an jelas, dan matanya fokus pada bosnya yang menatapnya dengan serius. Ganendra dikenal sebagai seorang pria yang tajam dan
k untuk mendiskusikan perkembangan terbaru dalam proyek XY-123. Pertemuan ini akan diadakan di ruang kon
rtemuan selanjutnya untuk hari ini, P
an menatap ke arah Varisha. “"Terima kasih,
m dengan tulus.
tambahan. "Oh, Varisha, saya lupa memberitahumu. Tolong urus reservasi di r
gung jawab. "Baik, Pak. Saya akan mengurus reser
ha," ucap Ganendra d
gan penuh semangat untuk menyelesaikan tugas tambahan yang baru saja diberikan oleh at
yibukkan pikirannya yang sempat kacau karena bertemu dengan Arshaka. Varisha terus bekerja sampai tidak menyada
angkah yang mantap. Namun, saat dia melangkah keluar, dia merasa ponselnya bergetar di dalam sa
cermat. "Varisha, bisakah kamu mengantarkan beberapa d
Saya akan se
umen yang diminta Ganendra dan melangkah ke lobi kantor. Di san
. "Selamat malam, Mbak Varisha. Tuan memint
i. "Terima kasih, Pak. S
*
yang telah dipesan. Adelia, adik Ganendra, duduk di sebelahnya. Wanita muda itu tampak canti
endra, Mbak Adelia," uj
sha dengan suara yang tegas dan penuh keyakin
itu dengan penuh apresiasi. "Terima kasi
saya pamit pulang,” balas Va
amu sudah makan malam?” tanya
, lebih baik kita makan malam
makan malam ini. Saya lebih baik pulang dan membiarkan ka
ersantai dan berbicara sejenak. Jadi, tidak ada salahnya kalau kamu bergabung. Lagipula k
lalu mengangguk dan akhirnya duduk di antara mereka. Dia meras
Varisha. Detik itu, dunia Varisha terasa berputar cepat. Kehadiran Arshaka membuatnya terkejut, dan tubuhnya mulai gemetar. Namun, kegugup
i tidak ada apa-apa. Bagi orang lain yang tidak mengetahui sejarah mereka, mereka han
, ini Kak Arshaka, tunanganku," kata Adelia dengan penuh kebanggaan. Tatapannya an
untuk diucapkan. Namun, kata-kata sepertinya telah membeku di tenggorokannya. Dia
ahnya. Dalam keheningan yang mencekam, mereka mulai menjalani makan malam. Suasan
kan proyek-proyek terbaru di perusahaannya, berbicara dengan semangat tentang visi dan rencananya. Mesk
n, Varisha merasa pikirannya kosong setiap kali pandangannya tidak sengaja bertemu dengan tatapan dingin Arshaka. Per
ya dengan tangan lembut. "Kenapa tidak tinggal sebentar, Varisha? Kita bisa men
nuh kerendahan hati. "Terima kasih, Mbak, tapi saya merasa c
*
restoran. Hati dan pikirannya masih terusik oleh pertemuan tiba-tiba dengan Arshaka
elalui aplikasi di ponselnya. Malamnya terasa semakin panjang, dan ia ing
hawatiran saat mereka mendekatinya. Dia mencoba untuk tetap tenang dan menghiraukan mereka, berharap mereka akan pergi begitu saja. Namun, pria-pria itu semakin mendekat, dan satu di
n melangkah mundur untuk menjaga jarak dari pria-pria itu, tetapi langkahnya
dangannya langsung bertemu dengan Arshaka. Pria itu berdiri tega
an suara pelan yang hanya bisa dideng
mendorong dirinya keluar dari pelukan pria itu. Dia tidak ingin menciptakan situas
Pak" bisik Varisha, wa
yang semakin cepat. Ketegangan semakin meningkat ketika Varisha melihat Adelia dan Ganendra yang mulai keluar dari resto
n keras dan mengambil langkah cepat ke arah taksi yang telah tiba. Tanpa berpik