/0/9351/coverbig.jpg?v=4ea7bbd69641d7ba24e2387dfb981bf2)
Karena belum dikaruniai buah hati, seorang istri mengizinkan suaminya menikahi wanita lain. Namun siapa tahu pernikahan kedua suaminya itu adalah sebuah petaka.
Karena belum dikaruniai buah hati, seorang istri mengizinkan suaminya menikahi wanita lain. Namun siapa tahu pernikahan kedua suaminya itu adalah sebuah petaka.
Maaf, sayang. Bulan ini Abi cuma bisa ngasih segini ke kamu. Maaf ya. Soalnya dalam kondisi hamil, Naura membutuhkan lebih banyak uang. Ami tidak marah kan?" Arsyad menyodorkan sebuah amplop coklat tipis kepada Ika istri pertamanya.
"Ya terimakasih, Bi. Masih bersyukur di kasih rezeki." Ika menerima amplop itu.
"Abi ke kamar mandi dulu ya?"
"Iya, Bi. Sementara Ami siapkan untuk makan malam.
Ya hari adalah jadwal Arsyad berkunjung kerumah tersebut, setelah menikahi Naura dua bulan yang lalu. Sesuai komitmen Arsyad, dua minggu bersama Naura, maka ia akan kembali ke rumah yang di diami Ika selama dua minggu juga.
Sepeninggal suaminya, Ika membuka amplop yang tadi di berikan Arsyad padanya.
"Satu juta lima ratus ribu rupiah. Setengah dari bulan lalu." Gumamnya lirih.
Jumlah itu jauh berbeda dari nominal bulan lalu. Bulan lalu Arsyad menyerahkan tiga juta. Total gaji Arsyad sebagai karyawan di perusahaan adalah tujuh juta. Biasanya dulu, enam juta selalu Arsyad serahkan pada Ika. Selebihnya Arsyad gunakan untuk kebutuhannya sendiri.
Namun setelah menikahi Naura. Semua jadi berbeda. Sesungguhnya Ika ikhlas dengan takdirnya. Namun apa yang terjadi sekarang adalah diluar dugaannya semula.
"Mi, bulan ini Abi cuma bisa seminggu bersama Ami. Itu juga melihat keadaan Naura. Apabila keadaannya tidak baik, Abi harus kembali padanya. Noura menuntut Abi untuk lebih sering bersamanya. Karena kondisinya yang sedang hamil muda. Maafkan Abi ya." Arsyad membelai rambut hitam panjang dan lurus milik Ika.
Ika diam sesaat, lalu tersenyum kecut.
"Aku mungkin harus lebih mengerti. Inikah takdir seorang istri yang tak bisa memberikan keturunan." Ika membatin.
"Maaf, Bi. Ami kebelet." Dengan sedikit menyembunyikan mukanya yang mulai memerah. Ia berlari ke kamar mandi.
Di cermin kamar mandi, Ika tidak bisa menahan bulir-bulir bening itu. Ia menyekanya perlahan.
"Sekarang semua terbagi dengan tidak adil. Hiks... Hiks... Ku kira dengan mengizinkanmu poligami akan menambah ladang pahala bagiku. Tapi mengapa semuanya harus seperti ini. Mulai waktumu yang hanya ku dapatkan sepertiga dalam sebulan, nafkah, dan mungkin saja cintamu yang tidak lagi terbagi rata antara aku dan Naura..." Kembali Ika menyeka air mata nya.
"Berbagi memang tak mudah. Namun demi bakti ku, dan juga agar kau mendapatkan momongan, aku ikhlas. Karena aku sadar, rahim ini belum mampu memberikanmu keturunan."
Ika melamun, teringat kembali kejadian beberapa bulan lalu.
***
Beberapa bulan yang lalu
Ika sibuk menyiapkan hidangan di meja makan. Biasa aktivitas yang akan ia lakukan apabila datang berkunjung ke rumah mertuanya. Ia akan membebaskan mertuanya dari tugas dapur. Dari memasak, beres-beres, mengepel hingga membersihkan kamar mandi.
Ika sama sekali tidak merasa di perbudak. Justru ia merasa bangga bisa melakukan itu untuk meringankan pekerjaan rumah sang mertua. Dengan begitu, akan menambah bakti terhadap orang tua bukan?
"Ika,..." Panggil Bu Melia
Ika menghentikan pekerjaannya,
"Ya, Bu." Tanggap Ika cepat.
"Bisa bantu ibu sebentar?"
"Tentu saja."
"Kamu ke pasar, ibu sudah membuat daftar barang belanjaan yang harus di beli."
Bu Melia menyodorkan sebuah kertas berisi daftar barang belanjaan.
"Ya baiklah. Tapi nih Ika belum selesai menyiapkan hidangan di meja makan."
"Tidak apa-apa. Nanti ibu yang akan menyelesaikannya.
"Oh ya. Baiklah, Ika bisa pergi sekarang."
"Terimakasih. Nih kunci mobilnya." Bu Melia mengeluarkan kunci mobil dari saku celananya.
"Tidak usah, Bu. Pakai sepeda motor saja, Bu. Lebih leluasa."
Kebiasaan mertuanya adalah membeli kebutuhan dapur di pasar tradisional. Tentu saja sepeda motor adalah pilihan yang pas.
"Ini uangnya." Bu Melia menyodorkan beberapa lembaran uang berwarna merah.
"Tidak usah, Bu. Pakai uang Ika saja."
"Ah, Ika. Ibu jadi tidak enak pakai uang kalian."
"Tidak apa-apa, Bu. Sesekali membeli kebutuhan orang tua sendiri."
"Aduuh terimakasih kalau begitu."
"Sama-sama, Bu."
Ika bergegas mengambil helm dan berjalan menuju sepeda motor matic miliknya.
Dengan cekatan ia mengendarai sepeda motor menuju ke pasar.
Di tengah perjalanan, Ika lupa kalau dompetnya tertinggal di meja ruang keluarga. Dengan cepat Ika segera berbalik arah.
Beberapa menit kemudian, ia sampai kembali di rumah mertuanya.
Tapi tunggu dulu, ketika ingin meraih dompetnya, Ika mendengar ada obrolan serius antara suami dan mertuanya. Perlahan Ika menguping pembicaraan mereka.
"Arsyad, apa kamu yakin ingin tetap mempertahankan istrimu?" Bu Melia bertanya kepada anak lelakinya.
Arsyad sejenak menghentikan aktivitasnya. Nasi yang baru saja ingin ia masukkan ke mulut, di letakkan kembali ke piring.
"Maksud ibu?"
"Maksud ibu, apa kamu masih mencintai Ika sepenuhnya?"
Dahi Arsyad berkerut.
"Tentu saja, Bu. Dia istriku. Tentu saja. Aku mencintainya." Jawab Arsyad sungguh-sungguh.
Wanita paruh baya di hadapannya melengos.
"Apa kamu tidak berpikiran ingin memiliki momongan."
Kali ini Arsyad tidak langsung menjawab, melainkan meneguk air putih yang telah di suguhkan oleh istrinya tadi sebelum ibunya menyuruh Ika sang istri untuk keluar membeli persediaan dapur yang mulai menipis.
"Tentu saja setiap pasangan ingin memiliki buah hati, Bu. Hanya saja terkadang butuh waktu untuk menunggu." Arsyad berusaha menenangkan diri.
"Ini bukan soal waktu, Nak. Tapi ini menyangkut masa depan. Tidak bisa selamanya kalian hanya berdua. Kamu butuh seorang anak."
"Bu, kami sudah sejak dulu menginginkan buah hati. Tapi apa mau dikata, Tuhan belum menganugerahkan." Ucap Arsyad lesu.
"Arsyad, sebaiknya kau dengarkan ucapan ibu."
"Aku selalu dengar ucapan ibu."
"Kali ini bukan hanya mendengar, tapi turuti. Kalau kau ingin masa depanmu ceria dengan hadirnya momongan. Lima tahun itu bukan waktu yang sebentar untuk menunggu Ika hamil. Namun nyatanya, perut Ika tidak kunjung bisa hamil cucuku. Ibu ini sudah menua, Arsyad. Sedangkan kau adalah anak ibu satu-satunya. Ibu ingin segera menimang cucu."
Arsyad diam beberapa saat.
"Lalu apa yang harus saya lakukan untuk membuat Ika cepat mengandung?"
"Kalau menunggu perempuan itu mengandung, sepertinya tidak akan menuai hasil, itulah yang kita lakukan selama ini."
"Jangan bilang seperti itu, Bu. Dokter bilang, Ika kemungkinan bisa hamil. Namun seperti yang saya bilang tadi. Kita mesti harus bersabar menunggu."
"Buka pikiranmu, Arsyad. Lima tahun apa tidak cukup untuk bersabar dan menunggu? Program kehamilan sudah di lakukan. Masih saja Ika tak kunjung mengandung. Itu menandakan rahim perempuan itu kering. Tidak mampu menampung benih darimu. Sebaiknya, turuti perkataan ibu. Kali ini saja, ibu mohon."
"Apa sebaiknya yang harus saya lakukan, Bu."
"Nikahi Naura...!"
"Apaaa??" Arsyad terbelalak
Ika yang sedang menguping tidak kuasa menahan bendungan bulir air mata yang jatuh dari sudut matanya.
"Aku tidak bisa menceraikan Ika, Bu. Dia istri yang baik. Aku menginginkan putra dari rahimnya."
"Kalau begitu kau melawan ibu. Tidak bisakah kau lihat Naura bahkan lebih cantik dan alim di banding Ika. Orang tuanya lebih terpandang dari pada orang tua Ika. Begitu juga dengan pendidikannya, yang jauh di atas Ika yang cuma lulusan SMA."
Ada rasa getir menusuk jantung, ketika Ika mendengar ucapan pedas dari bibir mertuanya.
"Sekali lagi ibu tegaskan, nikahilah Naura."
Lagi-lagi Arsyad terdiam cukup lama.
"Baiklah, Bu. Sepertinya ucapan ibu perlu di pertimbangkan. Dan juga aku tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Aku harus meminta pendapat Ika."
Akhirnya terdengar juga lelaki itu bicara.
Bersambung...
[Menantumu sakit, Bu Nur? Sayang sekali. Padahal aku suka cara dia bekerja. Terpaksa aku harus cari karyawan lain,] Suara wanita di rekaman itu terdengar jelas. [Iya, Amira sudah sebulan hanya bisa berbaring saja. Kedua kakinya lumpuh. Kata dokter gejala stroke ringan. Oleh karena ini aku sangat terpukul. Sedih sekali rasanya, sebab kasihan sekali melihat Habib, karena istrinya sakit begini, Habib harus mengurus dirinya sendiri.] [Semoga Amira lekas sembuh, ya. Amiin.] [Amira tidak akan sembuh, Bu Sarah. Dia terserang stroke. Tidak mungkin sembuh lagi. Oleh karena ini aku memilih untuk menyuruh Habib menghalalkan Laila. Aku dan Habib sudah bicara soal ini dan dia setuju. Selanjutnya aku akan membicarakan hal ini pada Amira] "Ya Allah," Amira mengelus dada, lebih tepatnya ia terkesiap. [Apa? Menikahi Laila maksudnya?]
Apa jadinya Jika Keuangan rumah tangga malah dihandle oleh mertua? Apa jadinya jika suami dituntut untuk menuruti kata-kata ibunya? akankah rumah tangga tersebut akan berakhir bahagia?
"Walaupun statusku hanya sebagai istri kedua, tapi aku bisa bangga, sebab aku bisa lebih taat agama di banding istri pertama suamiku. Dan juga aku lebih cantik," ucap Fika dalam hati.
Aku kaget ketika mengetahui jika Arza, suamiku memiliki hubungan khusus dengan Zorah. Padahal selama ini akulah yang menanggung biaya hidup Zorah, istri mendiang kakakku tersebut.Beginikah cara Zorah membalasku? Aku tak akan diam. Akan kupersembahkan kejutan demi kejutan untuk dua pengkhianat ini.
18+, hampir tiap bab memiliki unsur kedewasaan, jadi tidak di peruntukan pembaca di bawah 18 tahun ke bawah. Cerita ini berlatar belakang seorang mahasiswa yang memiliki prestasi cukup lumayan. Iapun hanya seorang pria yang memiliki perekonomian yang tidak terlalu mendukung, namun bisa melanjutkan pendidikannya di salah satu kampus ternama, di karenakan ia memiliki kecerdasan hingga dia bisa mendapatkan beasiswa. Awalnya ia tak pernah menyangka kalau dirinya akan menjadi pria yang di lirik banyak wanita, berhubung parasnya tidak terlalu mendukung. Namun sepeninggalnya sahabat terbaiknya, di saat itulah dia mendapatkan semuanya.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Dua tahun lalu, Nina menikah dengan pria yang belum pernah ditemuinya. Dia tidak tahu namanya atau usianya; dia tidak tahu apa-apa tentang orang yang dinikahinya ini. Pernikahan mereka tidak lebih dari sebuah kontrak dengan kondisi, dan salah satu klausulnya adalah bahwa dia tidak boleh tidur dengan pria lain. Namun, Nina kehilangan keperawanannya kepada orang asing ketika dia mengetuk pintu yang salah pada suatu malam. Dengan kompensasi yang harus dia bayar membebaninya, dia memutuskan untuk membuat perjanjian perceraian sendiri. Ketika dia akhirnya bertemu suaminya untuk menyerahkan surat-surat itu, dia terkejut menemukan bahwa suaminya tidak lain adalah pria yang telah "selingkuh" dengannya!
Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
© 2018-now Bakisah
TOP