ahun ke
a dua gelas kopi yang masih mengepulkan uap harum. Ruangan itu, biasanya penuh dengan keramaian dan suara rapat, sekarang tampa
ndra adalah seorang pengusaha sukses dan CEO HW Group, sebuah perusahaan teknologi terkemuka yang menguasai pasar dengan inovasi te
pak sangat keren dalam setelan jasnya yang mahal. Rambutnya yang hitam teratur, dan posturnya yang tegap menandakan seseorang yang berwib
an hati-hati, dia meletakkan dua gelas kopi di hadapannya tanpa menimbulkan su
tampak sangat berbeda dari kenangan Varisha tentangnya, tetapi dia masih bisa merasakan deny
h dalam, Ganendra membuka suara de
p terpaku pada pria di sebelah Ganendra ya
gan yang tidak nyaman. "Ah, Varisha, ini Arshaka, teman
tar, dan matanya terpaku pada sosok yang dulu pernah menjadi bagian b
mencoba memanggilnya
angan itu, "Varisha, apa kamu baik-baik saja? Kam
gan gugup. "Oh, maaf, Pak. Saya baik-baik saja. Ini hanya..." dia te
. Tidak ada ekspresi di wajahnya yang tegas dan serius. Dia tampak tak mengenali
dua di hadapan Arshaka, tetapi karena tangannya yang masih geme
apa tisu yang ada di meja dan segera membersihkan air tumpahan kopi tetanpa ekspresi. Dia tampaknya tidak memiliki niat untuk membantu
situasi yang sangat tidak nyaman ini. "Saya... Saya akan
n di wajah Varisha, mengangguk paham. "Tentu, Va
natap lagi ke arah Arshaka. Dia merasa napasnya kembali normal
h insiden tumpahan kopi tadi sama sekali tidak terjadi. Ganendra sepertinya ti
Dia merenung sejenak tentang pertemuan tiba-tiba dengan Arshaka. Sudah empat tahun sejak mereka terakhir kali
gai sekretaris Ganendra. Meskipun dia masih merasa ketakutan dan cemas