memandikan Nayla dengan penuh kehati-hatian. Setiap gerakan tangannya penuh dengan kelembutan, namun dalam hatinya ada kekosongan yang sulit ia pahami. Meski
itu, ia semakin menarik diri. Ada ratusan pikiran yang berputar dalam kepalanya, dan meskipun ia tidak mengatakannya, K
ruang makan. Ia meletakkan Nayla di kursi tinggi di dekat meja, ke
rfokus pada cangkir kopinya. "Pagi,"
ang tepat untuk memulai pembicaraan. "Dirga, apakah ada yang in
na. Setiap kali aku melihat Nayla, aku merasa seperti ada sesuatu yang hilang. Aku ingin menjadi ayah yang baik, tapi aku
a, kau tidak gagal. Tidak ada yang mengharapkanmu untuk menjadi sempurna. Nayla membutuhkanmu, bukan seorang ayah y
aku masih merasa tidak cukup. Bagaimana aku bisa menghadapinya, Keys
. Kita semua sedang berjuang. Aku juga. Tapi kita harus mulai dari suatu tempat. Mungkin tidak
elesaikan dalam satu hari. Proses penyembuhan membutuhkan waktu, dan mereka harus sabar. Namun, meski hatinya terl
perasaan yang belum sepenuhnya terungkap. Keysha mulai merasakan ketertarikan yang lebih dalam terhadap Dirga, meskipun ia berusaha menahannya. Ia tahu bahwa hubungan mereka tidaklah
anya di teras belakang rumah. Hembusan angin malam membawa ketenangan, dan lang
Aku tahu aku telah banyak menarik diri selama ini. Tapi aku ingin kau t
n. "Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan, Dirga. Aku tidak me
ya dalam matanya yang dulunya kosong. "Aku tahu kau lebih dari sekadar pengasuh. Kau banyak
pengakuan tersebut. "Aku hanya ingin kau merasa lebih ba
aan ini. Tidak hanya tentang Safira, tapi juga tentang kita. Tentang aku dan
buhan penuh, namun setidaknya ada titik terang di ujung jalan yang gelap. Mereka berdua sedang belajar untuk melepa
ama," Keysha berkata lembut, matanya bert
an mengangguk pelan. "Aku sia
an diri, meskipun perjalanan mereka masih panjang. Namun, untuk pertama kalinya, Keysha merasa ada harapan, meskipun tipis