img Pemuas Menantu dan Besan  /  Bab 9 Mayor Bagas - 9 | 100.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 9 Mayor Bagas - 9

Jumlah Kata:1569    |    Dirilis Pada: 12/05/2025

roma masakan hajatan bercampur wangi bunga dekorasi menyambutnya. Ia melepas helm

tempat tinggalnya. Terakhir ia datang ke sini lima tahun lalu, saat menikahkan Letda Nurdin dan Sinta

ia menyapa. Sinta muncul dari dalam rumah, mengenakan kebaya i

enantu itu kini berdiri anggun dalam balutan kebaya modern, jilbabnya tertata rapi, menamba

tapan Sinta, senyumnya, semuanya seolah menyedot perhatiannya. Hari ini, Sinta bukan hanya me

ya, Sin?" tanya Pak Baga

, Yah!" jawab

ebar. Ia merasa asing dengan perasaannya sendiri. Sinta, ist

pipinya. Mungkin bagi Sinta, itu hanya ungkapan syukur dan bahagia. Namun bagi Pak Bagas, sentuhan itu terasa lebih

ntu dan ayah mertua. Mereka tak tahu apa yang berkecamuk di dalam diri Pak Bag

sih tak terkendali. Bahkan tubuhnya mulai bereaksi, tongkat komando dalam celananya muali mengge

Cantik banget kamu, Sin," uja

imana kabar Ibu, Mbak Niken, Mbak Erni dan si cantik Azizah?

esasar," jawab Pak Bagas santai. "Kalau pun ny

Mau saya suapin juga s

r. "Hmmm... boleh juga sih. Tapi kalau Letda

a hajatan saya, Yah," sahu

pria paruh baya muncul dari dalam rumah. Wajahnya b

a datang juga!" serunya penuh semang

ski tetap menyimpan senyum ramah. "Tentu, Pak. Walaupun Letda Nurdin ng

uannya yang berdiri di samping Pak Bagas, wajahnya cerah berseri. "Sint

doong, Pak. Kapan lagi pamer mertua Danramil. Aku seneng bange

n dibesar-besarkan begitu, ah. Ayah cuma bapak-bapak biasa yang n

u. Tamu-tamu lain yang tidak mengenal Pak Bagas hanya memandang dari kejauhan, berbisi

wajahnya sedikit ke arah Sinta, berbisik dengan nada

tu! Khusus buat ayah

sing di mata warga kampung ini, tapi di mata Sin

tahun sejak ia terakhir kali menginjakkan kaki di desa ini-waktu menikahkan Letda Nurdin dan Sinta. Kini, ia ke

ang sibuk ke sana kemari menyapa tamu. Namun, di sela kesibukan itu,

enghampiri lagi, membawa

makan?" tan

. "Belum. Kalau ada yang mau ny

ggeleng. "Ayah ini, kalau berc

a. "Serius, lho. Kamu sibuk ter

a juga hajatan, Yah. Kalau aku duduk

ingat lima tahun lalu-ramah, sederhana, tapi punya daya tarik yang entah kenapa

enyum manja. "Ayah juga nggak berubah. Tetap ganteng

antu baginya. Ia sudah seperti anak sendiri. Tapi entah kenapa, ada sesuatu yang tak terjelaskan dalam

rdua yang memahami arti kebersamaan kecil it

lah ia rawat dan didik seperti darah dagingnya sendiri. Meski mereka tidak terikat oleh gar

sederhana yang hidup dalam keterbatasan. Namun, semangat belajarnya

besar dalam diri bocah itu. Ia bertekad membimbing Nurdin keluar dari lingkaran

merasa dunia terlalu berat baginya. Tapi suara tegas Pak Bagas

kamu sampai di ujungnya," ucap Pak Bagas pada suatu malam

an tekad baja, Nurdin menapaki jalan penuh onak da

gas. Ia berdiri di sudut lapangan upacara, menatap sosok Nurdin dengan mata berkaca-kaca. Itu bukan sekadar ban

ugur sebelum waktunya. Tapi Nurdin bertahan. Di setiap rasa lelah, ia selalu mengingat wajah Pak Bagas. Ia tidak boleh gagal. Ia harus ber

dikenal sebagai prajurit yang tidak hanya tangguh di lapangan, tetapi juga pemimpin

but dan setia mendampingi langkahnya. Dari rumah kontrakan kecil yang sederhana, mereka perlahan membangun kehidupan hingga a

ah pun sering bolong. Kini aku bisa berdiri di sini, memakai seragam ini, semua karen

yang berjalan, Nak. Ayah cuma menunjukkan jalan. Tapi ya

nya, maka sangat wajar Pak Bagas menggantikannya, karena kedua orang tua Nurdin pu

na pulang kembali, namun Sin

gas merasa lelah. Usianya sudah tidak muda, dan ia lebih memilih ketenangan daripada hiruk-pikuk. Sint

, tapi begitu bersih dan rapi. Aroma melati yang semerbak da

kehangatan. Pak Bagas menatap sekeliling, merasakan sesuatu yang menena

ng akan terja

*

Sebelumnya
Selanjutnya
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY