terkekeh gemas
"Kau tidak mengerti, hm?"
Travis kecil mengangguk
"Tidak apa, kau masih kecil"
"Tapi satu hal yang harus kau ingat Travis, yang terlihat baik belum tentu baik dan yang terlihat jahat belum tentu seburuk yang dilihat"
Ayah menatap Travis dengan tatapan serius "Di dunia ini tidak ada yang bisa kau percaya karena setiap manusia punya seribu topeng muka. Cukup percaya pada uang dan senjata karena hidup ini perihal harta dan nyawa"
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Kumpulan cerita seru yang akan membuat siapapun terbibur dan ikut terhanyut sekaligus merenung tanpa harus repot-repot memikirkan konfliks yang terlalu jelimet. Cerita ini murni untuk hiburan, teman istrirahat dan pengantar lelah disela-sela kesibukan berkativitas sehari-hari. Jadi cerita ini sangat cocok dengan para dewasa yang memang ingin refrehsing dan bersenang-senang terhindar dari stres dan gangguan mental lainnya, kecuali ketagihan membacanya.
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
"Aku menginginkanmu! Maka jadilah milikku! Aku tidak menerima penolakan!" Ucap Devien penuh penakanan. Mata Nindy sudah berembun. "Tolong! Tolong!" Nindy berusaha meminta tolong dengan berteriak sekuat tenanga. "Huuust! Simpan suaramu untuk mendesah, karena suaramu hanya akan terbuang sia-sia saja, kau tahu 'kan jika ruangan ini kedap suara, siapa yang akan mendengarmu hm?" Devien sekarang benar-benar di pengaruhi nafsu, gairahnya yang terpendam sudah menguar. baca selengkapnya di bawah ;)
Kirani dipaksa menikah dengan Devon, seorang preman terkenal. Adik perempuannya mengejeknya, "Kamu hanya anak angkat. Nasibmu benar-benar sial karena menikah dengannya!" Dunia mengantisipasi kesengsaraan Kirani, tetapi kehidupan pernikahannya ternyata disambut dengan ketenangan yang tak terduga. Dia bahkan menyambar rumah mewah dalam undian! Kirani melompat ke pelukan Devon, memujinya sebagai jimat keberuntungannya. "Tidak, Kirani, kamulah yang memberiku semua keberuntungan ini," jawab Devon. Kemudian, suatu hari yang menentukan, teman masa kecil Devon mendatanginya. "Kamu tidak layak untuknya. Ambil seratus miliar ini dan tinggalkan dia!" Kirani akhirnya memahami perawakan sejati Devon, orang terkaya di planet ini. Malam harinya, gemetar karena gentar, dia membicarakan masalah perceraian dengan Devon. Namun, dengan pelukan yang mendominasi, pria itu mengatakan kepadanya, "Aku akan memberikan semua yang kumiliki. Perceraian tidak bisa dilakukan!"
© 2018-now Bakisah
TOP