Pria berkemeja cokelat itu tampak terk
ernada khawatir. Tas dan jas hitamnya dia lempar asal di
i," elak Nayla. Wanita itu masih berusaha mengatur n
yatu. Di pandangi seluruh tubuh
lkan sebuah senyuman sambil berkata, "Aku habis mandi,
g membulat. Pria itu berjalan memutari tub
nebus janjiku, apa kita akan melakukannya pagi ini?" bisiknya pada salah satu t
alam kini kembali teringat. Hatinya mulai sesak saa
ini sudah terlanjur kotor untuk Alvin sentuh. Wanita i
Pagi ini aku datang bu
sai mengalami fase itu. Takingin merasa curiga, pria itu
untuk mencobanya." Alvin berjalan men
tidur. Pria itu merebahkan
kah untuknya, sedangkan dia justru melayani pria lain. Hal ini semakin membuat Nayla tak kuasa mena
ti baju di sini saja," g
hanya memajukan bibir be
n, di sana juga masih ada Alvaro. Pria itu bersembunyi di bawah ranjang mereka. Bagaim
suami mendengar suara tangis pilunya. Yang ada dalam pikiran Nayla adalah, bagai
*
ess selutut membalut tubuhnya. Riasan tip
la melihat sang suami tengah terlelap. Ini saatnya dia haru
ematung di depan pintu. Saat akan
osisi setengah duduk di atas ranjang. Salah satu
kencang. Salivanya Dia telan dengan susah payah. Dia s
Matanya menatap bergantian antara Nayla juga
han, mencoba mencari alasan
na kamu lebih menyukai dasi hadiah dariku, jadi kamu jarang pakai dasi itu," u
ri untuk melanjutkan tugasnya, sedangkan ia mem
*
yang berisi hidangan untuk Alvin hampir terjatuh saat ti
menelan saliva saat melihat beberapa
varo berhasil membuyarkan lamu
a, meski ekor mata wanita itu terus saja tertuju pada cetakan
ang Nayla berikan. Kaki jenjangnya teray
duduk di kursi utama. Raut wajahnya tampak gusar, fokus
a sembari meletakan sepiring
. "Tidak ada, Sayang. Hanya masalah kecil di perusahaan sa
kit. Hatinya mengatakan ada suatu masa
a mengikuti arah tangan pria itu. Wajah Nayla ke
aknya. Tanpa ada sebuah penolakan,
Tanpa ingin menegur ataupun menyapa, tangannya segera men
ungut "Itu punya Mas Alvin, kenapa diambil
njuknya pada sang adik. "Aku boleh mengambilnya? Aku boleh mencicipi milik kamu, 'kan?" Pria itu berkata tanpa
il di depannya. "Tidak apa-apa, Kak.
in pada pria itu. Namun, tatapan Alv
k sopan!" d
yang dilubangi tengahny
Alvaro, dia merasa ucapan Alvar
ntuknya, tapi dia nggak mau. Kurang percaya diri katanya,"
a Alvaro di antara mereka. Tatapan yang
pa, hatinya berdegup kencang, ketika sesekali memergoki Alvaro memperhatikan dirinya. Nayla merasa salah tingkah. Tidak dapat di
*
keran kamar mandi dimatikan. Tidak lama, Alvin keluar dari
at, lalu duduk di s
. Dia mengatakan, kalo sedang mencari sekretaris.
ngat yang disesapnya. Dia sangat
a dia bersedia, artinya dia akan selalu bertemu dengan Alvaro, laki-