Seorang wanita mengeluh saat mengingat suami t
itu memilih duduk di depan meja r
t berseri sembari membayangkan Al
merebahkan diri di atas tempat tidur berukuran besar. Benaknya membayangkan sikap manis Alvin yang yang
perutnya. Tangannya terus menepis tangan kekar yang terus menjelajahi beberapa inti tubunya. Namun, tangan yang mas
aya ruangan kamarnya yang begitu minim, dia dapat meli
kala melihat samar-samar wajah pria itu juga kini ikut tersenyum.
et tubuh mereka seakan menari indah di pantulan dinding. Berhara
ari tenggorokannya. Tangan wanita itu dengan cepat men
a ketika mendapati seorang p
ang terbuka. Nayla memicingkan mata untuk memper
mut semakin dia pegang erat. Dia menyadari bahwa pria yang berada di atas tempat pembaringan be
ahan mulai membuka mata ketika men
enahan sakit. Tangannya meremas ra
yla lagi, kali ini lebi
rat. Matanya seketika membelalak saat melihat seor
ka menatap sang wanita yang t
yanya. Matanya menatap ke arah
Wanita itu memberanikan diri bersikap t
lantai lalu, dengan santai memakainya, meski beberap
rada di kamarku?
ayla. "Ini kamar kamu?" Pria itu kembali bertanya dengan nada
antara warna putih dan pink itu sudah jelas
elah luruh membasahi pipi. Dia mulai terisak
a. "Sial! Gara-gara minuman itu aku
mpiri wanita yang masih menyembunyikan dirinya di balik selimut tebal berwarna puti
..., bagaimana kalo mas Alvin tahu?" tangis Nayla kini pec
ggak tahu akan berakibat fatal sepe
dulu tidak pernah menyukaiku. Apa ini alasan Kakak untuk meny
stri begitu baik dan santun, akan tetapi kenyataannya sangat berbeda di depan Alvaro. Memang benar, Alvaro tidak
embab Nayla menatap nyalang pada Alvaro. "Aku bukan seperti wanita-wanita kamu! Mereka bisa dengan mu
ahkan dirinya. Selama ini, Alvaro selalu dipuja-puja kaum hawa
ara iparnya justru memandang sehina itu. Mata haze
makin panik ketika tubuhnya telah menempel pada dinding di belakangnya. Melihat Alvaro yang menatapny
ya terlibat kontak mata. Hingga embusan napa
yang telah memakinya. Kini, hatinya mulai berdebar ketika menatap wajah cantik
ar, membuat keduanya kin
at siapa yang baru saja
Alvin yang turun dari mobil itu. Hatinya berdebar, seket
h datang, aku nggak mau dia berpikir macam-ma
uar dari ruangan itu. Kali ini dia membenarkan ucapan Nayla. Alvin akan b
njak selimut yang Nayla kenakan. Refleks, tangan kekar Alvaro kembali memeluk tubuh ram
seseorang membuat mata