img HITAM  /  Bab 5 Bagian 5 | 19.23%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 5 Bagian 5

Jumlah Kata:2549    |    Dirilis Pada: 21/03/2024

kah yang dibacanya itu? Kenapa Setiyadi bisa

sedang meneliti buku itu. Firma

ki, Ust? (Ustadz sudsh melihat bagian

sangat amanah, dia tidak akan membuka atau bahkan menyentuh s

an saya membaca siapa pemiliknya. Pemilik buku ilm

Ilyas --yang sebenarnya sangat jarang meruqyah-- masih bingung hendak bagaimana. Dia hampir tidak mengenal Bai dan dunia ruqyah secara umum, dia hanya bisa

engan hal-hal misterius seperti ini," lanjut Firman lagi. Ah, dia sudah terlalu sering terlibat masalah dengan orang-orang Karang Pandan yang berdarah panas itu, mulai dari Sapto sampai Fadli, dan konon anak dan menantu Fadli pun mewarisi darah panas bapak mereka. Menari

adari bahwa dia juga berdarah panas seperti hal

dengan Firman. Ah, pasti menarik sekali

," kata Hafidz. Semua m

. Dia memandang ke arah Hafidz dan

u pulang dengan air mata. Ah, waktu itu Firman tidak punya hati untuk memarahi Arin yang seakan patah hati. Ah, dan sekarang Hafidz sudah begitu dewasa. F

uku ini kepada mereka berdua. Pastilah setelah itu orang Karang Pandan akan segera tahu

adalah menantu Fadli ... dan bahkan dulu Bai sempat meminang Fiki untuk menjadi asiste

menga

kegelian. Ilyas juga paham sekali apa maksud Hafidz, dia tersenyum geli.

ambang saja, njih? Ustadz Nurul Islam menginap

pa abinya malah tertawa, tetapi Hafidz cukup lega, karena kalau Bambang sudah tertawa bera

san WA dari seseorang, dan Hafidz b

ngak dan ter

atu masalah. Kita tidak perlu susah-susah memberitahu mereka, Ustadz. Mereka akan

setuju. Wajahnya merengut mar

A, dia mengatakan bahwa besok dia akan bertakziah ke sini,"

rtama tertawa, disusul Ilyas

mang sangat peka dengan adanya suatu masalah, jadi percuma saja menyembunyikan rahasia dari mereka. Ah, merek

rim, Karang Pandan, Karang Nangka dan Karang Legi. Ah

*

Udaranya panas sekali. Sangat berbeda dengan Karang Pandan, yang mema

ya Faza. Rosalin

sak sepanas ini?" tanya Ros

ng? Aku kan bilang kita ma

mendengarkan ketika kemarin Faza mengajaknya ke Tintr

mpat makan, ya?" bujuk Faza. Rosalina tidak m

h belajar banyak dari bapaknya yang s

yu ... ah, kamu tahu kelanjutannya, yang pasti wanita akan luluh kalau kita pura-pura mendiamkan mereka. Mereka pasti akan bin

but Faza, mereka berpelukan. Hafidz sangat terkejut melihat Rosalina

nggu bentar nggak papa,

awab Faza. Mereka berbicara sendiri, se

Kata Mas Hafidz baru

na men

rannya sudah hampir sebulan yang l

k bisa keguguran, Mbak?" tanya Arina

itu saya masih melatih karate," jawab Rosalin

h? Oh! K

ertawa dan

nnya ini. Cantik, kecil, mungil, seperti masih usia SMA dan nampak begitu ceri

ik Ustadz Bai, atau paling tidak, dulu pernah dimiliki oleh Bai. Faza mengerutkan keningnya, dia hanya heran

lah ini," kata Faza polos. Hafidz sampai harus memahami kalimat Faza beberapa kali dulu sebelum menyadari ap

nya dari tawa, "jelas Pakdhe dan kakak-kakakmu sudah pulang semua. Ibuk memberitahu

k tidak tertarik dengan hal seun

ai Dahlia datang. Setelah dirasa cukup

i aku juga akan pulang. Kamu ikut

ng rencana Firman untuk memberitahu Nurul Islam dan

*

melihat sebuah mobil yang sangat familiar di matanya. Bahk

gan keheranan. Faza mengangguk dan b

erutkan k

lian?" tanya Naim, dia berpura-pura memeluk Faza. Faza bergi

bener, dong, Mas!)" gerutu

ari ke arah Rosalina dan memeluknya. Mereka saling berbag

guk dan tersenyum dan menyadari ternyata Azkiya sudah

Faza dan langsung berlari masuk ke dalam rumahnya. Di pintu dia nyaris menabrak B

Hati-hati, Dik!

encium tangan Bambang. Bambang ters

a tidak apa-apa?" tanya Annisa yang

nya. Annisa memeluk Asma, mereka hampir sama besarnya, mem

Hasna dan Iqbal sudah menunggu di dalam. Wah, pasti tadi mobi

reng aku tadi?" bisik

mengganggu pasangan pengantin baru

Yasna langsung

SI lagi," bisik Yasna. Dia menekan kata ekspedisi dengan tegas dan meliri

un ikut

p aku perlu untuk ikut, sepertinya ini kasus yang

diam-diam dia menikmati drama anta

*

enal Faza, ditambah dengan Malik, anak bungsu

ata Hafidz sambil menunjukkan buku warna merah polos. Beberapa orang terkesi

di, paling tidak kepada abi, atau kepada kita semua," kata Hafidz, "menjelang meninggal Ustadz Setiyadi berpesan kepada Abi tentang beberapa patah kata yang agak membingungkan. Kata-

alam, sampai ibuk meminta saya untuk memberitahu Ustadz Setiyadi agar jangan terlalu sering pulang malam karena su

ya, sak

menga

angsung parah dan beberapa kali dibawa

dibawa ke ruma

arah pakdhenya yang bertanya. Sebu

ng membawa ke rumah sakit, dan selama masa sehat itu, beliau juga mengatakan bahwa beliau tidak ingin ke rumah sakit. Itu terus yang beliau katakan," jawab Hafidz,

Setiyadi meruqyah ke m

i, di dekat Ketanggungan. Kalau lewat jalan raya dekat sekali dar

diri?" tanya Naim tak percaya,

ong pada Yusuf, aku atau Ustadz Ilyas untuk mengantarkan. Yang paling sering, ya menyuruh Yusuf," kata Hafidz sambil menunjuk kepada seorang pr

Mas! Fadli tidak tahu kalau ada putra Ustadz Setiyadi!" seru Fad

Tidak, Ust. Saya di sini saja,)"

perti Setiyadi, sedikit pemalu da

u, ya, Mas?" kata Fadli, beberapa orang tertawa.

lagi sampai kemudian adzan Dhuh

kali, njih, Ustadz Bambang," kata Fiki. Bambang tertawa. Sejak kemarin Fiki sudah menawari hal itu, tetap

a harus makan dulu, njih? Annisa sudah menyia

ngucapkan banyak terim

*

asa galau dan risau. Tadi dia mendengar umminya menyambut seorang wanita cantik

a bilang akan meminjam HP abinya sebentar. Abinya sekila

di nomor abinya. Nomor Aida. Dia menelpon video Aida k

ng tertawa

a?" tan

di rumahku!" seru

bunga-bunga. Mereka ngobrol tentang betapa gante

za sudah menikah?" t

am diam. Aida juga namp

" jawab Aida. Azki

sini, Da," bisik Azkiya. Merek

dimarahi ummi karena berteriak-teri

up panggilan rahasia itu. Annisa berdiri

k? Disuruh sholat, kok!" teri

ar lagi, Mi!" se

HP Bambang yang

au Azkiya pinjam HPnya abi?" tanya A

menga

(Sudah, Mi,)"

galkannya, Azkiya segera mengambil foto Rosalina yang kebetulan sedang dudu

sel

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY