tinggi menembus langit senja. Lampu-lampu kota mulai menyala, memantul di permu
tempati kini berdiri di depan sebuah dunia baru-bukan dunia sekolah yang membosankan dan p
nuju lobi gedung dengan langkah tenang,
ang lebih tegas dari sebelumnya. Suara itu adalah suara Za
us tahu siapa dirimu sebenarnya. Dan kau harus sia
tersenyum sopan tapi tetap dengan mata waspada. Lift besar menga
mereka. Wajahnya serius dan penuh wibawa. "Kael, kau me
Callista," jawa
uat darahnya berdesir. Ada sesuatu yang
allista... atau Zaira, jika kau mau, ini saatnya kau mendeng
tahu, inilah titik balik yang selama ini ia hindari -
," pria tua itu memulai, suaranya berat dengan beban sejarah. "Tapi kekuatan itu membuat
r kembali. Bayangan kekerasan, pengkhia
dan kekuatanmu tertanam dalam tubuh Callista. Takdir membawamu kembali,
aduk antara marah dan bingung. "
dua. Kau punya kekuatan, dan kau harus menggunakannya untuk
i bukan hanya sebagai ayah, tapi juga pelindungmu. Dunia yang
a yang selama ini ia lari, kini hadir di hada
i?" tanya Zaira pelan. "Aku mer
il. "Di sini ada sesuatu yang akan membantumu mengendalikan k
enasaran. Di dalamnya terdapat sebuah
n keluarga yang bisa menghubungkan kekuatan jiwamu dengan
adi guru sekaligus pelindungnya. Ia belajar mengendalikan kekuatannya yang tersembunyi, bela
sakan. Dunia yang dulu ia tinggalkan penuh dengan darah dan pengkh
ia gedung itu, ia merasakan sesuatu yang aneh. Bayangan masa lal
ya pelan tapi pasti. Zaira segera menyembunyi
am masuk. Mata Zaira membelalak, mengenali waj
Zaira..." suara itu d
ah. "Aku bukan Zaira lagi. Aku adalah Callista. Tap
alam itu. Tubuh rapuh Callista tak mampu menahan serangan secara langsung, tapi Z
di lehernya. Dengan gerakan cepat, ia menyentuh lionti
yang tak terduga. Ia memukul mundur lawannya dengan tenaga ya
a berat. "Aku akan membalas semua yang telah
njukkan kekuatanmu, tapi ingat, musuhmu bukan hanya dari masa lalu
nuh tekad. "Aku siap menghadapi semuanya.
Karena jalanmu masih panjang,
rungkap - rahasia yang bisa merubah segalanya dan membuat Zaira memperta
ius mengamati dari kejauhan. Dengan suara serak yang pe