ika itu terasa seperti perlawanan terhadap dirinya sendiri. Tidak ada yang mengatakan pernikahan ini akan mudah. Justru,
n untuk kelemahan. Alaric adalah pria yang terbiasa mengendalikan segala hal, bahkan o
ia sudah cukup lama hidup untuk tahu bahwa kekuatan sejati datang bukan dari ketaatan, mela
kamar tamunya, menuju dapur. Di sana, seo
ahendra," sapa pembantu
dengan senyuman
da taman yang luas, dengan kolam yang tenang dan bunga-bunga indah yang mekar. Namun, semua itu terasa k
jadi sosok yang tak bisa ditebak, dan keberadaannya dalam rumah ini
iri untuk kembali ke kamarnya. Namun, saat dia melangkah melewa
m yang rapi, rambutnya yang gelap tersisir rapi, dan tatapan matanya tajam seperti biasa. Pr
laric, suaranya datar
n menunjukkan ketegangan yan
rsi di ujung meja makan. Tanpa menunggu lebih l
nyaman di dalam hatinya. Alaric terlalu sibuk dengan pekerjaannya, seol
kau buat tadi?" tanya Adeline tiba-tiba, suar
ekilas bertemu pandangannya. "Tidak ada
-olah kata-katanya diabaikan. "Jadi, kau
g ada di tangannya. "Aku tidak peduli dengan apa yang kau ingin
kan mengubah pendiriannya hanya karena dia merasa tidak dihargai. Tetapi a
line, suara rendah namun penuh perasaan.
matanya. "Pernikahan ini bukan untuk perasaan, Adeline. Ini adalah kewa
dengan nada yang lebih keras. "Apakah kita hanya seka
dijebak dalam permainan yang lebih besar dari kita, Adeline. Kau pikir aku ingin hidup seperti ini? Aku yang harus membawa nama Mahend
ng semakin meningkat di antara mereka. Ada sesuatu yang lebih dalam di balik kata-
ta dengan suara yang pelan namun penuh kekuat
h tantangan. "Jika kau ingin mengubah segalanya, Adeline, kau harus menunjukkan lebih
natap Alaric dalam diam, berpikir keras te
al dari sebuah perjalanan yang penuh dengan jebakan, pengkhianatan, dan pertempuran ba
ut. "Aku akan bertahan," katanya, pelan namun pasti. "Dan aku
eline bisa melihat sebuah api yang tidak bisa dia padamka