k dari headphone yang ia kenakan. Ia tampak santai dan menikmati kesendiriannya. Tiba-tib
rima panggilan tele
et. Kau ke sini dong ikut gabung! K
amarnya. "Okay, aku ganti baju
kami
ercermin sekali untuk memastikan penampilannya lagi. Ariel keluar dari kamarnya, dari lantai atas ia melihat keluarganya sedang kedatangan tamu, sepasang suami i
Rosita, sedang memperkenalkan anak sulungnya. Vania te
enar cantik, ya," puji
sih, Kak,"
ia yang akan meneruskan semua bisnisku," kata Ayah
a? Benar-benar luar biasa," puj
ari bahan obrolan mereka. Ariel pun berjalan dengan santainya da
iel terhenti, dengan malas dia menoleh ke ara
ang memb
Ia lantas melemparkan isyarat ke suaminya
" kata Ariel lalu gadi
tanya tamu wanita c
a kami," jawab Rosita
ania?" tanya Angel penasaran,
n menjawabnya. Menurut mereka, tak ada ya
abnya walau enggan, "anak kami yang ke
..
hwa anak keduanya bahkan tak menyelesaikan kuliahnya di Universitas Negeri. Hal itulah yang
entara Vania mengambilkan minuman dan k
*
i S
a jeans yang tadi menyapanya. Sean mengingat-ingat, ia kenal wajah pria itu namun ia tak ingat naman
i!" bal
duduk di hadapan Sean d
Aku Rey, teman Bram juga, kita ketemu di kelab waktu it
akhir ini aku lumayan sibuk jadi tak ada
salah satu perusahaan ternama ya?"
ata Sean, "kau s
nunggu pacar
nita itu, dia ingat waktu di kelab itu, wanita itu berdansa bersama Ariel. Pastilah dia teman Ariel. Wa
kau mengajak teman," c
anjutnya, "kau ingat sebulan yang lalu k
Sean. "Sean, perkenalkan, ini calon istriku, naman
n sambil mengul
s Suzy sambil me
informasi tentang Ariel bahkan nomor telepon gadis itu. Namun, ia teringat lagi kesepakatan ia dan Ariel, gadis itu pasti akan mar
y ..
a
" tiba-tiba Sea
alah satu teman Suzy?" tebak Rey, lalu
awa bersama lalu menikm
*
ar suara wanita begitu Sean hendak mel
mendapatkan penerangan dari lampu teras depan yang masuk melalui jendela kaca yang m
ntor," jawab Sean, nada s
ksi yang ia kenakan tampak dibalik kimononya yang transparan. Ia melangkah secara perlahan mendekati
jawab Sea
u merin
sama
enyunggingkan senyumannya yang amat menggo
ke arah mata Ange
tu. "Bagaimana kalau kita bermain malam ini, melepas rindu dan memuaskan satu sama lain," bisiknya, "kita
ekali aku tidak lagi tertarik denganmu," kata Sean, ia lalu melangkah melewati Angel, namun beberapa lan
nanar. "Jangan lupa, minggu depan kau akan bertemu dengan ana
edikit pun ke arah Angel dan itu m
B