suk ke dalam ruangan kantor Cakra Diaksara. Ruangan itu, seperti biasa, penuh dengan nuansa kemewahan dan keanggu
ra sambil mengangkat sejumput surat
duk di kursi yang ditunjuk oleh Cakra. Dalam genggamannya, Varisha membawa
n untuk Anda, Pak. Saya harap
, saya sangat menghargainya. Kesehatan saya c
mu ke sini?” tanya Cakra denga
timbangan. “Saya sudah bertemu dengannya, Pak. Seper
arang, Pak. Sejujurnya saya masih tidak menyangka
apun apa yang terjadi di antara kalian bukan hal y
pi berita tersebut dengan tenang. "Apa y
. Kita tidak tahu kapan ingatannya akan kembali. Jadi, saya tela
situasi ini. Hingga saat itu tiba, saya meminta agar kamu menghin
meskipun dia sudah menduga itu akan menjadi rencana yang masu
,” ujar Varisha sambil me
kamu tidak akan bisa terus menghindar dari Arshaka, biar bagaimana pun di masa depan
isha meremas ujung roknya dengan erat,
akan saya pilihkan. Kedua, saya akan menempatkan kamu untuk mengelola salah satu anak perusahaan Diaksara Group di
lit. Namun, ia merasa tidak memiliki pilihan lain selain memilih s
, Varisha. Ini adalah keputusan besar. Ambillah
*
ya kembali ke apartemennya setelah pertemuan dengan Cakra. Sopir pribadi Cakr
n Varisha pada kerumitan hubu
arisha, menerima bungkusan
da Arshaka yang juga turun dari mobilnya. Sebuah kejutan yang tak dii
tangga darurat untuk menghindari pertemuan dengan Arshaka. Langkah Varish
ketegangan yang memenuhi udara di sekelilingnya. Dia berharap dengan menjauh dari
kipun terasa lelah, dia merasa lega karena setidaknya dia berhasil menghindari pertemuan dengan Arshaka di lobi gedung. Namu
tajam mengamatinya. Dia mencoba mengabaikan pria itu dan melangka
ri saya, Varisha?" desis Arsh
r atau tidak? Sejak awal juga kita tidak
a sudah jelas,” katanya dengan nada dingin. “Saya juga sudah bilang sebelumnya kalau saya tidak mau
Arshaka dengan dingin lalu melepaskan genggaman t