ka pria yang berhasil membelinya di pelelangan, malah membawanya pergi meninggalkan kota. Padahal kesepakatan yang dia keta
kibat merasakan lapar. Gadis itu terlalu takut untuk keluar kamar. Itu yang membu
ghampiri Luna yang duduk di r
at pelayan muncul di hadapannya. "
s, penuh rasa khawatir. "Nona,
ya. "Aku tidak ingin makan
a, t
sang pelayan dengan tatapan permohon
rnya, pelayan itu memutuskan untuk melangkah pergi meninggalkan gadis i
layan berpapasa
dan tegas sang pela
au keluar kamar, Tuan. Saya sudah menawarkan makan, tapi beliau juga tidak mau.
ngatakan apa pun, dia segera melangkah masuk ke dalam kamar Luna
luk lutut. Sepasang iris mata pria itu berkilat tajam, membendun
ada Draco meninggi akibat emosi,
menatap Draco yang berdiri di hadapannya. "A-aku ... i-ingin
pada Draco. Akan tetapi, sayangnya Luna bukan terpesona, gadis itu selalu ketakutan melihat sosok D
ar permintaan Luna, yang menginginkan untuk pulang. Napas Drac
tap tajam gadis itu. "Kau ingin pulang,
koh Draco membelai kasar bibirnya. Kata-kata yang ingin lolos di bibirn
berhenti di lehernya. Embusan napas pria itu membuat bulu kuduknya merinding. Sialn
elinga gadis itu-hingga membuat gadis itu meringis kesakitan. Draco
ua rahang Luna. "Jika aku masih mengharapkanmu di sini, maka kau a
. "K-kenapa, Tuan?" Air mata gadis i
masih menginginkanmu di sini. Jika aku sud
r berkeping-keping. Hidupnya sekarang bagaikan berada di neraka
ukuman padamu! Ingat, Luna ... aku sudah pernah mengatakan padamu, aku membenci orang yang tidak mematuhi kata-kataku.
buhnya. Sungguh, Luna tidak menginginkan hidup seperti ini. Dia ingin sekali hidup bebas seperti dulu.
*
bersihkan tubuh dan mengganti pakaiannya dengan dress yang sudah disiapkan. Ya, Luna
lang. Namun sayang, niat Luna harus terkubur dalam-dalam. Gadis itu tidak akan pernah mungki
nanmu seperti itu?" Draco menatap di
h dimulai, yang dilakukan gadis itu hanya diam dan menatap makanannya. Meskipun pe
n hingga nyaris tak terdengar. Kepalanya
san kau tidak lapar! Kau ini belum makan! Cepat makan!"
perut sangat lapar. Namun, tatapan tajam Draco, membuatnya ketakutan. Akhirnya ya
aku akan pulang terlambat. Kau jangan coba u
pon permintaan Draco. Tidak ada kata yang bisa Luna ucapkan. Hal y
ekarang. Ingat, apa yang aku katakan padamu, Luna. Kau mengerti?
k pelan dan pa
jut di kala pria itu melumat bibirnya. Dia ingin menghindar, tapi
patnya. Tatapannya terus menatap Draco yang mulai lenyap dari pandangannya. Raut wajah
*
r sama sekali. Gadis itu duduk di sofa yang ada di kamarnya. Pand
yan melangkah mas
ndangannya, menatap
bih baik Anda tidur," ujar
bawahnya. "A-apa Tuan
co belum pulang. Biasanya beliau jika sedang si
ka sesuatu hal menyelinap
rahat. Jangan tidur terlambat." Pelayan itu menundukka
. Akan tetapi, ketika sesuatu hal itu menelusup masuk mengganggunya
n perasaan takut yang menyelimuti dirinya. "Aku harus pergi sekarang," gumamnya me
ke sekitar melihat memastikan bahwa tidak ada siapa pun di sana. Dia yakin para pelayan pasti sudah masuk ke dalam kamar. Pun terakhir p
a berjalan cepat menuju
ke mana