/0/9327/coverbig.jpg?v=fd9e3e928438eff61ac578bdc7d4630d)
Kalah menjadi abu. Menang menjadi arang. Ini adalah kisah tentang pertikaian sengit di antara para putri yang ikut serta di dalam perebutan mahkota Putri Purba. Tujuh bersaudara yang sedari kecil hidup bersama-sama dengan bahagia, ... mulai menjalani hubungan persaudaraan yang kacau nan berantakan, ... dikala mahkota yang didamba-damba telah jatuh ke tangan putri yang bahkan sama sekali tak mengharapkan takhta kerajaannya sedari awal. Akankah takhta kembali beralih kepada orang yang sudah seharusnya menerimanya sedari awal? Ataukah sang putri yang dijatuhi bingkaian hiasan kepala terbuat dari logam mulia, lengkap dengan intan dan juga permata itulah, ... yang pada akhirnya akan tetap menjadi pemimpin kerajaan? "Apa kau ingin tahu, kesalahan terbesar apa yang pernah dibuat olehku di sepanjang hidupku ini?" Sang putri tertua kerajaan ini, si Putri Mahkota yang bahkan tak dapat menggapai gelaran mahkotanya lagi, Putri Purbararang, ... bertanya dengan wajah yang pahit terhadap sang putri baik hati, yang saat ini tengah berdiri berhadapan dengannya diluar sel penjara. "Kesalahan terbesarku adalah, pernah membuat hatiku yang sudah hancur ini, untuk menyayangimu dengan segenap hati ...." Dia berucap lirih semacam itu, diiringi dengan lelehan air mata. "... Purbasari." Air mata keputusasaan yang akan senantiasa ia dapatkan, dikala berhasil dikalahkan oleh adik kandungnya sendiri, Putri Purbasari, lagi dan lagi.
"Jangan sok berbaik hati dan cepat bunuhlah aku, ... Purbasari."
Ah, sesungguhnya, Purbasari masih belum mengerti.
Si anak bungsunya Raja Prabu Tapa Agung, putri kerajaan Pasir Batang yang tersayang, ... merasa sangat tidak paham dengan kejadian buruk yang telah menimpa keluarga besarnya ini.
"Bunuhlah aku dengan peraturan hukum yang sudah kubuat!"
Purbasari, sang putri yang memiliki banyak sari kecantikan selayaknya bulan purnama, dengan anugerah rambut putih keperakan juga manik mata sebening es kristal, ... memandang kasihan putri tertua kerajaan Pasir Batang, sang kakak kandung, Purbararang.
"Jangan mengasihaniku ...! Itu menjijikkan."
Purbararang, putri yang lebih tua lima tahun dari Purbasari itu, memiliki penampilan yang sangat suram lagi membosankan.
Berbanding terbalik dengan Purbasari yang mewarisi keanggunan wajah lemah lembut seperti sang ibu ratu, ... Purbararang memiliki tampang sangar dengan ciri fisik yang lebih condong ke paduka raja.
Rambutnya yang sehitam arang, juga matanya yang segelap langit malam, ... tambah menonjolkan sifatnya yang memiliki hati yang sama hitam.
Bertindak seenaknya, menghukum orang sesukanya, juga menyelewengkan kekuasaan semaunya, adalah hal yang sangat pantas untuk dijadikan alasan mengapa ia berada di dalam kurungan penjara.
Apalagi, mengingat ia mencoba merebut kekuasaan Purbasari dengan mencoba membunuh sang calon ratu sesungguhnya dari kerajaan Pasir Batang, ... dia memang pantas untuk mendapatkan hukuman berat, seperti hukuman mati.
"Paling tidak, biarkan aku mendapatkan satu saja keinginanku yang akhirnya dapat terkabulkan."
Namun, Purbasari yang sekarang telah menyandang status sebagai ratu resmi kerajaan warisan ayahnya itu, dengan bersanding bersama pasangannya, pangeran dari Kekaisaran Kahyangan, ... bukanlah orang yang banyak menaruh dendam.
"Nyai Teteh."
Memanggil lembut sang kakak dengan tubuh yang rela direndahkan meski gaun putih bersihnya dapat terkotor oleh beceknya tanah penjara, ... Purbasari kembali berujar.
"Aku memaafkanmu. Jadi, ... tolong kembalilah seperti dulu."
Purbasari yang penuh kasih sayang, dengan berbesar maaf masih bisa melupakan rasa hati terlukanya akibat dari di sakiti oleh sang kakak tertua.
"Aku sayang Teteh."
Dikarenakan, pada dasarnya, ... Purbasari adalah putri yang pemaaf.
"Teteh tolong maafkan Sari juga."
Apalagi, ... jika sudah bersangkutan dengan keluarganya yang tercinta.
"... Ya?"
"Ha!"
Mendengus keki, Purbararang melemparkan tatapan tajam dari mata hitam kelamnya yang menyorot geram.
"Jangan membuatku tertawa."
BRANG!
Mencengkeram kuat batang besi yang mengurungnya sampai menimbulkan bunyi nyaring, mencakar dan menggeret karat pada besi itu pula saking ingin melampiaskan kemarahannya, Purbararang ... menggeramkan kata-kata.
"Orang yang merebut semuanya dariku, tidak memiliki hak untuk mengatakan ucapan yang sok suci itu!"
"Nyai Teteh, kamu ... kamu tidak boleh seperti ini."
"MEMANGNYA-!"
"-Kyaaa!" jerit Purbasari ketakutan, dikala dirinya itu ditarik secara tiba-tiba oleh Purbararang yang mencomot kerah gaunnya secara kasar.
"Memangnya ... kau tahu apa tentang diriku, Purbasari?! Memangnya ... kau paham apa tentang penderitaanku selama ini? Jangan bertingkah sok akrab denganku!"
Membentak dan mengatai Purbasari dengan suara yang mulai terdengar bergetar, kening Purbararang, kini ... dipenuhi oleh kedutan alis yang mengerut menahan segala rasa kepahitan. "Itu mengesalkan!"
Manik mata kelam yang tadinya menatap tajam ke arah manik mata bening milik adiknya, mulai dibaluri oleh air mata yang menggenang.
"Kau pikir, pengalaman apa yang sudah banyak kualami, sampai-sampai menjadikanku seperti ini, ... hah?"
Suaranya yang bergetar getir, dan pandangan matanya yang mengabur karena dilimpahi oleh banyak air mata ... benar-benar meriasnya menjadi seseorang yang begitu menyedihkan.
"Kau tidak tahu apa-apa."
Menundukkan kepalanya dan mengendurkan sedikit pegangan tangannya pada jeruji besi penjara, Purbararang melirih hampa.
"Kau tidak merasakan penderitaan yang serupa."
Menggigit pahit bawah bibirnya sampai berdarah dengan rintikkan air mata yang semakin berjatuhan selayaknya hujan pertama di musim kemarau, ... Purbararang semakin menanamkan bibit-bibit kebencian yang begitu mendalam di dalam lubuk hatinya.
"Kau beruntung sekali, hidup di dunia ini hanya diperuntukkan untuk menjalani hari dan hal-hal yang bahagia saja."
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
"Tolong hisap ASI saya pak, saya tidak kuat lagi!" Pinta Jenara Atmisly kala seragamnya basah karena air susunya keluar. •••• Jenara Atmisly, siswi dengan prestasi tinggi yang memiliki sedikit gangguan karena kelebihan hormon galaktorea. Ia bisa mengeluarkan ASI meski belum menikah apalagi memiliki seorang bayi. Namun dengan ketidaksengajaan yang terjadi di ruang guru, menimbulkan cinta rumit antara dirinya dengan gurunya.
Wanita bertubuh ideal tidak terlalu tinggi, badan padat terisi agak menonjol ke depan istilah kata postur Shopie itu bungkuk udang. Menjadi ciri khas bahwa memiliki gelora asmara menggebu-gebu jika saat memadu kasih dengan pasangannya. Membalikkan badan hendak melangkah ke arah pintu, perlahan berjalan sampai ke bibir pintu. Lalu tiba-tiba ada tangan meraih pundak agak kasar. Tangan itu mendorong tubuh Sophia hingga bagian depan tubuh hangat menempel di dinding samping pintu kamar. "Aahh!" Mulutnya langsung di sumpal...