/0/9978/coverbig.jpg?v=d0a1f43cc7fbaa432e363f49036fde7f)
Hanin adalah gadis muda yang baru saja lulus SMA. Namun harus menikah secara tiba - tiba dengan Tirta. Bahkan saat Hanin menolak permintaan Tirta ia malah mendapatkan bentakan keras dari Tirta. Bukankah itu tak seharusnya di lakukan oleh Tirta apalagi saat sebuah permintaan yang seharusnya Tirta sudah bisa menerima permintaan tersebut di terima atau malah sebaliknya. Namun, ternyata Tirta tak ingin jika permintaannya itu di tolak oleh Hanin. Sehingga Hanin yang mendapat bentakkan keras menjadi ketakutan dengan tingkah laku Tirta. Dan kemudian Tirta pun memberikan sebuah acaman pada Hanin.
"Huh... akhirnya aku lulus juga." Kata Hanin yang telah menerima surat kelulusannya.
"Em... kalau udah lulus kaya gini enaknya ngapain ya." Kata Hanin yang saat ini sedang memikirkan sesuatu hal untuk kebahagiaan yang ia rasakan karena telah lulus SMA.
Dan di saat yang bersamaan, Lisa temannya Hanin malah membuyarkan pemikirannya.
"Hay, hay Hanin. Gimana nih hasil kelulusan lo. lo lulus kan. Secara gitu ya, lo kan terkenal akan ke..." kata Lisa dengan hebohnya saat berada di dekat Hanin.
"Apaan sih lo Lisa!!! Memangnya gue terkenal apa? Lagi pula kelulusan kaya gini. Mana mungkin gue gak lulus." Kata Hanin penuh penekanan saat menjawab ucapan Lisa.
"Hem... memang lo gak sadar gitu Hanin. Selama ini kan, lo jarang banget kumpulin tugas. Apalagi kalau pelajaran pak Harto. Jangan kan tugas hadir aja gak pernah." Kata Lisa dengan kejujurannya menjawab ucapan Hanin.
"Sut... jangan keras - keras bisa - bisa ntar gue malah gak jadi di lulusinnya. Lo ya kalau bilang tuh suka bener. Tapi tau tempat lah kalau mau bilang kaya gini. Susah tau bujuk pak Harto buat kasih gue nilai. Hingga akhirnya sekarang gue bisa lulus." Kata Hanin yang langsung menutup bibir Lisa dengan salah satu tangannya sambil menutup bibir nya juga dengan salah satu jari telunjuknya.
"Lo juga yang salah, kenapa gak kasih tau gue dulu dari awal. Hal kaya barusan gak akan terjadi kalau lo bilang ke gue terlebih dulu." Kata Lisa yang tak ingin ucapannya di salahkan oleh Hanin.
Hanin yang tak ingin masalah ini larut terlalu jauh. Akhirnya mencari ide untuk membuat Lisa tak terus menerus meminta diri nya untuk menjawab setiap ucapannya itu.
"Ini kalau gue biarin terus si bawel ini bicara. Bisa - bisa rahasia nilai gue bisa ketahuan nih. Harus cari ide nih buat bibir Lisa tak terus - terusan mengoceh. Capek juga kalau terus denger ucapannya." Kata Hanin di dalam benaknya.
"Tapi ide apa ya? hem... jadi bingung gue."
"Apa gue ajak makan aja ya nih si bawel. Siapa tau aja langsung diem gak bertanya - tanya lagi."
"Hem... harus di coba nih."
Itulah lanjutan dari kata - kata Hanin di dalam benaknya.
Setelah Hanin memutuskan untuk mentraktir Lisa. Ia kemudian mulai mengeluarkan suaranya lagi untuk Lisa.
"Hem... dari pada lo tanya - tanya seperti ini. Gimana kalau kita makan yuk buat rayain kelulusan kita. Lo mau kan?" Kata Hanin yang mencoba mengalihkan pembicaraan dirinya dengan Lisa yang berlangsung saat ini.
"Makan ya, em... sepertinya boleh tuh. Tapi di traktir kan." Kata Lisa yang mulai tertarik dengan ajakan Hanin yang mencoba mengalihkan pembicaraan itu.
"Gini nih kalau ajakin lo makan. Ujung - ujung nya pasti minta di traktir." Kata Hanin menjawab ucapan Lisa.
"Hehehe... lo nih bisa aja." Kata Lisa menjawab sahutan Hanin dengan tawa tanpa rasa bersalah sama sekali.
"Memang kenyataannya kan, gue gak pernah Ngada - ngada." Kata Hanin menjawab ucapan Lisa.
"Iya tapi kan gak..." Kata Lisa yang ingin protes setelah mendengar ucapan Hanin untuknya. Tetapi tak di lanjutkan karena Hanin tiba - tiba memotong ucapannya.
"Gak usah di lanjutin lagi. Yuk cus langsung pergi ke tempat makan. Perut gue udah bunyi dari tadi." Kata Hanin menjawab ucapan Lisa.
"Tapi di traktir kan. Soalnya gue lupa bawa dompet." Kata Lisa yang saat ini sedang berlari kecil untuk menyeimbangkan langkah kakinya dengan Hanin yang berjalan begitu cepat ketika telah menyelesaikan ucapannya tadi.
"Iya gue traktir, lagi pula lo kan memang kebiasaannya suka lupa bawa dompet. Sebenarnya lo tuh punya dompet gak sih. Setiap hari selalu aja jawabnya kaya gitu tiap gue ajak makan." Kata Hanin yang aneh dengan setiap jawaban dari Lisa.
"Gue tuh beneran lupa bawa dompet Hanin. Punya lah masa gak punya. Tapi kalau isi di dompetnya sih jarang punya. Makannya gue suka simpen aja tuh dompet. Soalnya percuma juga kalau gue bawa - bawa terus kalau gak ada isinya." Kata Lisa menjawab ucapan Hanin sesuai dengan fakta yang ada.
"Lo nih terlalu jujur Lisa. Lo gak malu bilang kaya gitu ke gue barusan." Kata Hanin yang aneh dengan jawaban Lisa yang terdengar begitu sangat jujur tanpa ada yang di tutupi sama sekali. Sehingga rasa penasaran untuk bertanya pun kini di rasakan oleh Hanin dan pada akhirnya ia memutuskan untuk bertanya pada Hanin.
"Ngapain harus malu, lagi pula itu kenyataannya ko. Dari pada gue bilang kalau gue tuh punya uang di dompet sebanyak sekian juta, terus gue bilang ATM gue juga ada lebih dari lima dan semua ATM nya edisi terbatas. Bukannya kalau ketahuan gak sesuai dengan yang gue ucapin itu lebih malu ya, dari pada gue bilang dompet gue kosong gak ada isinya. Bener gak ucapan gue." Kata Lisa menjawab ucapan Hanin dengan apa adanya.
"Kalau di pikir - pikir sih ucapan kamu ini ada benernya juga. Kalau bohong kaya gitu sih memang gak baik. Tapi setidaknya kan lo jaga image gitu. Gak harus bilang kosong dompetnya lo itu. " Kata Hanin menjawab ucapan Lisa.
"Kalau gue mau sih, gue bisa aja bilang kaya gitu Hanin. Tapi gue takutnya ntar pas gue bilang di dompet gue tuh ada uang nya. Lo malah gak jadi terakhir gue. Kan jadi nya gue rugi besar nanti. Udah sombong bilang punya uang malah batal dapat gratisan. Capek deh." Kata Lisa menjawab ucapan Hanin sambil menepuk jidatnya dengan punggung tangannya diakhir kalimat yang dia ucapkan.
"Lo nih si paling bisa deh buat gue gak habis pikir dengan setiap jawaban yang keluar dari bibir lo ini. Bener - bener unik tau gak." Kata Hanin menjawba ucapan Lisa.
"Oh ya, ko bisa di bilang unik. Unik darimana coba? perasaan gue biasa aja ko. Malahan gak ada unik - uniknya sama sekali." Kata Lisa menjawab ucapan Hanin.
"Susah sih kalau gue jelasin ke lo, unik ucapannya lo itu karena apa. Tapi yang jelas ucapan lo itu bener - bener unik." Kata Hanin menjawab ucapan Lisa.
"Hem... sesusah apa sih emangnya. Kan tinggal bilang aja. Apa susahnya coba?" Kata Lisa menjawab ucapan Hanin.
"Pokonya lo gak bakalan tau susah nya kaya apa. Karena lo bukan yang ngersaainnya. Jadi gampang bilang kaya barusan." Kata Hanin menjawab ucapan Lisa.
"Hem... ya udah deh, kalau gak mau kasih tau. Gak usah di kasih tau aja." Kata Lisa menjawab ucapan Hanin.
To be continued...
‘Ikuti terus jatuh bangun perjalanan Sang Gigolo Kampung yang bertekad insyaf, keluar dari cengkraman dosa dan nista hitam pekat. Simak juga lika liku keseruan saat Sang Gigolo Kampung menemukan dan memperjuangkan cinta sucinya yang sangat berbahaya, bahkan mengancam banyak nyawa. Dijamin super baper dengan segala drama-drama cintanya yang nyeleneh, alur tak biasa serta dalam penuturan dan penulisan yang apik. Panas penuh gairah namun juga mengandung banyak pesan moral yang mendalam.
Rubby sudah merasakan berbagai jenis cinta, sekaligus berbagai jenis ranjang dan desahan, namun akhirnya dia tersudut pada sebuah cinta buta dan tuli yang menjungkir balikkan kewarasan dia, meski itu artinya... TABU, karena seseorang yang dia cintai, adalah sesorang yang tidak seharusnya dia kejar. Ruby hanyalah gadis di pertengahan tiga puluh tahun. Meski begitu, tubuhnya masih terawat dengan baik. Pinggangnya masih ramping tersambung oleh lengkungan indah pinggul yang tidak berlebihan meski kentara jelas.
Cerita ini banyak adegan panas, Mohon Bijak dalam membaca. ‼️ Menceritakan seorang majikan yang tergoda oleh kecantikan pembantunya, hingga akhirnya mereka berdua bertukar keringat.
BACAAN KHUSUS DEWASA Siapapun tidak akan pernah tahu, apa sesungguhnya yang dipikirkan oleh seseorang tentang sensasi nikmatnya bercinta. Sama seperti Andre dan Nadia istrinya. Banyak yang tidak tahu dan tidak menyadari. Atau memang sengaja tidak pernah mau tahu dan tidak pernah mencari tahu tentang sensasi bercinta dirinya sendiri. Seseorang bukan tidak punya fantasi dan sensasi bercinta. Bahkan yang paling liar sekalipun. Namun norma, aturan dan tata susila yang berlaku di sekitranya dan sudah tertanam sejak lama, telah mengkungkungnya. Padahal sesungguhnya imajinasi bisa tanpa batas. Siapapun bisa menjadi orang lain dan menyembunyikan segala imajinasi dan sensasinya di balik aturan itu. Namun ketika kesempatan untuk mengeksplornya tiba, maka di sana akan terlihat apa sesungguhnya sensasi yang didambanya. Kisah ini akan menceritakan betapa banyak orang-orang yang telah berhasil membebaskan dirinya dari kungkungan dogma yang mengikat dan membatasi ruang imajinasi itu dengan tetap berpegang pada batasan-batasan susila
Amanda merasa sedikit kesepian, meskipun ia menikmati momen-momen sendirinya. Ia memandang ke arah rumah tetangganya yang tampak sepi. Rumah itu milik keluarga Raka dan Laila. Raka adalah seorang pria yang tampan dan karismatik, sementara Laila adalah wanita yang cantik dan ramah. Mereka adalah pasangan yang sempurna di mata orang-orang di sekitar mereka.
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.