lagi akan meledak. Lobi hotel bintang lima itu tampak mewah dan tenang, tapi di balik
ali ini hanya memperjelas kepanikan yang tersembunyi di balik tatapan matanya. Sepatu hak tingginya mengetuk lant
ia tahu, pertemuan ini tak akan menjadi p
a, Nadi
m arang membingkai tubuhnya, rambutnya disanggul rapi. Ia tidak datang sebagai
nyambut, setengah
ku tak meny
u lakukan?" suara Nadia dingin. Tatapannya tajam, sepe
cara baik-baik. Aku tahu ini... rumit. Tapi
makan dari meja makanku. Dan setiap malam kau tidur dengan suamiku, lalu berpura-pura menjadi
ni bukan waktu untuk lemah. Ia sudah b
-sama terluka. Reza bukan lagi pr
lu. Bahkan sebelum kami menikah." Suara Nadia semakin kera
ng. "Jadi kau
adis asuhnya. Aku tahu dia biayai hidupmu sejak dulu. Kau bukan hanya s
ranya akhirnya pecah. "Aku bersama dia bukan karena uang atau status. Tapi karena aku kenal dia lebih dulu. Aku
an keras mele
masih tergantung di udara, bekas t
n? Jangan pernah berdiri di hadapanku dan bicara soal hak, Karina. Karena mulai sekarang, aku akan cabut semua
menyentuh pipi merahnya. Tapi ma
perang, Nad. Dan
arah Karina, suaranya nyaris
untuk menghancurkan. Dan aku akan pastika
nya: "Permintaan mediasi ditolak. Nadia resmi menggugat, dengan tuntutan m
p wajahnya
ak main-
kaca besar apartemennya, memandang langit gel
lu, Karina. Tapi panggung