n itu, Ayah kembali membuka
kopi. "Kebetulan minggu ini dia pulang ke ada waktu luang. Ayah pikir, mung
uk kecil, se
iapa?" tan
terse
nya D
ungku berh
anganku nya
yah dengan pa
s...
mu kenal?" Ayah
jawab. Tak ma
a seperti lelucon paling k
mana
ng selama ini di
luka-luka kecil di dada dan sekarang berdiri sebagai bagi
dan langsung ke kamarenatap kosong ke dinding, me
hatiku telah lebih dulu
lama mencintainya, dalam diam ya
kan dijodohk
mencintai
kan tak pernah
gin me
jauh dari
gian kecil dalam dirik
ranya semesta mem
kesempa
eorang yang di
m lagi saat tahu bahwa bahkan takdir
Bukan karena bahagia,
enar-benar tak ta
seperti senjata yang kutu
ta itu tak lagi bisa k
saat pertemuan
tanya tanpa henti, tapi aku
yang memaksaku berpura-pura tidak mengenalnya padahal
*
k lutut di sudut jendela, menya
yang memerah, lal
gan pertanyaan yang tak perna
erti ini? Setelah aku terlalu lama memendam, t
ngannya hanya untuk berpur
ekacauan ini, untuk mempersiapkan hati
imas sekarang, mungkin ak
erlihat rapuh, teru
p lemah dalam
etap menjaga jar
bih dari
l, menghindari ruang pantr
li menanyaka
hatan capek, May,"
tersenyu
dik
di
i dalam,
s, sopan, tanpa maksud lebih yang justru membuatku se
untuk berdiri di depan cinta yang tak bis
uan itu, bukan kar
aku tak menyiapkan hati, ak
utuh
n Dimas karena aku t
ri di depannya, tanpa
u akhir
ng berwarna tanah. Tak ada yang istimewa, tapi aku mencoba terlihat... pantas. Meski hatiku ber
di sebuah kafe tenang y
iba, Dimas s
yang selalu membuat dadaku sesak. Tapi hari itu, senyumnya
ikit tertawa kaget, "Kamu te
mengangg
iasa selalu sopan, selalu hangat, ta
sa a
entang pekerjaan, kantor, l
da percikan hangat seperti d
yang sama-sama tahu bah
cukup panjang, Dim
rus bilang ini gimana, tapi
anganku mengepa
a yang akan
kan hati setidakn
ya pacar," kat
din
ku, ada sesua
guk pelan.
t, tapi tak berta
orot perempuan yang sudah lama menyimpan
ku minta maaf. Ini semua
ecil, senyum ya
Tidak ada yang salah... Tida
ti, aku
alu sering mempertemukan hati y
lelaki yang kucintai selama bertahun-tahun tapi b
membawaku ke peluk
bahwa diamku selama ini mema
ang ke rumah, aku m
mp
e
inya, aku merasa luka
gkah pertama untuk ben
i menjalani hidup seperti biasa. Tapi kenyataannya, tak
iki kekasih yaitu Nadine, aku bisa perlahan menata hati. Tapi rupanya, sem
uk ke kamarku dengan
eka ingin secepatnya menjalin pertunangan antara
diremuk dalam
kata apa-apa. Bibirku terbuka,
enapa?" tany
pecah, lirih. "Dimas sudah
. Kemudian hanya
, itu hanya hubungan anak muda. Nggak sebandi
terd
soal cinta lagi. Ini soal nama, soal kehormatan, soal janji lama antar dua
Di
sti jauh lebih
gaimana dengan dia yang mencintai orang lain tapi dipaks
is,
stru menjadi orang yang dipilih semesta untuk berdiri di s
enolak. Ing
hu, langkah
h secuil keberanian, keberanian untuk tidak
Tapi bukan lagi karena diam yang kup
or, dan dia mulai menatap
seseorang yang sedang terjebak ber
ku ta
bukan permula
umit, luka yang tak lagi sunyi, tapi mulai