/0/9627/coverbig.jpg?v=20221123004916)
Junot dan Pevita sudah berpacaran selama 5 tahun, tetapi hubungan mereka tidak direstui Ayah Pevita. Hal ini karena Junot adalah laki-laki biasa dan dianggap tidak setara dengan keluarga Pevita. Suatu hari, Ayah Pevita meninggal dunia akibat kecelakaan mobil. Kecelakaan tersebut dicurigai sebagai hasil dari tindakan sabotase oleh musuh sang Ayah. Yang menyabotase mobil Ayah Pevita bukanlah orang sembarangan, sehingga sangat sulit untuk menangkapnya bahkan kasusnya berhenti ditengah jalan. Meskipun Ayah Pevita sudah meninggal, tapi bukan berarti Junot bebas menikah dengan Pevita. Junot harus membantu Pevita mengungkap siapa dalang dibalik kecelakaan yang menghilangkan nyawa Ayahnya, sebagaimana yang tertuang dalam surat yang pernah ditulis Ayahnya. Bagaimana kisah selengkapnya? Ikuti terus ya!
Sebuah kenyataan pahit yang dialami oleh Pevita dan ketiga adiknya, dimana mereka kehilangan sosok ayah tercinta. Betapa sedih dan hancur hati mereka ketika mengetahui ayah mereka meninggal akibat kecelakaan mengenaskan. Kecelakaan tersebut terjadi karena mesin mobilnya telah disabotase oleh orang yang tidak dikenal. Polisi tengah menyelidiki kecelakaan yang menghilangkan nyawa ayah mereka.
7 Hari berlalu, tetapi Pevita masih belum mendapatkan kabar apapun dari polisi. Sebagai anak sulung, Pevita harus tetap tegar demi adik-adiknya. Karena sepeninggal Ayah dan Ibunya, Pevita kini tak hanya berperan sebagai seorang kakak, tetapi juga sebagai orang tua bagi adik-adiknya.
Pevita memiliki tiga adik yang semuanya perempuan. Adiknya yang pertama Arumi, dia berusia 2 tahun lebih muda darinya. Adiknya yang kedua adalah Irish, dia berusia 4 tahun lebih muda darinya. Kemudian si bungsu Nabilah, dia berusia 7 tahun lebih muda darinya. Perbedaan usia yang tak terlalu jauh membuat Pevita dan Arumi sangat sering bertengkar dalam hal apapun.
Tak hanya pertengkaran, keduanya juga kerap terlibat dalam persaingan. Sebenarnya, Pevita tak pernah merasa bersaing dengan adiknya sendiri. Akan tetapi, Arumi selalu tidak ingin kalah dari Pevita. Jika Pevita bisa menyelesaikan SMA hanya dalam waktu 2 tahun, maka Arumi juga harus bisa. Dan terbukti, Arumi juga mampu menyelesaikan masa SMA hanya dalam waktu 2 tahun lewat jalur akselerasi.
Suatu hari, Pevita mengumpulkan ketiga adiknya di ruang tamu. Mereka berkumpul untuk menunggu kedatangan Pak Hendru, sahabat sekaligus pengacara orang tua mereka. Pak Hendru datang untuk menyampaikan pesan dari Ayah mereka saat masih hidup dulu.
"Kita ngapain ngumpul disini kak? Kalau cuma mau ngobrol kenapa nggak di ruang keluarga aja," ucap Irish yang kini duduk di sofa ruang tamu.
"Kita lagi nunggu Pak Hendru. Katanya beliau mau datang dan ketemu kita hari ini," ucap Pevita.
"Apa kita juga harus melibatkan anak ini?" tanya Arumi sembari menunjuk Nabilah.
"Iya dong. Nabilah kan anak Papa juga," ucap Pevita.
"Tapi dia masih kecil kak. Obrolan kita terlalu berat untuk anak usia 11 tahun," ucap Arumi.
"Kak Arumi sok tahu banget sih. Pak Hendru-nya aja belum dateng kok udah bilang kita mau ngobrolin yang berat-berat," ucap Irish pada Arumi.
"Taulah. Aku kan pinter. Emangnya kamu," ucap Arumi dengan sombongnya.
"Udah-udah. Kalian mending diem aja deh," ucap Pevita.
Tak lama setelah itu, Pevita mendekati Nabilah yang sedari tadi hanya diam dengan tatapan mata kosong. Dulu, Nabilah adalah anak yang sangat ceria dan bahagia menjalani hidupnya. Namun, semua berubah ketika ibunya meninggal dunia. 2 Tahun setelah kepergian ibunya, barulah Nabilah bisa menerima kenyataan. Sayangnya, kejadian pahit itu terulang kembali dalam hidup Nabilah. Kini giliran Ayahnya yang pergi untuk selama-lamanya.
"Sayang. Kamu kenapa?" tanya Pevita pada Nabilah tetapi ia hanya diam.
Pevita memeluk Nabilah, lalu mengatakan "Kakak tahu apa yang kamu rasakan, kakak tahu kamu sedih, dan kakak tahu kamu belum sepenuhnya bisa menerima kenyataan pahit ini. Apa yang kamu rasakan, itu juga kakak rasakan. Kak Arumi dan kak Irish juga merasakan itu. Tapi kamu jangan khawatir, kita bertiga akan selalu ada untuk kamu. Jadi kamu jangan sedih lagi ya, karena kamu nggak akan sendirian."
"Iya dek. Jangan sedih lagi ya," ucap Arumi yang juga mendekati Nabilah dan duduk disampingnya. Meskipun terkesan cuek, tetapi sebenarnya Arumi juga sangat menyayangi Nabilah.
"Kalian nggak akan pernah bisa menggantikan sosok Papa dan Mama," ucap Nabilah.
"Dedeknya kakak yang cantik dan baik. Kakak sadar kita bertiga nggak akan pernah bisa menggantikan sosok Papa dan Mama di hati kamu, tapi kita yakin kita bisa menyayangi dan melindungi kamu seperti yang Papa dan Mama lakukan sama kamu. Kakak jamin kamu nggak akan kekurangan kasih sayang dari kakak-kakak kamu," ucap Pevita.
Beberapa saat kemudian, Pevita mendengar ada bunyi bel pintu. Pevita pun berdiri dan menyuruh Irish untuk duduk di sebelah Nabilah, menggantikan dirinya. Tak mau kalah, Arumi juga berdiri dan beralih tempat duduk. Arumi seolah sudah menyiapkan bahan yang akan ia bicarakan pada Pak Hendru.
Setelah itu, Pevita lalu membuka pintu dan betapa terkejutnya ia melihat siapa yang datang. Ternyata yang datang bukanlah Pak Hendru, melainkan seorang pria yang sudah tak asing baginya. Pevita pun menyuruh pria tersebut untuk masuk dan duduk di sofa bersama adik-adiknya.
"Aku turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya Papa kalian. Maaf aku baru bisa datang sekarang karena kemarin-kemarin aku lagi pulang kampung," ucap pria tersebut.
"Gak apa-apa kok Jun. Yang terpenting kamu mau mendoakan Papaku," ucap Pevita.
"Papa kalian udah aku anggap seperti papaku sendiri. Jadi aku pasti akan mendoakannya," ucap pria tersebut.
"Makasih ya kak Junot," ucap Irish pada pria yang dipanggil Junot tersebut.
Jadi, pria itu adalah kekasih Pevita. Berbeda dengan Irish, Arumi tampak sangat membenci Junot. Arumi malah menuduh kekasih Pevita lah pelakunya. Herjunot atau yang juga akrab disapa Junot sudah lama berpacaran dengan Pevita. Namun, hubungan mereka tidak direstui sang Ayah karena ayahnya menganggap Junot adalah pria yang tidak punya masa depan. Ayahnya memandang rendah Junot karena ia hanya bekerja sebagai sopir taksi, yang status sosialnya tak sebanding dengan Pevita dan keluarganya.
"Gak usah sok baik deh lo. Gue tau lo kan yang bunuh Papaku!" ucap Arumi sambil menunjuk-nunjuk Junot.
"Maksud kamu apa sih Rum? Aku baru aja dateng dan kamu udah nuduh aku yang enggak-enggak," ucap Junot.
"Udahlah. Gak usah pura-pura bego! Gue yakin pasti lo kan yang udah sabotase mobil Papaku dan bikin Papaku kecelakaan!" ucap Arumi.
"Sabotase apa sih Rum? Dua minggu ini aku aja di kampung Ibuku. Jadi mana mungkin aku melakukan itu. Meskipun Papa kamu benci sama aku, tapi bukan berarti aku juga benci sama beliau. Bahkan, aku sangat menghormati beliau dan aku sama sekali nggak pernah ada niat buruk ke beliau!" ucap Junot.
"Lo pikir gue percaya? Mungkin lo bisa bohongi semua orang tapi lo gak bisa bohongi gue!" ucap Arumi yang tetep kekeuh dengan tuduhannya pada Junot.
"Arumi, cukup!" ucap Pevita.
"Kak Pevita harusnya sadar kalau dia bukan laki-laki yang baik buat kakak. Dia rela melakukan berbagai cara biar bisa mendapatkan kakak, termasuk dengan membunuh Papa kita sekalipun!" ucap Arumi pada Pevita.
Plak!
Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi halus Arumi. Pevita sangat kecewa dan marah atas tuduhan tak berdasar yang Arumi lakukan pada Junot. Selama bertahun-tahun mengenal Junot, Pevita tak pernah melihat Junot berkata atau berperilaku kasar. Pevita tahu betul bahwa kekasihnya merupakan pria yang baik, bahkan lebih baik dari pria-pria yang pernah ia kenal sebelumnya.
"Oh. Jadi kakak masih tetep bela dia? Oke! Aku bakal buktiin kalau laki-laki nggak tahu diri ini adalah yang membunuh Papa kita!" ucap Arumi.
Beberapa saat kemudian, ada orang yang menekan bel pintu. Karena ada tamu, Pevita ingin Arumi meredam emosinya dan tidak melanjutkan pertengkaran tersebut. Sementara itu, Pevita mencoba menenangkan dirinya sendiri, kemudian duduk di sebelah Junot. Setelah merasa sedikit tenang, Pevita menyuruh Irish yang membuka pintu rumah.
"Rish, tolong kamu buka pintunya ya," ucap Pevita.
"Iya kak," jawab Arumi lalu berjalan ke arah pintu dan membuka pintunya.
Cerita rumah tangga dan segala konflik yang terjadi yang akhirnya membuat kerumitan hubungan antara suami dan istri
21+ Alena Adriani Quensyah, harus menerima kenyataan pahit, ketika hidupnya hancur dalam semalam. Bayangan akan masa lalunya pun tidak pernah hilang dalam benaknya. Lagi-lagi Alena harus mengetahui kedua orang tua nya yang pergi begitu saja dan menjadikan nya sebagai jaminan pada seorang Mafia, membuat hidup Alena seperti didalam penjara. Akankah Alena bisa bertemu dengan orang tuanya kembali? Dan apa penyebab mereka meninggalkannya?
Frans mahasiswa kedokteran berprestasi harus ikhlas meninggalkan bangku kuliahnya setelah kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan lalulintas yang merenggut nyawa keduanya. Frans yang menjadi tukang punggung keluarga dengan memikul beban dua adik perempuannya Shireen dan Siska. Frans bekerja sebagai penyanyi di club' malam dan penyanyi di pesta pernikahan. Sampai akhirnya ia dilirik mamih Mega owner club' malam tempat ia bekerja untuk menjadi pria penjual Cinta. Dimulai kah petualangan Terong Jumbo Frans dari satu pelukan ke pelukan wanita lainnya. Sampai ia bertemu dengan Fira, gadis yang menyewanya untuk merenggut kesuciannya. Merekapun jatuh Cinta. Namun ditengah hubungan mereka Frans menikahi Anjani.
Warning!!! 21+ only Kecenderungan kekerasan dan kata kasar. Usia kurang dari 21 tahun dilarang baca! Erick, pria berusia 20 tahun yang hidup berdua dengan ibunya terpaksa harus menjadi peliharaan Jason, pria penyuka sesama jenis dengan kecenderungan BDSM demi membiayai ibunya yang masuk rumah sakit. Bagaimanakah kehidupan erick selama menjadi peliharaan Jason? WARNING! BxB BDSM Mature konten (kekerasan, kata kasar, hinaan dll)
Rachel dulu berpikir bahwa kesetiaannya akan membuat Brian jatuh hati suatu hari nanti, tetapi ternyata dia salah ketika cinta sejati pria itu kembali. Rachel telah menanggung semuanya-mulai dari berdiri sendirian di altar pernikahan hingga menyeret dirinya sendiri ke rumah sakit untuk perawatan darurat. Semua orang mengira dia gila karena menyerahkan begitu banyak dirinya untuk seseorang yang tidak membalas perasaannya. Namun ketika Brian menerima berita tentang penyakit terminal Rachel dan menyadari bahwa wanita itu tidak akan hidup lama lagi, dia benar-benar hancur. "Aku melarangmu mati!" Rachel hanya tersenyum. Dia tidak lagi membutuhkannya. "Aku akhirnya akan bebas."
Aku, Sonia, seorang wanita berusia 23 tahun, terjebak dalam masalah keuangan yang parah akibat hutang pengobatan anakku yang mengidap Thalassemia dan harus menjalani perawatan medis yang sangat mahal dan berkelanjutan. Hidupku yang penuh kesulitan berubah drastis ketika aku bekerja dengan Mr. Wei, seorang CEO sukses berusia 45 tahun. Di tengah kemelut keuangan dan tekanan emosional, aku menemukan pelarian dalam pelukan Mr. Wei. Kehangatan dan dukungan yang dia berikan membuatku merasa dihargai dan dicintai, sesuatu yang telah lama hilang dalam pernikahanku. Namun, kebahagiaan kami tidak lepas dari konflik; suamiku mulai curiga dan berbagai rintangan muncul, menguji keteguhan hati kami. Cerita ini menggambarkan dinamika cinta yang penuh gairah dan sakit hati, pengkhianatan yang menyakitkan, serta pencarian jati diri dan pengampunan. Dengan latar belakang kehidupan kami yang kontras, aku dan Mr. Wei harus menghadapi pilihan-pilihan sulit dan mempertanyakan nilai-nilai yang kami anut. Akankah cinta kami mampu mengatasi semua rintangan? atau akankah kami terperangkap dalam lingkaran drama dan penderitaan?