berlalu meninggalkan kamar. Thalita gegas
ebahkannya di sana. Lalu ia segera keluar kamar, mencari
*
erapa meni
nuju ruang tamu. Di mana di ruang itu sudah ada
nglung. Ia masih belum menyadari
a!" teriak Bagus menunjuk gadis yang
ul. Dengan tertunduk, sesekali ia mengusap sisa air
n dahi, Langit me
ah kamu lakukan padanya tadi, Langit?"
it merasa sangat kebi
Dengan sangat lesu pemuda itu kini menjatuhkan bokon
, Langit!" ujar Bagus sembar
ya. Namun, tak lama kemudian ia malah tertawa sumbang seol
memperkosa gadis seperti dia. Kayak gak ada gadis lain a
ak
dengan cukup keras, hingga membuat semua
sedang bercanda,
at apa-apa tadi." Dengan terbata-bata Langit merasa sedikit ketakut
mabok, sehingga aku tidak sadar dan tidak ingat jika telah melakuka
dengan Cahaya, hah!" Dengan geramnya Bagus mengepalkan kedua tangan.
anya diam tertunduk pas
ngat dengan penyakit jantung Papah!" Sintya me
but kasar, Pria paruh baya itu benar-benar merasa kebingungan. "Gimana
berkata, "Maafkan Langit, Mah, Pa
dari duduknya dan mendekat ke arahnya. Kemudian sembari menghela nafas ber
lah sekarang, apa akibatnya? Kamu hampir menodainya. Da
uga tidak sampai menodainya, kan? Jadi, dia masih aman.
ka tidak, yang ada kamu pasti telah menodainya, Langit!" Lagi-lagi lelaki paruh baya itu
amu harus bertanggung jawab!" t
angkat wajah dan mengerutkan
arus menika
"Ta-tapi, aku gak bisa menikah dengan d
anya kecelakaan. Sungguh aku gak sengaja. Aku khilaf, Pah." T
ah semua ini terjadi, lalu kamu mau lepas d
ah mengajarimu tuk jadi orang yang tidak bertang
ipanggil oleh Bagus telah datang. Yaitu Paman dan
ucap salah satu pelayan yang mempersilahkan pa
di sana langsung menoleh ke ara
ari silahkan duduk!" ujar Bagus m
diri sebagai sopir pribadi keluarga ini selama hampir 8 tahunan
"Maaf, Tuan. Kalau boleh saya tau, ada
ngin meminta ijin kepada Bapak. Saya
git?" Dengan membelalakan mata, sontak sepa