ke Jakarta, dua minggu ke depan dan keinginan Bu Linda yang merahasikan acara tersebut, Pak Bagas memut
umpul dengan beberapa kolega dan tetangganya, meni
di lapangan. "Wah, Pak Mayor datang juga! Siap tanding?" seru
n raket di tangannya. "Siap! Tapi jangan ka
engan teknik yang rapi. Ia berpasangan dengan Pak Rudi melawan duet Pak Anwar dan Pak Seno. Suasana penuh can
jadi andalan di turnamen kantor," celetuk Pak
lnya. "Bukan jago, cuma kebiasaan lama. Yang pe
tai di bangku dekat lapangan. Obrolan mengalir, dari berita terbaru, pe
laki-laki datang menghampiri. Wajahnya tampak sedikit ge
agas?" pangg
t terkejut melihat remaja
nya sebelum berkata, "Mama mau bicara
ing bertukar pandang, seolah bertanya-tanya siapa ger
ekspresinya agar netral. "Mamamu siapa,
sejenak sebelum menja
lebih cepat dari biasanya, tapi ia segera menguasai dirinya. Dengan te
h, saya
pintu keluar GOR, sementara tatapan heran dari rekan-
gelisah di bawah lampu jalan yang redup. Wajahnya tamp
anita itu menyapanya
engernyit karena wanita ini bukanlah Bu Sora
?" jawab Pa
dari kompleks Bapak. Suami saya, Pak Iwan, seorang PNS di kecamapelan, menunggu wan
emendam ini sendiri..." Bu Soraya menarik napas panjang sebelum akhi
palagi ini berkaitan dengan kehormatan seseorang. Tapi melihat Bu Soraya ya
t rumah tangga. Mungkin lebih baik Ibu bicara dengan keluar
aya sabar. Bahkan ibu saya bilang, 'Namanya juga laki-laki, wajar kalau nyari yang l
ta ini, tapi ia sendiri tak tahu harus berbuat apa. Dan yan
Ibu merasa tertekan. Tapi saya ngg
pelan, "Saya cuma butuh seseorang yang m
a. Hatinya berbisik bahwa ia harus berhati-hati, tapi di sisi lain, ia juga merasa kas
n penasihat rumah tangga. Kalau ada masalah di lingkungan tentara, saya memang sering diminta bant
k kan orang yang dihormati. Banyak yang bilang, kalau ada masalah rumah tangga,
tu jika yang bersangkutan adalah anak buah saya atau keluarganya. Itu pun karena
a cuma butuh seseorang yang bisa menegur suami say
nyaman. "Bu Soraya, kalaupun saya bicara, belum tentu suami Ibu mau mendengar. U
berkata lirih, "Saya nggak punya siapa-siapa lagi,
asa kasihan. Namun, ia juga tahu betapa berbahayanya terlibat dalam urusan rum
as tahun, maju selangkah mendekati Pak Bagas. Wajahnya
is terus di rumah. Ayah saya makin nggak peduli, malah sering perg
ia menjawab, "Nak, bapak mengerti perasaan kamu. Tapi ini masalah keluarga kalian. Bapak bukan siapa-siapa dalam urusan ini
tetapi akhirnya hanya bisa menundukkan kepala. "Tapi Pak, Ayah ng
menyarankan, Nak. Ibumu orang kuat, kalian pasti
pi dia tahu Pak Bagas tak bisa dipaksa. Dengan suara lirih
itu dengan lembut. "Jaga ibumu baik-baik, Nak.
bali ke dalam GOR, meninggalkan ibu dan anak it
njang dekat lapangan ketika Pak Rudi m
anyanya sambil menga
Bu Soraya, istrinya Pak Iwan orang kecamatan. D
"Wah, Pak Bagas, berarti Ibu itu belum cerita semu
, sedikit tertari
al Pak Iwan selingkuh, Pak. Yang bikin Pak Iwan kesel itu sebenarnya istrinya sendiri.
ngernyit. "U
isnis kecil-kecilan pakai uang pinjaman. Awalnya sih lancar, tapi lama-lama n
gi
lunas, istrinya malah pinjam lagi. Nah, sejak saat itu hubungan mer
ik napas dalam.
uh, itu baru setengah cerita, Pak. Bisa jadi Pak Iwan kabu
ia tetap merasa tak bisa ikut campur dalam urusan rumah tangga orang lai
rasa sejuk setelah sesi bulu tangkis yang cukup menguras te
i di lingkungan militer, di mana bawahan sering datang mengadu masalah rumah tangga. Dan yang pasti dia, kini mer
ikmati ketenangan malam sebel
*