rumah sambil menenteng dua kantong kresek besar. Senyumnya lebar, m
tu mendengar suara itu. Bahkan kartun kesukaan m
teriak Fiona p
tak tergantikan bagi mereka. Maret - begitu si kembar memanggilnya - adalah mama b
argaret dalam keadaan terluka di jalanan beberapa tahun lalu, mereka hidup b
embungkuk agar sejajar dengan si ke
en Mami Maret!"
Fillio dengan suara
t manja padanya. Freya yang menyaksikan momen i
engangkat kantong k
anya Fiona penuh
wab Maret sambil menyerahkan masing
pun pecah saat is
rangan, memeluk boneka barunya. "Ma
Maret membelai rambut
tnya," kata Fillio tak mau kalah. Maret
u, ya. Mami mau bicara sa
jawab mere
dengan mainannya, Maret
liin mainan buat mereka," tegur
i sambil mengambil camilan di meja. Freya hanya
, serius. "Fre... sepert
noleh. "
n besar, di pusat kota. Maaf, Fr
ah Freya. "Selamat, Ret. A
n kalau kita pindah ke kota?" M
kembar. Wajahnya berubah murung. Ada luka lama yang belum
enjadi penghalang impian Maret. Dia pasti tak akan
nggil Mar
dari lamunannya.
sa langsung aku daftarin ke p
annya. Ia tahu Maret tahu luka yang selama ini
n langsung memeluk Frey
tusan yang terba
ncinya... tapi aku percaya, suatu hari kalian akan butuh dia. Aku
a membaringkan mereka di tempat tidur. Tangan lembutnya m
sa kita akan pindah
om?" tanya Fillio yang
ekerjaan baru, dan Mommy i
i?" tanya Fillio lagi. Fiona hanya mendenga
sesekali kita akan datang k
ni bukan sekadar tempat tinggal. Ini tempat perlindungannya, tempat ia me
nia mengusirnya karena kehamilannya yang tak diketahui asalnya. Rumah tempat ia merin
api... bagaimana bisa? Aku bahkan tak tah
ak harapan yang perlahan tumbuh
erharap dia akan muncul
it dan kerinduan pada aroma tubuh asing yang tertinggal di kepalanya. Betapa ia pernah mencari aroma it
kasih. Tanpa dukungan. Bahkan, terkadang ia pernah mem
is pertama bayi kembarnya. Dua makhluk mungil yang kini menjadi ny
ang tergantung di lehernya. Ia menggenggam erat liontin kecil di sana
yang ia temukan di
embali be