lah satu studio kecil dengan lampu sorot yang mulai meredup, Launa baru saja menyelesaikan sesi rekamannya be
il. Sementara Daisy, dengan rambut merah bergelombang yang dikuncir setengah dan
ntikan kedatangan Grey!" seru Daisy tiba-ti
air liurnya sendiri. Ia menoleh cepat ke arah Daisy, tang
ap
kan tangan Launa langsung menjawab sa
ait pembunuhan di komplek Tronto," ucapnya bersema
ut saja sudah cukup membuat seluruh tubuhnya kaku. Ia belum siap, belum tah
merapatkan jarak dan berbisik sambil menyeringai
ya sedikit terbuka. Ia bahkan tidak bisa
an mengeluarkan sebuah kotak beludru merah muda. Dengan bangga, ia membukanya d
Bagaimana menurutmu? Bagu
raan. Ia mengangguk pelan, memberikan dukungan palsu yang tak bisa
p akan mengarah ke dongeng manisnya sendiri. "Aku penasaran... kenapa
kan kening, al
elaskan sambil menghela napas, "Tadi pagi dia telepon aku, minta supaya
a mencelos. Tangannya ingin b
. "Apa dia sengaja melakukan itu karena tahu aku akan melamarnya? Mungkin... mungki
rah, sementara Launa hanya bisa memb
miliki orang lain-tapi karena ia tak bisa mengatakan kebenaran. Kare
etap terkunci rapat di antara bisu
dari biasanya. Kru lalu-lalang, memeriksa pencahay
gung, mengenakan blazer putih b
ng walau jantungnya berdebar tak karuan. Ia
enar
angkah masuk dengan aura karismatik
ras dengan kulitnya yang bersih da
gkahnya tegap dan mantap saat meny
n, hanya sepersekian detik, namun cukup u
ra pun
bersinar, matanya tak lepas dari Grey, menyam
setiap kata yang keluar dari bibir Grey ke dalam bahasa
menjawab setiap pertanyaan dengan t
an terakhir-pertanyaan yang telah dire
, suaranya sedikit lebih lembut dari sebelumnya. "Banyak orang penasa
hatinya mencelos. Ia mengangkat kepal
uah bisikan sunyi yang tak terdengar oleh s
lihkan pandangannya ke arah kamera, lalu terse
ingle," jawa
erdengar ringan bagi orang l
kembali bergerak untuk menerjemahkan, hatinya seo
n lewat layar monitor studio hanya bisa menghela napas panjang. Mereka tahu ke
n Grey..." gumam Naco pelan, matanya tak lepas d
ia jadi istriku, aku nggak akan pernah biarin dia me
n lupa, Launa itu istrinya Grey. Dan dia sengaja bilang single un
tetap aja... lihat dia. Dia ngga
puk tangan kru terdengar,
g ia bawa pulang dari ruangan itu adalah kenyataan bahwa untuk
nyakitkan dari lu
mbil berbincang tentang jalannya wawancara yang dinilai sangat berhasil. Namun, suasana itu seketika berubah saat Daisy, yang
tang, membuat beberapa
natap Daisy dengan dahi sedikit ber
Grey. Tangan gemetarnya membuka sebuah kotak beludru kecil berwarna hitam elegan
ahan napas, "kau mengatakan sendiri tadi... bahwa dirimu masih single.
ya ruangan dipenuhi oleh bisik-bisik dan gumaman terkejut. Naco dan yang lain yang menyaksi
embelalak, tapi ia segera menunduk, meremas kedua tangannya erat-erat untuk menjaga ekspresi wajahnya
tidak ia duga
beludru itu dari tangan Daisy. Semua orang menahan nap
Grey...
ahkan beberapa kamera yang belum dimatik
nganku?" tanya Grey, s
nya. Ia mengangguk cepat dan ber
ngan, sorak sorai, dan teriakan bahagia dari para kru yang ikut terlarut dalam suasana eufo
eh air mata kebahagiaan. Sementara itu, La
eriuhan dan tawa bahagia itu, ia pelan-pelan melangkah mundur. Tak ada yang
melihat sosok Launa yang berjalan menjauh dari keramaian, meningg
... senyum Grey p
inya yang ikut perg