/0/9123/coverbig.jpg?v=df3ed85080829d0f669d3faefd033b48)
Seperti halnya waktu yang tidak pernah kembali, begitu pula sebuah kehidupan. Aubrey Calandre, gadis yang hidup dalam dunianya sendiri. Terlahir sebagai seorang yatim piatu, membuat Aubrey tumbuh menjadi sosok wanita tomboy, dingin, dan cuek akan sekitarnya. Hingga suatu waktu, keadaan mempertemukannya dengan seorang lelaki dingin dan cuek bernama Dominique Hameed. Dia seperti melihat dirinya di cermin ketiak melihat Dominique. Kejadian demi kejadian selalu mempertemukan mereka dan membuat Aubrey perlahan keluar dari dunianya. Akankah dia menemukan cinta sejati untuk mengisi relung hatinya yang kosong dari seorang Dominique si Raja Es?
Helaan panjang terlepas dari mulut Aubrey begitu saja. Dia merutuki dirinya karena melupakan bahwasanya festival yang berlangsung hari ini di kota New Orleans akan makin ramai orang ketika malam menjelang.
Festival Mardi Gras yang berlangsung setiap tahunnya di kota New Orleans itu selalu tampak meriah. Parade tersebut diramaikan oleh warga lokal dan turis yang ingin melihat kendaraan hias yang telah didesain seindah mungkin oleh para seniman.
Kegiatan itu berlangsung dari hari Minggu sampai hari Rabu abu untuk menyambut masa prapaskah. Mardi Gras sendiri memiliki arti selasa gemuk – yang pada hari itu orang-orang merayakannya dengan makanan-makanan berlemak.
"Aduh, salah jalan lagi. Seharusnya aku tidak mengambil jalan ini, begitu banyak orang. Bagaimana sepeda motorku ini bisa melalui kerumunan ini, ya?" Aubrey bergumam kepada dirinya sambil berpikir keras untuk memecahkan kerumunan atau balik arah mengambil jalan yang lain.
"Hei, Crazy girl, sedang apa kau melamun di situ, cepat minggir, jangan halangi jalan kami." Seorang gadis dengan pakaian seksi mengumpat Aubrey.
"Sudah Cass, jangan marah-marah. Bagaimana kalau gadis cantik ini, ajak bergabung bersama kita saja melewati pesta malam ini," ucap pria tampan di samping wanita tadi dengan wajah penuh bekas lipstik.
Aubrey dengan pandangan jijik tanpa menghiraukan percakapan yang terjadi segera menyalakan motor dan hendak berlalu dari hadapan mereka.
"Hei, Gadis sombong. Aku sedang berbicara denganmu. Kau mau ke mana, hah?" tanya pria itu lagi sambil memegangi setang motor Aubrey.
"Aku tidak kenal siapa kalian, berhentilah mengganggu dan biarkan aku pergi atau kau mau rasakan akibatnya." Aubrey dengan marah menghempaskan tangan pria tersebut.
"Sudahlah Ton. Kita akan bersenang-senang malam ini, jangan cari keributan. Nanti juga akan banyak wanita yang akan menemanimu di café sana," ucap Dominique menenangkan Tony.
Dominique, Tony, dan Cassandra berencana akan menghabiskan malam itu untuk menikmati Festival Mardi Gras yang diselenggarakan di sepanjang jalan New Orleans, Louisiana. Acara kostum, pelemparan manik-manik, dan pesta dansa malam itu berlangsung sangat meriah.
Akhirnya, Tony pun membiarkan Aubrey pergi. Meskipun, ada rasa kesal yang bergumul di dada karena penolakan Aubrey. Dia pun bersama Cassandra dan Dominique pergi ke sebuah kafe yang telah mereka pesan di pinggir sungai Mississippi.
Aubrey memarkirkan motornya di Kafe Young Avenue Deli. Dia masuk dan mencari tempat duduk yang menghadap ke arah sungai dan langsung memesan makanan untuk mengisi perutnya yang sudah lapar, selain menghindari keramaian di sepanjang jalan New Orleans karena parade Mardi Gras, Aubrey pun memutuskan untuk menikmati suasana di pinggiran sungai Mississippi melalui café tersebut.
Kebetulan yang sangat tidak terduga, kekesalan dan kekecewaan Tony terjawab sudah. Dia dan kedua temannya memasuki kafe yang sama dengan Aubrey. Saat memasuki kafe tersebut Dominique sudah langsung dapat mengenali pemilik rambut ikal yang duduk di sudut Kafe.
"Tampaknya, Tony akan kembali menggila bila mengetahui wanita yang tadi dia incar ada di sini," gumam Dominique.
"Damn, wanita itu lagi," umpat Cassandra.
Tony yang mendengar umpatan Cassandra, sontak langsung menoleh dan melihat apa yang tengah dilihat Cassandra. Senyum lebar terbit di mulut Tony. Dia pun bergegas menghampiri Aubrey yang tengah duduk di sudut kafe.
"Hello, kita bertemu lagi. Tampaknya kita berjodoh, see kau lihat buktinya." Tony dengan percaya diri menggoda sambil membentangkan tangannya.
"Kau mengikutiku. Tidak ada hal lain-kah yang dapat kau lakukan selain menggangguku."
"Relax, baby. Aku hanya ingin tahu namamu. Kau 'kan sudah tahu siapa aku, rasanya tidak adil kalau hanya kau yang mengetahui tentangku."
Aubrey tampak malas meladeni ocehan Tony. Dia menghela napas dan tidak mengacuhkan keberadaannya.
"Stop please, biarkan aku memakan hidangan dengan tenang, oke!"
"Hei, kau tinggal sebutkan namamu dan aku pasti akan diam. Untuk menunggu semua itu, maka aku akan tetap berada di sini, oke."
Dominique dan Cassandra hanya memperhatikan kelakuan Tony dari jauh. Mereka pun langsung menuju tempat duduk yang telah mereka pesan.
"Cass, apakah sepupumu itu tidak akan menggila. Tampaknya dia sudah sangat mabuk. Aku takut kebiasaan buruknya yang suka mengacau ketika mabuk akan menghancurkan malam kita ini." Dominique menghela napas panjang.
"Entahlah, biarkan saja. Yang penting kamu di sini menemaniku." Cassandra menyentuh tangan Dominique dengan sedikit menggoda.
Dominique tampak risih duduk hanya berdua dengan Cassandra. Sebab dia tahu bahwa wanita itu akan terus menggoda dirinya sepanjang malam. Meskipun berkali-kali penolakan yang Dominique berikan, tidak pernah menyurutkan hati Cassandra untuk terus mendekati.
Dominique diam-diam memperhatikan Aubrey dari jauh. Gadis tomboy yang memiliki aura yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata itu mampu mengetuk sedikit es di dalam hatinya. Dia juga tampak jengah melihat kelakuan Tony yang terus menerus mencoba merayu Aubrey.
Merasa seperti sedang diperhatikan dari kejauhan. Aubrey sedikit menoleh ke arah Dominique, mata mereka sekilas bertemu. Ada rasa aneh yang menelusup di relung hati Aubrey. Rasanya seperti teriris diikuti dengan debaran yang tiba-tiba muncul.
Seketika Aubrey memalingkan wajahnya menghindar dan menatap sungai di depannya. Ocehan demi ocehan yang keluar dari mulut Tony tampak terdengar seperti dengungan lebah di telinganya.
'Siapa pria yang bersama orang gila ini. Mengapa ada rasa yang aneh di sini?' gumam dalam hati Aubrey sambil memegang dadanya.
"Hei, Baby. Are you okay? Ada yang sakitkah?" Tony bertanya memecah lamunan Aubrey.
"Kau tidak lelah menggangguku. Akankah sepanjang malam kau akan terus melakukan kegilaan ini?" tanya Aubrey kepada Tony dengan geram.
Tony mengibaskan tangannya di udara dan seketika dia terjatuh dengan kepala mendarat di atas tubuh Aubrey. Aubrey yang tampak terkejut langsung memegangnya. Dia pun langsung menatap dan melotot ke arah meja yang diduduki Dominique dan Cassandra, untungnya saat itu Dominique sedang memperhatikan Tony. Kemudian Aubrey mengisyaratkan untuk mereka mengurus Tony yang tiba-tiba pingsan.
Dominique yang melihat kejadian itu pun langsung berdiri dan hendak menolong Tony atau mungkin Aubrey. Cassandra yang melihat gelagat Dominique, langsung menahan tangannya. Dia tidak mau nanti Dominique berurusan dengan Aubrey.
"Hei, Kalian. Cepat tolong teman kalian ini, atau mau aku lempar tubuhnya yang berat ini ke sungai itu!" teriak Aubrey sambil berusaha menahan tubuh Tony agar kepalanya tidak jatuh menghantam lantai.
Dominique gegas berlari menghampiri mereka dan mengambil tubuh Tony. Tanpa sengaja tatapan mata Dominique dan Aubrey bertemu. Dari jarak sedekat itu dapat terlihat iris mata yang dimiliki Dominique hampir sama dengan yang dimiliki Aubrey. Seperti melihat cermin, itulah yang terbesit oleh keduanya.
"Hei, Crazy girl. Kau berniat menggoda dua pria sekaligus, ya, untuk menemanimu malam ini?" Cassandra yang berada di belakang Dominique menyela kegiatan mereka yang saling bertatapan.
Aubrey mengepal tangan kanannya, tampak menahan amarah.
"Tolong hisap ASI saya pak, saya tidak kuat lagi!" Pinta Jenara Atmisly kala seragamnya basah karena air susunya keluar. •••• Jenara Atmisly, siswi dengan prestasi tinggi yang memiliki sedikit gangguan karena kelebihan hormon galaktorea. Ia bisa mengeluarkan ASI meski belum menikah apalagi memiliki seorang bayi. Namun dengan ketidaksengajaan yang terjadi di ruang guru, menimbulkan cinta rumit antara dirinya dengan gurunya.
Warning!!!!! 21++ Aku datang ke rumah mereka dengan niat yang tersembunyi. Dengan identitas yang kupalsukan, aku menjadi seorang pembantu, hanyalah bayang-bayang di antara kemewahan keluarga Hartanta. Mereka tidak pernah tahu siapa aku sebenarnya, dan itulah kekuatanku. Aku tak peduli dengan hinaan, tak peduli dengan tatapan merendahkan. Yang aku inginkan hanya satu: merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milikku. Devan, suami Talitha, melihatku dengan mata penuh hasrat, tak menyadari bahwa aku adalah ancaman bagi dunianya. Talitha, istri yang begitu anggun, justru menyimpan ketertarikan yang tak pernah kubayangkan. Dan Gavin, adik Devan yang kembali dari luar negeri, menyeretku lebih jauh ke dalam pusaran ini dengan cinta dan gairah yang akhirnya membuatku mengandung anaknya. Tapi semua ini bukan karena cinta, bukan karena nafsu. Ini tentang kekuasaan. Tentang balas dendam. Aku relakan tubuhku untuk mendapatkan kembali apa yang telah diambil dariku. Mereka mengira aku lemah, mengira aku hanya bagian dari permainan mereka, tapi mereka salah. Akulah yang mengendalikan permainan ini. Namun, semakin aku terjebak dalam tipu daya ini, satu pertanyaan terus menghantui: Setelah semua ini-setelah aku mencapai tahta-apakah aku masih memiliki diriku sendiri? Atau semuanya akan hancur bersama rahasia yang kubawa?
Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"