di depan rak besi tempat biasa ia meletakkan baki, tapi kali ini rak itu sudah kosong-tak ada yang tersisa. Ia menunduk,
tu masih jauh dari cukup untuk membayar semester barunya di L
a memanggil, membua
anya sedikit terbuka dan wajahnya berkeringat. Di tanganny
bantu?" tanya Zeya dengan sopa
mbil mengatur napas. "Cepat ke kamar V
ngan apa yang baru saja ia deng
"Iya. Sekarang, cepat pergi d
ku, tubuhnya seperti kehilangan arah, sementara pria paruh baya it
si puas. "Anak itu benar-benar beruntung. Bertemu pria kaya yang bisa meng
nya nyaris jatuh. Wajahnya bingung, gelisah, takut-perasaan yang bercampur aduk. Namun bayangairih, "Tenang Zeya... ini hanya satu malam. Satu kali saja, lalu sem
gil di dadanya, Zeya men
erdiri seorang pria-tinggi dan tegap-membelakanginya. Wajahnya tertutup bayangan malam, hanya siluetnya y
manggil saya?" tany
hnya sedikit. Cahaya bulan mengenai sebagian wajahny
nya, tenang... tapi tegas. Nada suarany
k, T
a pintu, matanya membelalak. Di sana, di atas wastafel, sudah tergantung sepasang lingerie berw
. Tak punya kuasa. Ia hanya bisa berha
arkan air hangat mengalir membasahi tubuhny
seolah memantulkan bayangan gadis yang kini sedang mandi. Suara gemericik air mengusik pikirannya, membangki
r ber
menatap pintu kamar mandi yang perlahan terbuka. Aroma sabu
at, langkahnya ragu namun tetap maju. Wajahnya menunduk dalam, menghin
puan yang tak hanya cantik secara fisik, tapi penuh misteri, sopan, dan memiliki rasa
ngin menghentikan waktu. Karena ia ta
tepat di bawah cahaya rembulan yang menyinari sebagian tubuhnya. Lingerie merah itu membungkus tubuhnya dengan rapi, tapi
ti bisikan, tapi cukup untuk mem
buatnya bingung... bukan sekadar kecantikan atau tubuh yang memikat. Tapi caranya berdiri. Caranya
Suaranya berat, dalam, namun bukan suara pemangsa
Ia pikir pria itu akan langsung mendeka
jawabn
uk seteguk minumannya. Suara es dalam gelas
nak. "Masih Zeya,
Namun Delson berhenti sebelum menyentuhnya. Matanya menyapu gadis itu dari atas ke bawah, bukan deng
akut p
n depan gaun tidurnya. "Saya... hanya ingin ini c
hat Zeya dalam bentuk lain: bukan sebagai wanita klub... tapi seseorang yang sedang berjuang. S
perti ini?" gumam Delson, kali
ma kalinya. Mata mereka bertemu. Dalam mata itu,
n. Dan saya tidak punya oran
n ter
k, menuju minibar, menuangkan minuman lain.
meja. Seribu dolar. Anggap saja
belalak.
ang ke luar jendela. "Aku bilang pulang. Malam ini aku tidak ingin menyent
a menebak motif di balik perubahan sikap mendadak itu. Tap
an?" tanyanya dengan su
"Anggap saja... aku sedan
amnya erat-erat. Hatinya berkecamuk. Malam ini terlalu aneh. Terlalu
kasih,
oleh. "Nam
, lalu membuka
eguk sisa minumannya habis dan te
la," gu
ia merasa untuk pertama kalinya