/0/9363/coverbig.jpg?v=bb2e301b9259e52c245a5fd10ad353de)
Rindu Kinasih, gadis desa yang berpikir bahwa keputusan yang ia ambil ketika ayahnya menjodohkan ia dengan pria tampan, mapan, dan berasal dari keluarga baik-baik bukanlah pilihan yang buruk. Siapa yang akan menolak seorang Derren Aji Putra? Namun, pada akhirnya Rindu bukan hanya patah hatinya. Pria itu juga sedang menggoreskan pedih di sekujur tubuhnya. "Sayang, kamu masih berpikir buat ninggalin aku, hah!!" Derren tidak membunuh Rindu dengan pistol yang bisa menghentikan penderitaannya saat itu juga, pria itu suka melukai Rindu perlahan-lahan dan melihat Rindu menyerah padanya. Hingga Danielo Chris, bos di tempat Rindu bekerja melihat bagaimana gadis itu diperlakukan. Pria yang menyimpan kenangan buruk tentang kekerasan terhadap wanita itu merasa bahwa ia tidak bisa diam saja. "Kontrak pernikahan, kau bebas menjadi dirimu sendiri tapi kau harus terus tinggal di sisiku." Tawaran gila dari pria dengan garis wajah yang dingin itu terdengar seperti omong kosong, bagaimana mungkin Rindu yang membenci perjodohannya sendiri harus menerima pernikahan kontrak untuk menyelamatkan dirinya. Akankah Rindu menerima pertolongan yang pria itu tawarkan? atau Rindu akan terus mengorbankan dirinya hidup bersama Derren?
"De-derren ... berhenti!!"
Rindu menangkup pipinya sendiri yang terasa panas setelah sebuah tamparan dengan keras menyentuh bagian tersebut.
"Pleaseeee ...." Sebuah permohonan lainnya dari mulut Rindu keluar.
Pria yang melakukan semua itu adalah Derren, pacar Rindu sendiri. Pria yang kini bertolak pinggang di depannya meski Rindu akhirnya tersungkur di lantai setelah tamparan lainnya yang ia terima. Derren tidak peduli. Ia mendekat dengan langkah pelan namun hentakkan kakinya di lantai seolah menjadi denting lonceng yang menggema di telinga dan membuat Rindu menarik mundur tubuhnya dengan waspada, tangan Derren yang besar menjambak rambut panjang Rindu dan membuat ia menengadah menatap pria yang berjongkok dengan congkak di hadapannya, merasa memiliki kuasa lebih atas gadis itu.
"Sayang, masih berpikir buat ninggalin aku, hah?" Derren mengusap pipi Rindu yang merah menyingkirkan tangan gadis itu yang sedari tadi memegang pipinya sendiri yang terasa nyeri. Derren menatapnya dengan tajam hingga Rindu tidak mau menengadah untuk menatap balik pria di depannya ini, ia takut, segala apa yang Rindu lakukan memiliki potensi untuk dilukai.
"Kamu tahu aku enggak akan pernah lepasin kamu, kan?"
"Bunuh!!! bunuh aku sekarang!!" Rindu menatap nanar pada pria berbadan kekar itu, ia mengeratkan giginya hingga gerahamnya terasa sakit namun Rindu mengabaikannya karena begitu bencinya pada pria brengsek ini.
"Sayang, kalau kamu mati siapa yang aku pukul lagi? hahaha." Pria itu menyeringai kemudian tertawa dengan jahat membuat Rindu ingin mencekiknya kuat namun ia sudah pasti tidak akan menang melawan Derren.
"Pakai baju yang aku beli buat kamu di atas meja, kita pergi satu jam lagi!" Derren melepaskan tangannya dari rambut Rindu, ia kemudian melangkah ke arah pintu keluar. "Ahh ... jangan lupa tutupi lukamu juga."
"Aarrrrrrrrrgggghhhh!!" Rindu berteriak marah terhadap dirinya sendiri, gadis itu bahkan memukul kepalanya dengan kepalan tangan. Ia membenci tahun terakhir dalam hidupnya ini. Bagaimana mungkin orang tuanya mempercayakan Rindu pada pria berhati iblis dan psikopat seperti Derren yang kapan pun bisa membunuhnya. Gaun mewah yang Derren pilihkan bahkan tampak menjijikan untuk Rindu pakai.
Rindu Kinasih adalah seorang gadis berusia 24 tahun yang bagi orang tuanya usia Rindu saat ini sudah matang untuk ia berkeluarga, hingga pada tahun lalu ayahnya meminta Rindu menikah dengan seorang pria yang keluarganya sudah mereka kenal baik. Derren Aji Putra, seorang anak dari bos ayahnya saat bekerja di Jakarta, begitu dekatnya hubungan antara ayah Rindu dengan papanya Derren sejak dulu sehingga mereka sering mengunjungi rumah Rindu di kampung halamannya, Ciamis.
Rindu mengenal Derren sejak gadis itu masih duduk di bangku SD dan Derren SMP, keduanya berteman baik bahkan Derren sendiri sering mengirimi Rindu hadiah jika ia berada di Jakarta sedang Rindu di kampung halamannya. Hanya sebatas itu, hingga orang tua Derren mengirim anaknya untuk kuliah di Jepang selama 4 tahun dan keduanya sudah tidak saling berkirim kabar. Hal itu terjadi mungkin juga karena sosial media tidak secanggih hari ini.
Rindu sudah lupa bagaimana Derren dulu, yang jelas secara mengejutkan orang tua Derren sendiri yang meminta Rindu untuk menjadi menantunya. Mereka datang bahkan setelah ayah Rindu sudah tidak bekerja lagi untuk keluarga Derren dan hanya saling mengirim kabar lewat telepon sesekali.
"Kamu kan kenal Derren, Nak, dia anak yang baik. Apa salahnya kamu coba?" rayu ayah Rindu.
Ayah Rindu menjadi orang yang paling antusias ketika keluarga Derren mengutarakan maksudnya mungkin juga karena ayahnya memiliki utang budi besar pada keluarga Derren dan perasaan ingin membalas itu semua muncul. Meski begitu Ayah Rindu sangat mengerti putrinya, ia tidak akan memaksakan kehendak seandainya Rindu menolak.
"Rindu pikirkan dulu ya, Ayah."
Rindu tidak ingin terburu-buru, ia mungkin mengenal Derren ketika keduanya sama-sama masih kecil namun lain dulu lain sekarang, bahkan Derren tidak ikut ketika orang tuanya yang meminta ia untuk menikah dengan Rindu datang hari itu, mereka bilang Derren belum kembali dari Jepang.
Hingga seminggu setelah permintaan itu disampaikan Derren sendiri yang datang, meminta Rindu untuk menjadi pendampingnya dengan segala perhatian yang ia berikan agar Rindu setuju dengan maksudnya. Derren bahkan menginap di Hotel terdekat agar bisa terus bertemu Rindu selama ia menghabiskan waktu di sana.
"Kita bisa mulai pacaran dulu sebelum kamu mutusin buat setuju," tawar Derren, pria itu memperlakukan Rindu dengan sangat lembut hingga ia berpikir bahwa tidak ada salahnya untuk mencoba. Lagi pula Derren adalah pria tampan yang menjadi idola banyak orang, ia kaya dan memiliki segala yang diinginkan untuk menjadi seorang pasangan. Rindu pasti seseorang yang amat beruntung.
Derren tampak sangat bahagia, ia bahkan berlutut untuk mencium punggung tangan Rindu. Mungkin benar jika orang bilang perjodohan tidak seburuk yang di bayangkan. Ketika itu, Rindu yang baru menyelesaikan kuliahnya di minta untuk ikut Derren ke Jakarta bekerja di perusahaan milik keluarganya yang bergerak di bidang tekstil namun Rindu menolak tawaran pekerjaan itu karena ia tidak enak harus masuk melalui jalur orang dalam, meski begitu Rindu tetap menerima ide untuk pergi ke Jakarta mencari pengalaman hidup di kerasnya ibukota.
Derren membantunya mengurus semua hal termasuk kontrakan yang akan Rindu tinggali, cukup mewah untuk seseorang yang baru mau mulai bekerja bahkan kamarnya sudah di lengkapi pendingin ruangan dan mini refrigerator. Derren membayarnya untuk setengah tahun pertama. Sekali lagi semua kebaikan itu membuat Rindu merasa tidak enak.
"Enggak apa-apa, kamu kan calon istri aku," jawaban Derren selalu sama setiap kali gadis itu menolak pemberiannya.
Pria itu tinggal di sebuah apartemen mewah di daerah Jakarta pusat sedang orang tuanya tinggal di Kalimantan untuk mengurus bisnis barunya di sana.
Baru satu bulan mencari pekerjaan Rindu mendapat tawaran untuk bekerja sebagai resepsionis di sebuah perusahaan telekomunikasi besar di Indonesia, Derren bahkan ikut senang karena hal itu.
Bos Rindu adalah seorang pria muda berusia 33 tahun, tampan dan tentu saja kaya. Rindu hampir setiap hari melihatnya dan semua karyawan perempuan pasti langsung bergosip ketika bosnya tersenyum. Sebab hal itu adalah sesuatu yang amat jarang terjadi. Kecuali Rindu, ia bukan tidak mengagumi bosnya namun terpikat dengan seseorang seperti itu tidak berbeda dengan mengagumi idol K-Pop yang tidak mungkin ia dapatkan.
Rindu selesai memakai baju yang Derren pilihkan untuknya sebuah mini dress berwarna hitam dengan inner yang lebih pendek daripada outer transparan dengan motif bunga dandelion kecil. Sebuah pakaian yang amat cantik dan tentu saja mahal. Gadis itu memakai make up sendiri, ia yang biasanya hanya mengusapkan cushion tipis dan sedikit blush on kali ini memakai full make up meski tetap dengan look natural. Rindu merasakan nyeri di pipi juga kulit kepalanya saat ia memasang flower headband di bagian belakang kepala. Gadis itu melipat rambutnya dan membiarkan anak rambut menjuntai sedikit menampilkan lehernya yang jenjang dan putih.
Gadis cantik itu keluar dari kamarnya menghampiri Derren yang siap mengomel karena Rindu menghabiskan lebih banyak waktu dari yang ia sediakan namun pria itu malah tersenyum miring dan menghampiri Rindu memeluk tubuhnya dan mengecup tengkuk gadis itu. Tubuh Rindu gemetar, ia ketakutan hanya dengan tangan besar Derren yang menyentuh kulitnya yang terbuka.
"Pergi sekarang?" Derren meraih tangan gadis itu dan memintanya berpegang pada lengan Derren yang berotot.
Dulu saat Rindu baru menjalin hubungan dengan Derren, gadis itu selalu tersipu malu dan berbunga-bunga setiap kali pria itu melakukan hal manis untuknya namun setelah enam bulan yang keduanya habiskan bersama, Rindu menjadi takut dan masih tidak mengerti perubahan emosi yang terjadi pada Derren dengan begitu cepat. Ia tidak tahu bagaimana Derren bisa marah dan memaki Rindu karena hal sepele kemudian memeluk gadis itu hanya dalam waktu 10 menit setelahnya seolah bukan Derrenlah yang mengeluarkan kata tidak pantas dan kasar.
Derren membawa Rindu pada sebuah pesta untuk kalangan elite, bahkan untuk masuk ke dalamnya mereka memerlukan undangan yang hanya diberikan kepada segelintir orang kaya di Indonesia. Sebuah pesta untuk launching pembangunan salah satu kompleks perumahan elite di mana tinggal di tempat tersebut menjelaskan kasta setiap orang.
"Derren?" Seorang wanita dengan long dress berwarna hitam yang pas di badannya menyapa pria di samping Rindu tersebut. Tubuh wanita itu terekspos dengan cara yang elegan karena belahan dadanya rendah dan bagian bawah dress-nya memiliki belahan tinggi hingga menampilkan hampir semua bagian kakinya yang jenjang.
Kedua orang tersebut saling memeluk dan mengecup pipi satu sama lain, sesuatu yang tidak Rindu lakukan pada siapa pun. Hanya karena Rindu tidak merasa ini sesuatu yang bisa ia lakukan.
"Oh, wow siapa dia?" tanya gadis itu.
"Bukan siapa-siapa," jelas Derren dengan santainya.
Rindu hanya bisa membuka mulutnya dengan terkejut, ia tidak mengerti kenapa dibawa ke tempat seperti ini jika Derren menganggap Rindu bukan siapa-siapa. Meski gadis itu tidak berharap lebih namun hal ini adalah jenis yang berbeda dari cara Derren menyakiti Rindu, ia tengah mempermalukan gadis itu.
Gadis itu kemudian pergi menyapa yang lainnya, ia bahkan tidak berusaha beramah-tamah dengan Rindu seakan gadis itu tidak berada di sana. Ia tidak tahu bahwa orang terpelajar seperti mereka melakukan hal seperti ini.
"Aku sebaiknya pulang," ujar Rindu sambil membalikkan tubuhnya.
Namun Derren memegang tangan Rindu dengan erat hingga gadis itu menahan sakit karena cengkeraman Derren, Rindu tidak bisa berteriak. Ia tahu risiko yang akan diterimanya bila melewati batas yang Derren buat untuknya. Gadis itu hanya bisa menggigit bibirnya hingga terasa nyeri, bahkan Derren tidak membolehkan air mata Rindu menetes dan membuatnya menjadi pusat perhatian.
Rindu menengadah menatap langit-langit yang tinggi dengan lampu kristal besar di atasnya, dan ketika ia menurunkan pandangannya kembali Rindu baru menyadari sepasang mata menatap ke arahnya dengan jenis pandangan yang tidak bisa Rindu gambarkan. Seorang pria yang Rindu kenal, gadis itu buru-buru mengalihkan pandangan agar pria tersebut juga tidak melihat kesakitan di mata Rindu.
"Aku mau ke toilet," ucap Rindu dengan mulut terkatup.
"Aku tidak punya banyak waktu untuk menunggu kamu," Derren mengecek arlojinya, "sepuluh menit!"
Derren melepaskan cengkeramannya di lengan Rindu barulah gadis itu bisa menarik nafas dengan lega, ia buru-buru pergi ke arah yang tidak diketahuinya, setidaknya rindu ingin menjauh terlebih dahulu dari pria iblis ini.
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.