img Another Word To Say I Love You  /  Bab 3 2 Pingsan | 16.67%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 2 Pingsan

Jumlah Kata:1968    |    Dirilis Pada: 20/10/2021

mutuskan untuk tidak membeli buku apapun. Bahkan ketika ia dan Bima sudah berpindah tempat ke Mcd, gadis itu masih memasang wajah kecut. Ia sedang berpikir keras. Bima yang

, Bi

an kaki Bima, tatapannya menerawa

lu menyuap beberapa keping

enurutmu apakah aneh jika a

Bima mantap. “Karena

dak mungkin?” L

dengan kentang goreng yang mulai agak layu di jemarinya,

, orang yang sangking kurang kerjaannya sampai-sampai h

menerawang, kemudian ia manggut-manggut. S

a yang mengik

bahu. “Entahla

ilah, kali ini ia menyuap

rnah berbohong, y

g yang menguntitmu? Dan aku yakin seribu persen, wajahmu tidak me

?!” Lisa mencubit bibir Bima hin

!!” sem

us, “Semakin lama menghabiskan waktu denganmu aku jadi se

rani mengganggumu? Di mana? Masih mengikuti sampai sini?!” cowok itu malah meledek Lisa dengan pertanyaan bertubi-tubi, sambil berlag

orang yang menggangguku

mulutnya gatal ingin berceloteh, kini mengatup kembali. Sesaat Lisa ingin menertaw

at lengann

tiba-tiba datang dan tanpa ba-bi-bu, mengambil buku yang sedang kuba

yang b

esah. “Iy

inkan buku itu, bukan ingin

an berkata seolah-olah jika aku

ima dengan nada meremehkan, “Memangnya buku apa y

Lisa tergagap, lalu menggeleng ce

an. Matanya sampai membulat. “

wasa? Walaupun mereka memang bersahabat bertahun-tahun, tapi Lisa tidak mungkin membuka

u. Lalu ia melanjutkan ucapannya, “Anggap

i meja. Tapi sedetik kemudian lelaki itu menatap Lisa tajam. “Tapi berjanjilah p

r-benar orang asing dan tidak akan ada lagi pertemuan kedua maupun ketiga. Lisa hanya bisa berharap seperti itu. Sungguh, ini pertama

kecil sambil meyakinkan dirinya sendiri. “Aku terlalu meleb

*

n berdua dengan bunda. Sejak kecil Lisa memang hanya tinggal berdua. Sementara ayahnya yang merupakan seorang fotografer yang cukup handal pada masanya meninggal dan menjadi salah satu korban hilang pada bencana tsunami di Jepang. Kejadian itu terjadi saat Lisa masih berumur lima tahun dan di Jepang sedang musim semi. Kebe

Walaupun biasanya di hari pertama sekolah masih belum memulai pelajaran dan diisi dengan perkenalan, tapi

lalu beliau muncul dari balik pintu han

boleh

membuka almari pakaiannya d

jalan memasuki kamar. Sejenak mengedarka

i akan menjadi ana

emudian mengacungkan j

u?” Bunda tersenyum. Tangan

gadis itu berkacak pinggang. “Mula

usss

meluk Bundan

pa

udah SMA, itu

” alis Bund

boleh p

nda membuka mulutnya lagi, “Kenapa tiba-tiba ingin punya pacar

Bunda tau bahwa

cak rambut anakn

ya?” Lisa memohon. Tapi Bund

ndamu ini juga tidak tau pasti kapan semua ini selesai,” eluh Bunda sambil meng

skah yang ada. Bunda termasuk spesies manusia yang selalu betah berada di depan layar

elum benar-benar pergi ia membalikkan badannya dan berkata, “Jangan lupa

dengan ekspresi datar. Tapi justru karena ekspresi itulah membuat Lisa

selalu

un lebih dulu? Walaupun kemungkinannya keciiil sekali. Tapi,

lang kata-katanya lagi. Ciri khas

isa masih denga

lag

leh paca

jar Bunda sambil berlalu da

da adalah sesibuk apapun Ibunya, ia akan selalu menengok dirinya ke kamar sebelum tidur, memastikan anak semata wayangnya baik-baik

*

maan dengan hari pendaftaran ulang tempo hari, Lisa dan Bima sepakat untuk mengambil jurusan IPS. Dan sepertinya takdir

epat di depannya. Padahal upacara apel belum dimulai,

as Bima setengah berbisik. Sementara L

dak menoleh sedikit pun. “Jika kau bisa diam tanpa mengeluh sampai

bangun kesiangan dan terpaksa tidak sarapan sebelum beran

r menghadap barisan murid. Upacara nan membosankan itu berlangsung sekitar setengah jam, sebelum b

olah ini selama sepuluh tahun dan selalu menjadi guru terfavorit," ucap Pak Edi a.k.a kepala sekolah sambil memp

berbisik,

uruh pelan, lalu ia mendesah lagi. Salah satu hal yang menjadi kelemahannya adalah ia tidak bisa menahan lapar. Sedari kecil gadis itu memang sudah memiliki lambung yang mudah bermasalah, bahkan w

mengajar. Namanya Pak Pramana Adi!” lanjut Pak Edi. Si pemilik nama itu pun tersenyum dan membungkuk sopan. Senyumnya man

seperti guru yang lainnya. Lisa merasakan perasaan yang aneh, karena lelaki itu terlihat tidak

s berpikir keras. Tapi semakin diingat, malah menyiksa dan membuatnya semakin lapar. ia masih mengawasinya sambil mengingat-ingat. Terlihat bahwa Pramana tengah mengedarkan

Mata coklat sep

enjadi mual yang luar biasa. Gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya, ia

, tapi tidak sampai. Bima tetap bergeming karena seperti

er besar tengah memutar ulang momen itu. Sepersekian detik kemudian gadis itu terhuyung ke belakang, badannya limbung. Rasa mual dan pu

rang tengah berlari ke arahnya secepat kilat. Lisa ingin bertahan namun tubuhnya menolak. Andai i

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY