ku bukan hanya
an untuk melindungi diri dari k
u terkadang teras
n aku keluarkan, membungkam suara
k di antara keingi
pkan, tapi taku
, tapi taku
diri tersenyum saat meliha
mata ketika mendengar mereka be
ini dalam jurnal rahasiaku, berharap k
rsamanya adalah campuran anta
kesedihan karena aku tahu, aku hanya be
ertanya pada
itu kuat? Kenapa aku
tak perna
ng bukan s
emilih, walau pilih
an hanya melawan rasa cinta yang tak berbalas, ta
sih be
dalam diam yang
perjalanan ini
biasa, tapi tidak pernah be
at melewati meja Dimas. Aku menaruh kopi untuk diriku sendiri,
mku, pikiranku
erasaanku yang semakin h
asa seperti dua o
di luar, dan satu lagi yan
di pantry, berbagi makanan, tertawa pelan. Suara mereka masuk ke
idak mendengar, hatiku just
encin
kan dalam diam, dalam bayang-bayang, tanpa p
ingin berhenti mencintainya, ingin
memandangi layar laptop, dan menahan sesa
sudah pulang, aku
, tapi karena aku butu
anpa ada yang tahu, untuk meluapk
ini tid
itu dalam sampai aku tak tahu lagi baga
juga tak ingin bena
nyakitkan, cinta i
unya yang membuatku mera
bert
h te
alam sepi yang ta
g sama, dengan pandangan yang sama unt
ah, meski kami hanya terpisah o
, jarak itu teras
am. Tak t
uk kecil saat dia menyapa, tapi di dalam
le
semua rasa i
ening kamar, menatap langit-lang
i untuk mengucapkan satu kalim
itu selalu kalah o
takutan
n aku tidak pernah benar-be
sudut buku catatanku, l
s tulisan itu, aku bis
asa ini justr
lam, semak
rtanyakan keber
u dalam
cerita yang bahkan tak mengen
r, dunia yang penuh interaksi tapi di dalam dirik
tuh dia memb
... didengar. D
pa, suara hatik
g tidak ada yang i
sih di
ih
rasaan yang pelan-pelan
a itu, semakin aku sadar bahwa aku t
ngan arah dalam
Aku bangun, berpakaian, datang ke kantor, tersenyum seper
sat semestaku tanpa ia
indari. Selalu ada di dekat Dimas, selalu tampak c
hanya penonton da
ulai tak lagi menge
berpura-pura, hingga tak ada yang tahu bahw
k menang
at, tapi karena air
yang menggigit dan mengikis, ta
ku jadi sem
engan pikiran kosong, berta
tanpa pernah berharap balasan, bisa dia
-catatan lama yang kutuli
saat gugup, tentang caranya tertawa
h dia tahu, tapi selalu kuja
ngan itu kini mu
lagi
suk diam-diam, pe
u aku t
i, aku tak puny
apkan, aku tak pun
u tetap
i antara
eluk erat karena meski menyakitkan, h
mas, bukan oleh Nadine tapi melainkan o
tampak senang, ia duduk bersamaku di ruang tamu d
ng dari luar negeri. Kerja di perusahaan farmasi. Dia sudah mapan. Ayah sama Om Ha
berhenti ber
l, senyum yang dibuat-bu
h.
ng keluar d
ku, gelombang mula
iap untuk dikenal
-benar ingin membuka
pintu yang satu itu yang sudah
aku tidak
penuh den
ohan itu, apa aku mengkh
aku akan bertahan mencintai seseorang
ayangan wajah
elah. Maya
ak tahu lagi harus
ingin membuka
ertinggal di lembar yang lama yang
emesta menyelamatkanku dari j
jurang baru yang akan m
m tahu j
diamku tak
oleh kenyataan, oleh kemungkin
itu, masih terpaku, deng

GOOGLE PLAY