in penuh bayang-bayang. Tak ada lagi tawa renyah dari Rafa saat aku pulang. Tak ada pelukan atau tatapan hangat yang menunggu di depan pint
aku belum hancur sepenuhnya. Aku mengusap rambutnya perlahan, menahan air mata yang menggantung di ujung kelopak.
Dia sedang membuka laptopnya, seakan-akan tidak ada luka, tidak ada rahasia yang menjelma seperti pisau di
ng?" tanya
han detak jantungku agar tak
ya dengan gerakan p
layar. Percakapan itu. Hotel tempat mereka bertemu. Tanggal yang co
dah tah
wajahnya. Tidak ada penyangkalan. Hanya keheningan. Itu yang membua
anyaku, suaraku
ng. "Dua tahun. Tapi kam
kat. Aku menegang di kur
Sekilas. Dingin.
da ini seolah pecah dari dalam. Aku mencoba m
gan siapa, Rafa? Dengan s
Tapi... Mira adalah bagian dari
Bagian dari masa depanmu yang k
idak berkata apa-apa. Diam
keluargamu keluar dari kemiskinan! Bahkan ibumu memanggilku 'anak' karena aku bant
rtahan. Aku ingin menghancurkan sesuatu. Apa punl ini? Tentang pernikaha
kup. "Mereka tahu. Mereka setuju. Me
napa? Kenapa kau tidak mengatakannya sejak awal? Kenapa kau buatku b
ak akan
?" Aku tertawa sinis. "Aku mengerti lebih dari yang kau kira, Rafa. Kau takut kehilangan semu
. "Ini bukan tentan
ilih menikah di belaka
ngan luka dan ketegangan. Lalu, Rafa berkata den
n mencer
berhenti
diam-diam. Aku akan tetap bertanggung jawab pada
eluar dari m
tu saja? Bahwa kita bisa menyelesaikan ini dengan baik-baik?" Aku melang
baru sekarang dia sadar bahwa dia telah membangunkan sesuatu
idak hanya menghancurkan pernikahan kita.
a, aku tidak ingi
awabku tenang, "ta
kamar Isolde. Namun dalam hatik
menjadi korban
anya-semua yang mereka pikir bisa mereka ambil darik
an segera tahu, bahwa menyakitiku adala