menutup di belakangnya dengan suara yang terasa begitu berat. Seolah seluruh dunia ikut mengunci dirinya dalam kesunyian yang menyes
cuaca. Seiring langkah kakinya yang berderap di jalan setapak menuju taman, ia merenung tentang hidupnya yang semakin kehilangan arah. A
i yang mereka ucapkan di hadapan altar, semuanya terasa seperti sebuah janji suci. Namun kini, jan
in sore. Dengan sebuah dorongan tak terduga, Zaireen duduk di bangku taman, menatap kosong ke arah bunga-bunga yang tumbuh dengan indah namun seolah tidak ada yang memperha
yaan yang lebih besar, yang mengguncang hati dan p
hubungan yang sudah terkontaminasi oleh kebohongan dan pengkhianatan. Bahkan jika keluarganya memihak Elvano, bahkan jika dunia me
u ia gunakan untuk menulis laporan dan merancang rencana untuk bisnis laundry yang dimilikinya. Ruangan
-pikiran tentang pengkhianatan Elvano, tentang kata-kata ibunya yang penuh sindiran, dan tentang keluarganya yang
Tidak ada lagi rasa takut untuk berbicara, tidak ada lagi rasa cemas akan konfrontasi yang selalu terjadi
gan, hidup dalam pernikahan yang sudah dipenuhi oleh kepura-puraan. Jika cinta itu sudah hilang, jika rasa hormat sudah
mun kali ini, ia tidak datang dengan keraguan atau ketakutan. Ia datang dengan tekad yang
mewah, ia melihat Elvano sedang duduk di sana, tampak tertekan dengan wajah yang pe
lihatnya, mencoba meraih tangan Zaire
, yang membuat Elvano terhenti sejenak. Ia menatap mata suaminya yang
Zaireen, suaranya lebih rendah namun tegas. "Aku tahu keluargam
pak tercengang. "Zaireen, to
no," Zaireen memotongnya. "Kamu sudah membua
bahwa keputusan ini akan mengubah hidupnya selamanya, tetapi ia j
n, terutama aku," Zaireen melanjutkan, suaranya kini le
rgi. Ia tahu bahwa tidak ada yang bisa mengubahnya. Ini adalah akhir dari sebuah pernikahan yang
a, itu bukanlah keputusan yang mudah. Hatinya masih sakit, namun ia tahu bahwa tidak ada la
ni. Tidak ada lagi rasa takut, tidak ada lagi rasa cemas. Ia sudah siap untuk memulai