/0/9151/coverbig.jpg?v=e46216d066740a02ec4edc7362c0c104)
"Tanda tangani Kontrak ini atau kau mau MATI!" ucap seorang pria dengan tatapan dingin. Kecerobohannya malam itu menjadikan Ava Charlotte, gadis berusia 22 tahun tertawan oleh seorang pewaris tunggal yang memiliki sifat angkuh. Ava, tak punya pilihan lain. Apalagi saat itu ia memerlukan banyak uang untuk pengobatan sang adik yang sedang sekarat. Detik itu juga mau tak mau Ava menandatanganinya. Sean menyemburkan tawa dan segera menarik kertas kontrak tersebut. "Detik ini juga kamu sudah menjadi WANITAku. Seluruh tubuh sampai nyawamu milikku! Hanya milikku." Bagaimana kehidupan Ava selanjutnya, menjalani pernikahan dengan lelaki angkuh dan penindas?
"Bang, boleh saya pulang duluan. Adik saya masuk rumah sakit lagi," ucap gadis muda dengan wajah panik.
"Iya, pulang lah. Biar satu pesanan itu nanti Abang yang kirim."
"Terimakasih, bang!"
Ava bergegas pergi menuju motornya dengan terburu-buru. Baru saja ia mendapat kabar jika adiknya kembali masuk rumah sakit.
Ia membawa motornya dengan kecepatan tinggi, perasaannya panik, cemas dan khawatir membuat pikiran tak bisa terpikir dengan jernih.
Hingga tanpa sadar dari arah berlawanan sebuah mobil hitam metalik melesat menuju kearahnya. Ava yang panik menyadari dalam bahaya pun akhirnya membelokkan motornya hingga terjatuh. Begitu pun mobil itu membating stir ke kiri hingga menabrak pohon besar.
Damn!
Tubuh Ava bergetar, ia segera berdiri tak perduli pada kakinya yang nyeri. Dengan terseok ia berjalan menuju mobil.
Belum sampai Ava mendekati mobil tersebut, pintu mobil lebih dulu terbuka. Seorang lelaki berwajah dingin dengan setelan tuksedo menatapnya penuh kemarahan.
"Aarrggh, tikus kecil sialan. Liat mobilku!" Sentaknya seraya mengepal tinju.
"Ma-maaf tuan. Saya akan ganti semua kerusakannya," lirih Ava, perkataan itu keluar begitu saja dari bibirnya.
Lelaki itu menyemburkan tawa. "Ganti? Mau ganti pakai apa kamu. Hanya seorang kurir makanan cepat saji," cebik lelaki itu mengejek.
"Bahkan tubuhmu sekali pun tak sebanding dengan kerusakan yang kamu perbuat hari ini!" Ucapnya lagi dengan senyum miring.
"Tuan, aku memang miskin, tapi aku bukan wanita murahan!" Ava tersulut emosi mendengar perkataan lelaki yang berdiri arogan di depannya itu.
Lelaki yang sama sekali tak menunjukkan empatinya pada wanita, terlebih semua ini bukan sepenuhnya salah Ava. Ava bisa mencium bau alkohol dari mulut lelaki itu, bisa disimpulkan saat ini lelaki itu menyetri sambil mabuk. Menyesal hatinya tadi sempat meminta maaf.
"Aku akan ganti semua kerusakan itu!" Ava pun berlalu bergitu saja.
"Mau pergi kemana kamu tikus kecil! Ganti dulu mobil kesayangannku!" Lengan Ava ditarik dengan cukup keras hingga tubuhnya oleng dan hampir terjatuh.
"Lepas! Aku akan ganti, tapi tidak sekarang! Kamu lihat motorku juga rusak."
"Aku engga perduli! Ganti atau mau ku buat hidupmu menderita. Bahkan kamu bersembunyi di lubang semut pun. Aku dengan mudah menemukan mu tikus kecil!"
Ava melihat kilat mata penuh kemarahan dari mata tajam lelaki yang masih memegang lengannya.
"Nanti akan aku ganti, tapi tidak sekarang!" Ava menghempaskan tangannya hingga pegangan tangan terlepas begitu saja.
"Baik, besok aku tunggu!" Lelaki itu tersenyum miring dan menyodorkan selembar kertas.
"Kartu namaku. Besok datanglah. Kalau kamu tidak mau menyesal!"
Ava meneguk Saliva dengan sudah payah.
"Dark Shine Corp."
Mendadak tubuhnya panas dingin membaca nama perusahaan yang tertera di kartu nama tersebut.
"Why, Loser?"
"Aku akan datang besok!" Sahut Ava tanpa rasa takut sedikitpun. Setelah mengatakan hal itu Ava bergegas kembali menyalakan motornya dan melesat menuju rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit Ava segera menunju ke ruang di mana adiknya dirawat.
"Bu, gimana keadaan Ace?"
Seorang wanita yang terlihat lebih tua dari usianya itu tersenyum hambar. "Ace harus segera di operasi." Punggung ibunya bergetar hebat. Ava segera memeluknya untuk menenangkan sang ibu.
"Baiklah kita lakukan Bu, jika itu yang terbaik untuk Ace."
"Ta-tapi kita punya uang dari mana?" Sarah menatap Ava dengan sorot mata putus asa.
Ava terdiam, lima ratus juta bukan uang sedikit untuk keluarganya. Bahkan untuk makan sehari-hari saja. Ava sampai harus berkerja di dua tempat sekaligus.
Ia menjadi tulang punggung keluarga setelah ibunya sakit-sakitan. Ayahnya, sudah lama menghilang saat Ace baru saja di lahirkan. Hingga ibunya banting tulang untuk menghidupi keluarga dengan melakukan pekerjaan apapun.
Kondisi kesehatan Sarah pun semakin hari menurun membuat Ava mau tak mau mengubur semua cita-citanya. Ia memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah. Dan memilih bekerja paruh waktu.
Ace mengidap penyakit sirosis sejak berusia 3 tahun. Sebenarnya dokter sudah menyarankan agar Ace segera melakukan transplantasi hati. Namun, mereka menunda karena terhalang biaya yang tak murah.
"Ava, akan usaha kan uang itu, Bu," lirih Ava tak yakin.
"Ava, kenapa kaki mu?" Sarah melepas pelukannya, matanya tak sengaja melihat celana Ava yang tergores.
"Enggak papa, Bu. Tadi jatuh di jalan," jawab Ava berbohong. Tentu saja ia tak mungkin mengatakan yang sebenarnya.
"Ya sudah, sebaiknya kamu punah dan istirahat di rumah. Biar malam ini ibu yang jaga Ace," ucap Sarah penuh perhatian.
"Ava mau di sini saja, Bu. Bersama kalian."
Ava menolak dan lebih memilih membaringkan tubuhnya di atas kursi dengan berbantal paha ibunya. Posisi yang selalu ia suka sejak dulu, terasa damai dan tak lama matanya pun tertutup. Ia mulai terbuai mimpi.
Rasanya baru saja ia memejamkan mata, tapi ia harus kembali terjaga saat mendengar suara ribut-ribut dan raungan dari sang ibu.
"Ibu, kenapa?" Tanya Ava kaget dan segera bagun.
"Ace. Ace kritis!" Sarah duduk menutup kedua matanya yang basah.
Ava segera berdiri tak perduli panggilan dari ibunya. Ia berjalan menuju ruangan dokter yang menangani Ace. Tanpa permisi ia menerobos masuk.
"Dok, tolong selamatkan adik saya," Ava menangkupkan kedua tangannya seraya memohon.
"Sus." Dokter bernama Frans itu memberikan kode pada asistennya agar keluar.
"Ava, saya sudah jelaskan padamu jika Ace harus segera mendapatkan tranplantasi hati. Dan kamu taukan itu biaya tidak lah murah. Tapi semakin kamu menunda maka resikonya semakin besar." Dokter Frans menghela nafas berat. Sejujurnya ia iba pada keluarga Ava, tapi ia tak bisa membantu banyak. Apalagi istrinya sangat cemburu pada Ava.
Entah apa penyebabnya, istrinya memang memiliki sifat posesif, dan dokter Frans pun tak bisa mengadaikan rumah tangganya dengan membantu Ava.
"Baiklah, saya akan tanda tangan surat persetujuan ini. Saya akan mencari uang itu secepatnya!" Ava menghapus airnya, segera mengambil pena dan menggores kertas itu dengan tanda tangannya.
Semua ia lakukan untuk Ace, adik kesayangannya. Bahkan jika harus bertukar dengan nyawa sekali pun Ava kan melakukannya dengan senang hati.
"Tolong lakukan yang terbaik, saya janji besok akan melunasi semuanya," lirih Ava mengigit bibir bawahnya. Meski sebenarnya, ia pun tak tau harus mendapatkan uang dari banyak sebanyak itu.
"Ava, kamu tak apa?" Tanya dokter Frans khawatir.
Frans sudah menganggap Ava dan Ace seperti adiknya sendiri, karena memang kasus Ace adalah kasus terlama yang pernah ia hadapi.
Ace terus bertahan dengan kondisi hati yang sudah rusak parah, membuat Dokter Frans salut. Namun, ia hanya dokter yang juga manusia biasa. Semua yang terjadi di luar kendalinya.
"Tak apa! Aku sudah kehilangan ayah. Dan aku tak rela jika harus kehilangan Ace. Lebih baik aku yang menghilang," ucap Ava dingin.
Ava berdiri, melangkah membawa tubuhnya berjalan seperti tanpa nyawa.
"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.
Cerita rumah tangga dan segala konflik yang terjadi yang akhirnya membuat kerumitan hubungan antara suami dan istri
"Usir wanita ini keluar!" "Lempar wanita ini ke laut!" Saat dia tidak mengetahui identitas Dewi Nayaka yang sebenarnya, Kusuma Hadi mengabaikan wanita tersebut. Sekretaris Kusuma mengingatkan"Tuan Hadi, wanita itu adalah istri Anda,". Mendengar hal itu, Kusuma memberinya tatapan dingin dan mengeluh, "Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?" Sejak saat itu, Kusuma sangat memanjakannya. Semua orang tidak menyangka bahwa mereka akan bercerai.
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"
Yolanda mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Setelah mengetahui taktik mereka untuk memperdagangkannya sebagai pion dalam kesepakatan bisnis, dia dikirim ke tempat kelahirannya yang tandus. Di sana, dia menemukan asal usulnya yang sebenarnya, seorang keturunan keluarga kaya yang bersejarah. Keluarga aslinya menghujaninya dengan cinta dan kekaguman. Dalam menghadapi rasa iri adik perempuannya, Yolanda menaklukkan setiap kesulitan dan membalas dendam, sambil menunjukkan bakatnya. Dia segera menarik perhatian bujangan paling memenuhi syarat di kota itu. Sang pria menyudutkan Yolanda dan menjepitnya ke dinding. "Sudah waktunya untuk mengungkapkan identitas aslimu, Sayang."
Warning 21+ mengandung konten dewasa, harap bijak dalam memilih bacaan. Winda Anita Sari merupakan istri dari Andre Wijaya. Ia harus rela tinggal dengan orang tua suaminya akibat sang ibu mertua mengalami stroke, ia harus pindah setelah dua tahun pernikahannya dengan Andre. Tinggal dengan ayah suaminya yang bersikap aneh, dan suatu ketika Anita tau bahwa ayah mertuanya yang bernama Wijaya itu adalah orang yang mengidap hiperseks. Adik iparnya Lola juga menjadi korban pelecehan oleh ayahnya sendiri, dikala sang ibu tak berdaya dan tak bisa melindungi putrinya. Anita selalu merasa was-was karna sang ayah mertua selalu menatapnya dengan tatapan penuh nafsu bahkan tak jarang Wijaya sering masuk ke kamarnya saat ia sedang tidur. Akankah Anita mampu bertahan tinggal bersama Ayah mertuanya yang hiperseks? Atau malah menjadi salah satu korban dari ayah mertuanya sendiri?