memucat akibat rasa takut menyelimuti dirinya. Sang pemilik suara berat itu sangat dia ha
ala sosok pria itu melangkah mendekat menghampirinya-dan kini berdi
una?" bisik pria itu
ya pun seolah lumpuh tidak bisa berkutik sama sekali. Embusan napas pria
gang Luna. "Jawab aku, Luna. Jangan hanya diam!" Dengan sengaja, pria itu
... a-ak
una!" desis Draco seraya me
gkap basah di kala ingin melarikan diri. Sialnya, Luna sendiri sama
Ternyata, dugaan pelayan salah besar. Pria kejam itu pulang lebih d
ertangkap basah. Ingin alasan seperti apa pun pasti akan tetap per
ta gadis itu sudah memerah akibat air mata tumpah membasahi pipinya. Tidak ada
sak Luna sesenggukan. "
ajam mendengar apa yang dikatakan Luna. Pria itu menarik kasar dagu Luna-d
pulang?" de
uk lemah samb
ualmu ke rumah pelacuran? Kau lebih memilih untuk pergi menemui Bibimu yang
katakan oleh pria itu benar. Jika dia kembali pada bibinya, maka pasti bibinya akan menjualnya l
sempat berontak di kala Draco menyeret kasar tangannya. Tetapi, gadis itu tid
elepaskan jaket tebal di tubuh Luna-dan menurunkan tali spaghetti d
atap cermin-melihat Draco tengah mencu
tai. Tubuh gadis itu hanya tersisa bra dan celana dalam berenda. Membu
rikan remasan di payudara gadis itu. Luna memekik terke
naga gadis itu hanya bagaikan kapas bagi pria itu. Luna tidak aka
akitan di kala tangan kokoh Draco meremas dua bukit kembar miliknny
Draco berbisik serak di telinga Luna. "Setidaknya, jauh lebih bai
ur. A-aku tidak menjual diriku!" isaknya sesenggu
p dirinya. "Faktanya kau sudah aku be
embalikan uang
"Bagaimana caramu menge
Luna kelu tak
n mampu mengganti uangku." Bibir pria itu mengecup bibir Luna. "Tapi ini bukan tentang uang. Ini pun tentang tubuhmu yang
akibat ulah Draco. Dengan cepat, gadis itu menyilangkan dua tangann
adis itu. "Jangan tutupi. Aku ingin membuktikan tubuhmu merespon sentuh
a dua jemari Draco membelai puncak d
ga berbaring di ranjang. Dia mulai membenamkan bibirnya ke puting payudar
mendesah tak karuan a
barangan arah. Dia memasukan dua jemarinya ke dalam liang se
nar-benar dalam keadaan telanjang. Draco tak menyia-nyiakan. Pria itu menanggalkan pakaiannya send
ghunjamnya dengan tempo yang pelan. Rasanya sudah tidak sesakit seperti pertama. Sekarang
Pria itu mendekatkan bibirnya ke bibir gadis itu. "Kau munafik,
ata-kata 'Munafik' yang lolos di bibir Draco-diabaikan gadi
ewanitaan Luna yang sangat basah itu. "Call my
luk erat punggung kekar pr
una-dan bermain dengan pelan, sedang, dan liar. Suara Luna terdengar jeritan karena Draco berma
sahan bersahutan memenuhi kamar megah itu. Luna membuka lebar ked
Dra