m perutnya, bayi yang belum lahir itu seperti ikut merasakan guncangan batin ibunya, menendang pelan seolah b

setiap pagi. Tapi jiwanya sudah tidak ada lagi di tempat yang sama. Sejak pengakuan singkat dan terbata-bata itu, ia tidak pernah benar-benar me

a pelan. Amara berdiri di sana dengan mata yang

uk seperti belati. Salma buru-buru menyeka pipinya

a tangan. Amara berjalan mendekat dan memeluk perut Salma, lalu meletak

t bibir. "Iya, sayang. Adik j

mahat rasa itu dalam hatinya sebagai alasan untuk tetap bertahan. Tapi malam itu, ketika Amara sudah ke

a yang menyadari kesalahannya dan mencoba kembali menambal yang sudah robek. Tapi Salma bisa melihat kebohongan dalam setiap gerakan

as meja makan. Ini bukan hal yang biasa ia lakukan, tapi hari itu, ada sesuatu

tungnya seperti berhenti saat melihat folde

ngnya dengan tatapan yang pernah hanya milik Salma. Salah satu foto membuat matanya membelalak-mereka ber

t sampai seluruh dunia tahu betapa hancurnya ia saat itu. Tapi ia hanya b

menjadi t

g sudah rusak. Ia tahu, kalau ia terus bertahan hanya demi anak-anaknya, ia sedang menuk

n dengan Rayden di meja makan.

katanya pelan, tanpa amar

tup matanya

a mau kamu tahu, aku sudah lel

rumah ini kalau kamu mau. Tapi mulai besok, aku enggak akan lagi berpura-pura. Enggak ada la

, tapi suaranya tak selesai. Ia tahu, tak a

ng, meski hatinya bergetar. "Terima kasih karena s

a, Salma tidur dengan tenang-meski