rasa sedikit terganggu oleh pertemuan pagi tadi dengan Arshaka. Meskipun mereka terus berpapas
rapa tugas ketika telepon kantor di sebelahnya berdering. Dengan
hirnya berkata dengan sabar
di seberang sambungan, dan V
t dikenal membuat hatinya
m-dalam, mencoba untuk men
a ingin berbicara dengan Pak Ganendra?" ta
man. Ketika dia akhirnya menjawab, suaranya lebih lembut dan pe
a menjawab, "Maaf, Pak, kalau Anda tidak memiliki kep
dan kita akan makan siang bersama." Arshaka kemb
kan mengatur waktu yang tepat. Tapi kalau Anda tidak puny
a akan datang ke ruanganmu, Varis
letakkannya kembali ke alatnya. Dia merasa takut ak
*
a yang telah terlintas di pikirannya, tetapi ancaman Arshaka mengunjung
ang datang ke ruangannya membuat hatinya tidak tenang. Varisha tidak ingin mempertimbangkan skenario terbu
gnya berdebar kencang. Tanpa berpikir panjang, dia masuk ke dalam mo
isha. "Kamu tampaknya cukup terburu-buru," ujarnya dengan nad
menunggu saya, mengingat sebelumnya kamu t
aikan godaan itu dan menjawab dengan tegas, "Saya hanya ingin menyelesaikan
ukan. Tapi, sepertinya kamu begitu membenci
seperti ini. Saya hanya tidak ingin orang lain menja
hanya menatap wajah gadis itu sebentar sebelum
yang telah dipilih Varisha. Sebuah tempat yang sesuai dengan keinginan gadis itu untuk menjaga privasi m
memilih untuk keluar dari pintu yang lainnya. Setelah mereka berdua keluar dari mobil, Ars
kup tersembunyi. Saat mereka duduk, Vari
da inginkan," ucapnya dengan suara yang lebi
ang ingin keluar dari bibirnya. "Tentu saja," katanya, memi
esanannya, sementara Varisha memilih menu tanpa melihatnya dengan seksama. Pikirannya lebih sibuk
anpa ragu, Varisha mulai menyantap makanannya dengan lahap tanp
shaka terus mengamatinya, senyumannya yang dingin tak pernah lepas dari wajahnya. Pertempuran ba
endorongnya untuk menghabiskan makanannya dengan cepat. Pertanyaan-pertanyaan tak terja
an kata-katanya yang dingin. "Pelan-pelan saja
i sini,” jawab Varisha dengan
kin tidak nyaman. “Sepertinya kamu memang t
dak nyaman?” tanya Arshak
” ucap Varisha
dangan di depannya. Meskipun dia tidak merasa nyaman dengan keberadaan
us pada makanannya yang semakin berkurang. "Sa
eningan di antara mereka berdua tiba-tiba terhenti ketika Varisha melihat sosok Adelia yang berdiri di pintu restor
at Adelia yang mulai mendekati meja mereka. Dalam kepanikan, Varisha segera merosot ke bawah meja, menarik tasnya dan juga membawanya minu
hanya mendengar suara mereka tanpa melihat ekspresi wajah mereka, namun detak jantungnya makin c
a ini untuk sendi
ng sama klien,” jawab
napa ada di sini
n sama teman aku di
Sekalian aku mau kenalin Kakak sama teman-t
, Varisha menggigit bibirnya untuk menahan gejolak perasaan yang tak terkendali. Namun, tiba-tiba ia merasakan sensasi aneh ketika tangan Ar
ha sambil berusaha