img Another Word To Say I Love You  /  Bab 4 3 Bertemu Lagi | 22.22%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 3 Bertemu Lagi

Jumlah Kata:2365    |    Dirilis Pada: 20/10/2021

alah satu siswi. Siswi itu berdiri di tengah, tepat di deretan pertama siswi perempuan. Seketika senyum Pramana memudar. Dia adalah gadis yang sama dengan

dis itu jelas sedang tidak baik-baik saja. Sesekali matanya mengerjap-ngerjap, lalu ia mencoba meraih punggung teman yang ada di depan

atanya, ia terhuyung pelan ke arah depan, sebelah tangannya memegangi perut.

kan pandangannya sedikit pu

ia yang berdiri di sebelah Pramana

ud terhuyung ke belakang. Pramana refleks meninggalkan barisan guru dan berlari secepat mungkin ke arah b

HH

ang berjaga di belakang barisan terlihat kebingungan, sepertinya mereka tidak menyadari ada salah satu peserta upacara yang sedang membut

saran apa yang sedang terjadi. Namun salah seorang siswa berusaha membubarkan teman-temannya yang berkerumun. Siswa itu adalah anak yang tadi berdiri tepat di depan

udian ia menahan lengan Pramana dan berkata, “Pak, biar saya saja!” tatapannya cemas sekali. Bahkan sekila

mencoba merengkuh tubuh muridnya yang pingsan itu. Anak-anak

ang bawa, Pak," ucap salah seoran

api kemudian ia membuka mulut, “

rjalan pelan me

satu anak PM

ke UKS. Anak-anak PMR itu menurut dan melipat kembali tandunya, sement

*

lu memintanya untuk pergi ke dapur sekolah mengambil teh panas. Saat ini di ruangan itu hanya tinggal Pramana dan siswinya yang pingsan. Pramana mengam

tengah terbaring lemah, ia jadi teringat dengan buku yang dibelinya kemarin. Tentu saja buku itu masih terbungkus di dalam kantong plastik, tersi

menghampirinya. “Tapi dia belum bangun, nant

gu. Tapi saat Pramana akan meninggal

da mau

na menaikkan alis

at menahan … ingin ke toilet, sebentar saja, pak,” ujar anak PMR itu d

ana sambil tersenyum, “Jangan kh

ramana berbalik, ia mendapati Alisa bergerak. Mata gadis itu sekilas mengerjap-ngerj

*

mendekat. Kemudian sayup-sayu ia mendengar suara la

ngerang, tubuhn

jauh dari kasur, menatapnya dengan cemas. Alih-alih bangun, Lisa pun buru-buru memejamkan matanya lagi. Ia masih terlalu malas dan malu untuk menghadapinya. Sung

udah b

is itu tetap memejamkan mata

beberap

ang itu s

ang berdiri membelakanginya, menghadap kotak P3K tengah mencari sesuatu, lalu mendesah seperti tidak

krucuk

eberapa detik tanpa bisa dicegah. Dalam hati Lisa mengumpat, tubuhny

dan minu

isa terkejut. Gadis itu masih d

sedang berpur

a untuk tetap tidur sia-sia, karena suara perutnya memang terdengar j

mbah lagi ia bukan tipe orang yang pandai berbohong. Diam-diam gadis itu membuka matanya pelan. Bagaimana pun juga ia harus menghadapi situasi ini walaupun sebena

H?

menarik diri, “Kurasa kau baik-baik

ntrol detak jantungnya yang mendadak tidak karuan. Lisa tidak habis pikir bahkan di

at pulih,” ujar Pramana sambil

erlahan, sensasi hangat langsung mengalir di kerongkongannya yang kering. Sejenak gadis itu melupakan rasa malunya. Ternyata

na

uk pelan, sed

a pun menurut, meneguknya sampai habis

bangun, aku akan k

duknya dan berjalan ke arah pintu, mengambil sepatunya yang ada di rak lalu memakainya. Namun saat lelaki itu akan benar

aha mengontrol diri untuk tidak meninggikan suara da

an menyembunyikan

kau pi

it tidak yakin. Gadis itu mencoba memastikan bah

atap gadis itu sejen

Tentu

pa sadar ia mendesah pelan,

toilet dan aku diminta menjagamu se

guk kecil, s

Pramana,” kata gurunya kemudi

nya memanas, wajahnya me

ahun lagi, baru kau

dongak tidak mengerti.

arena kulihat, kemarin kau sangat kesal

lagi. Menerima kenyataan bahwa ia telah dipergoki seseorang yang tidak dikenalinya di toko buku kemarin sebenarnya

rasa harga dirinya sudah terkuras habis. Sadar bahwa saat ini wajahnya terlihat bodoh sekali, gadis i

gi-lagi cuma tersenyum. Tangannya

aya sudah boleh

kukan kemarin di toko buku memang salah dan juga baru menyadari kalau anda, eh ... Bapak adalah

ustru lelaki itu menan

l i

hal

di mana kita bisa

k di mana pun. Ehm, maksud saya, s

urid yang melakukan hal yang tidak seharusnya, kan?

esah. “Tapi anda bu

a dengan ekspresi tenang. Sepertinya

usan murid di luar sekolah,” jelas Lisa lagi. Gadis itu masih set

i be

s itu menatap lelaki yang a

u lalu mengangguk kecil. “Jika tidak ada

s itu membuang muka. Ia bersumpah, baru kali ini ia tidak

sebutan ‘Pak’, karena saya masih 22 tahun,” ujar Pramana sambil melipat

t kalimat itu, Pramana ber

rusan orang lain, lelaki itu juga terlalu percaya diri. Lisa hanya berharap guru mata pelajaran olahraga di kelasnya ada

*

sa saat gadis itu baru saja duduk di bangkunya, “Kurasa

ra pergi ke luar kelas. Apa mungkin ada sesuatu mil

di koridor kelas saat Lisa tiba di ambang pintu. S

“Kurasa tidak ada yang tertinggal kan?

an menyodorkan roti coklat di bungkusan

ya?” tanya Lisa

S juga bersamamu. Dia bilang k

menyebakan sedunia, tapi sekarang ia malah mendapati lelaki itu sengaja menitipkan makanan untuknya melalui anak PMR. Gadis

p Lisa akhirny

k ada. Mungk

kan terima kasih pada anak PMR yang sudah menolongku, maaf tadi aku

anjutnya dengan ekspresi bersalah, “Aku sebagai ketua PMR sekaligus yang sedang berjaga di upacara hari ini jadi merasa bersalah karena kurang memperhatika

nar pingsan, ada seseorang yang berlari ke arahnya secepat kilat namun g

dia ya

mengang

ng lagi,” jawabnya lalu ia mengulu

sa lalu menyamb

egitu pun dengan Lisa. Sejenak Lisa tercenung, kalau dipikir-pikir walaupun Kak Pramana itu menyebalkan dan me

nda bisa

kau pi

it tidak yakin. Gadis itu mencoba memastikan bah

Tentu

kurl

toilet, dan aku diminta menjagamu s

ian ia menggeleng. Toh, gurunya itu berniat tidak mengatakannya, jadi walaupun i

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY